抖阴社区

                                        

"Apa sih? Gaje deh."

"Mama sakit. Lo mau nggak jengukin mertua?"

Mendengar kata mertua membuat pipi Jilan memanas seketika. Apa-apaan nih? Mau buat jiwa halu Jilan makin meronta ingin diresmikan? Oh, tuhan tolang katakan pada Axel bahwa Jilan ingin diresmikan bukan seperti ini. Mana ada itu mertua Jilan mereka saja belum resmi.

"Apaan deh lo. Lo benar-benar keterlaluan ya," ujar Jilan membuang muka.

Tawa Axel pecah, tuh kan baru digituin udh salting. "Mau nggak? Kalau nggak mau gue bawa yang lain aja deh," rayu Axel berusaha melihat wajah Jilan yang memerah.

"Gue nggak mau."

"Lah kenapa?" tanya Axel sedikit kecewa. Ini adalah pertama kalinya ia mengajak seorang wanita kerumahnya dan malah ditolak mentah-mentah begini.

Kecewa? Pasti. Mau marah? Nggak mungkin karena itu adalah hak Jilan memilih pergi atau tidaknya. Axel hanya bisa tersenyum kecut. Padahal ia sangat ingin Jilan bertemu dengan Mamanya.

Namun apalah daya. Harapan hanya tinggal harapan. Nggak papa lah, ini juga baru pertama kalinya.

Jilan tersenyum kecil. "Maksud gue, bukannya nggak mau. Tapi, gue cuma takut mama lo nggak mau ketemu gue," ujar Jilan menatap Axel dalam.

"Mama gue nggak akan makan lo, kok. Mama gue baik, Lan." Axel meyakinkan Jilan bahwa mamanya-Nela adalah mama terbaik yang ada dihatinya, tetapi itu bagi Axel.

Jilan menimang, kalau memang begitu? Kalau sebaliknya? Siapa tahu, kan? Jilan juga tak pernah ketemu mamanya Axel, mana tahu Jilan bentuk dan sikap mamanya. Ya, namanya ibu pasti menjadi yang terbaik bagi setiap anaknya.

"Gue cuma takut, Xel. Sebelumnya gue juga belum pernah ketemu sama Mama cowok," kata Jilan jujur bahkan sekarang ia sudah menggigit babar bawahnya.

Axel menggenggam tangan Jilan. Baginya ini adalah hal baru caranya menguatkan Jilan. "Percaya sama gue, Mama gue baik kok. Nggak makan lo kok," ujar Axel tersenyum manis meyakinkan Jilan.

Dengan sejuta keputusan yang ada dipikiran Jilan, akhirnya Jilan memutuskan untuk.... "Gue ikut, tapi... gue ganti baju dulu. Masa cuma pakai gini doang," ujar Jilan menunjukan celana jeans bolong-bolong yang ia pakai.

"Lo pakai apa aja cantik kok."

"Halah, bilang aja mau ngejek. Jangan suka gombalin gue, Xel. Gue suka halu, nanti malahan dibohongin."

***

Setelah melalui proses yang panjang sebelum kesini, termasuk omanya-Riana melarang Jilan keluar serta menghasut anaknya-Sofyan melalui telepon. Tetapi, Sofyan yang masih belum berbaikan dengan Jilan hanya bisa melepas Jilan dengan terpaksa.

Kini Jilan dan Axel telah sampai didepan rumah Axel. Rumahnya besar, mungkin hampir tujuh kali lipat rumah Jilan. Jika dibandingkan dengan rumah Jilan, tak ada apa-apanya. Hal itu membuat Jilan sadar diri, dia siapa.

"Yuk, masuk!" Axel menarik tangan Jilan memasuki rumahnya.

Dari luar saja sudah sangat mewah. Apalagi ada tempat tanaman yang luas dan terawat. Ingin mengungkapkan dengan kata-kata saja Jilan tak sanggup. Rumah Natha saja tak semegah ini. Jilan ingin memujinya tetapi takut malu dan dikata norak.

"Mama lo dimana?" Akhirnya, nih mulut angkat bicara, batin Jilan bernafas lega.

"Di atas, ayo!"

Lagi-lagi, Jilan meneguk ludahnya kasar. Lantai atasnya saja sangat mewah, ada yang dindingnya saja berkilat-kilat seperti emas saja. Oh, mungkin itu emas? Maybe.

DIFFERENT TWINS [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang