"Tidak apa, Jin-Woo. Kamu bisa menggunakan ini untuk traktir aku nanti, ya?" Ia menghela napas, mengerti jika si gadis berambut (H/c) itu mulai keras kepala. Jin-Woo pun memutuskan untuk menerimanya.
"Oke.."
"Hei semuanya!! Ada pintu masuk lain disini!"
Mereka semua pun berkumpul di depan pintu masuk. "Double-Dungeon kah..? Sepertinya sungguhan." Pak Song melempar fire ball untuk mengecek ke dalam.
Kemudian Pak Song menjelaskan tentang boss monster dan semacamnya. Intinya sih, voting mau memilih antara masuk ke sana atau tidak. 8 masing-masing memilih untuk masuk dan tidak. Hingga tersisa Jin-Woo dan (Name).
"Jadi bagaimana menurut kalian, Hunter Sung dan Hunter (Last Name)?" Tanya Pak Song. Kedua sahabat itu menoleh satu sama lain, lalu mengangguk bersamaan.
"Aku/Kami pergi!" Balas mereka serempak. Dengan suara lebih unggul, mereka memutuskan untuk memasuki dungeon itu.
"Bukankah kita sudah berjalan terlalu jauh?"
"Berapa lama kita berjalan?"
"Sekitar 40 menit.."
"Gerbangnya akan menutup dalam satu jam setelah kita mengalahkan bosnya. Jadi sekitar 20 menit lagi."
Ju-Hee dan Jin-Woo berjalan beriringan, sementara (Name) masih tetap mengekori sang sahabat di belakangnya.
Jin-Woo memulai pembicaraan. "Hei.. Maaf.."
Ju-Hee menyahut. "Tentang apa?"
"Memaksamu ikut karena pilihanku.."
"Tidak masalah, jangan khawatirkan aku."
"Apa kau.. Baik-baik saja?"
"Kalau boleh jujur.. Aku sekarang sedang ada dalam masalah, tahu!" Ju-Hee pun menunjukkan aura kemarahannya, yang berhasil membuat Jin-Woo merinding dan (Name) terkejut.
'Makanya itu aku gak mau macam-macam sama Ju-Hee Eonnie..' Batin (Name) sambil memasukan permen coklat ke mulutnya, melihat Jin-Woo yang sedang diomeli dengan tatapan iba.
"Oke, oke, oke.. Jangan ribut-ribut di sini. Nih permen, untuk Ju-Hee Eonnie dan Jin-Woo." (Name) menawarkan permen untuk mereka berdua, sambil menenangkan si wanita bermanik biru tentunya.
Pemilik surai oranye itu menerima permen pemberian (Name). "... Bahkan (Name) masih lebih peka darimu." Gumaman Ju-Hee mampu menusuk Jin-Woo. Gadis bermanik (E/c) itu tertawa canggung.
"Iya.." Mood Jin-Woo seketika turun. Ju-Hee menghela napas kecil.
"Kalau kamu beneran mau minta maaf.. Kenapa kamu tidak traktir aku makan?"
"Ah.." 'Benar juga.. Kenapa aku gak kepikiran ya?' Batin Jin-Woo.
"Apa? Kamu gak mau makan bersamaku?"
"Tidak! Bukan begitu maksudku.."
Suara lain menginterupsi mereka. "Ini dia!! Ruangan Bossnya!!"
"Aku belum pernah lihat ruangan bos yang ada pintunya.."
"Aneh..."
"Hei, bukankah tempat ini berbahaya?"
"Iya.."
"Apa kau mau kembali dengan tangan kosong? Bisa jadi kita yang pertama masuk ke Dungeon ini. Kalau tidak mau masuk, pergilah. Aku akan masuk meski sendirian."
(Name) langsung menggenggam tangan Jin-Woo dengan erat. "Jin-Woo.. Hati-hati." Peringat si gadis ketika pintu ruangan itu akan terbuka.
Terdengar beberapa pujian untuk Pak Song, namun (Name) tidak peduli. Sekarang yang lebih penting adalah mendapatkan title 'The Regressor' dan menyelamatkan Jin-Woo.
Begitu ruangan itu terbuka, obor biru di sekitarnya pun menyala. (Name) mulai mencari patung 'itu'. Dan.. Ketemu.
Gadis dengan katana itu mendekati patung yang dimaksud, lalu menatap tajam si patung. "'Patung sialan.. Kamu pencipta sistem yang kejam.'" (Name) bergumam dengan bahasa Indonesia sehingga tidak ada yang akan mengerti artinya kecuali dirinya.
A/N : tanda "'_'" itu artinya (Name) bicara dengan bahasa Indonesia.
"Apa yang kamu bicarakan?" Jin-Woo muncul dari belakang (Name) sehingga membuat sang gadis terkejut.
"Tidak, bukan apa-apa."
Jin-Woo pun ikut mendekati patung itu. "Ini tulisan kuno kah?"
"Coba kulihat.. Firman Kuil Carthenon."
(Name) pun melanjutkan. "Pertama, sembah yang mulia. Kedua, puji yang mulia. Ketiga, buktikan kesetiaan mu."
Ju-Hee menarik lengan pakaian Jin-Woo. "Patung di tengah.. Tadi bola matanya melirik kita.."
"Benarkah? Kamu pasti salah lihat.."
"Tidak." Potong (Name). 'Dia memang bergerak..' Gadis itu menatap Patung Malaikat dengan sangat tajam.
Jin-Woo pun merasakan hal yang sama, dingin, sunyi, dan takut.
"Siapapun yang tidak mengikuti Firman, tidak akan kembali hidup-hidup."
Suara pintu yang menutup keras mengagetkan mereka semua, dan membuat mereka panik.
(Name) memelototi Patung Malaikat. Ia menggeram tidak suka. "'Patung Sialan.'"
Hingga seorang pria bilang tidak akan ikut lagi dengan raid ini, ia berjalan ke arah pintu sambil mengomel. "'Kalau aku jadi dia, aku gak akan memilih untuk menyentuh pintu.'" Tepat setelah (Name) berkata begitu.
Slash!
Kepalanya pun putus dari badan, dan lehernya menyemburkan darah. Darah mengotori pintu dan kesatria yang memegang kapakmu kembali ke posisi awalnya, itu juga memperparah rasa paniknya mereka.
'Tunggu, kalau itu benar..' Jin-Woo nekat melirik patung raksasa itu, dan manik gelapnya bertemu dengan manik kuning menyala si patung. 'Ah!'
"'Pemilihan Raja, Dimulai..'" Gumam (Name) dengan nada marah.
1205 kata
Bersambung..
A/N : Makin gaje yah chapter ini.. :'( Ehem, oke. Chapter ini berisi bahasa non baku, banyak typo, dan bahasa kasar. Jangan lupa vote dan ramaikan comment. Nantikan chapter selanjutnya~

YOU ARE READING
The Regressor (Solo Leveling × Reader)
FanfictionGelap, dingin, dan sunyi.. Itulah yang selalu (Name) rasakan dalam hidupnya. Sampai ketika ia selesai membaca novel hingga tertidur, dia mati. Dan notifikasi muncul di hadapannya. [The Healing's God bersimpati pada anda] [The Healing's God memberika...
Chapter 3
Start from the beginning