[COMPLETED]
[TELAH DIREVISI]
Bercerita tentang Han (Lee) Jisung and Lee Felix as twins yang telah terpisah sejak lahir yang mana....... Baca selengkapnya
-? harsh word-
-? banyak typo-
-? fan fiction-
Genre : drama, comedy, friendship, brotherhood
(...
Minho tengah berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap jauh ke depan memandang kendaraan lalu lalang dari atas balkon apartemen nya.
Tak lama setelahnya pintu kamarnya di buka, menampilkan sosok yang menjaganya selama 7 tahun ia berada disini. Sosok itu berjalan mendekatinya dan memegang pundaknya dengan lembut.
"Kamu gak ada niatan untuk pulang, nak?" Tanya paman Christopher Bang, yang merupakan adik dari Chan Bang, papanya.
"Gak tau. Aku masih merasa amat sangat bersalah pada papa, Felicia noona juga adik angkatku, Jisung. Kalau tidak karena aku yang memaksa mama-"
"Ssshhh sudah, jangan membahas yang telah berlalu Minho." Christopher yang biasa disapa Christ itu mengusap bahu Minho dan menenangkannya.
"Kemarin paman pergi ke Korea, karena ada meeting dadakan bersama papamu" Minho menaruh seluruh atensinya pada sang paman ketika mendengar kata 'papa' dari mulut pamannya.
"Dia bercerita banyak tentang Felicia dan adik angkatmu yang tidak akur, tentang kamu yang tidak pernah pulang, dan tentang dia yang dibenci oleh ketiga anak-anaknya, Chan berfikir kau juga ikut membencinya"
Minho menunduk, ia merasa bersalah pada sang papa juga kedua saudaranya itu.
"Aku gak pernah membenci papa, aku pergi hanya untuk menenangkan hati dan fikiranku di sini, paman. Jika aku di rumah aku selalu merasa sedih dan juga merasa bersalah jika melihat makam mama"
Christ berdiri di samping Minho, memandang jauh kedepan serta tangannya diletakkan pada pembatas balkon
"Kau tahu nak, keadaan rumah saat ini tengah kacau. Bahkan sangat kacau" Minho mendongak dan menatap Christ dengan pandangan berkaca-kaca. Merasa bersalah atas semuanya, lagi.
"Kamu pergi dengan meninggalkan kesalahpahaman yang besar. Kamu tahu, Felicia ternyata menyalahkan Jisung atas kematian mamamu"
Minho mengernyit bingung, air matanya jatuh secara spontan mendengar fakta yang baru ia ketahui sekarang.
"Bagaimana bisa, paman?"
"Felicia, kakak sulung mu dapat kabar dari orang yang mengaku saksi atas kematian mamamu, mereka berkata bahwa Jisunglah yang membunuh Sharoon Bang, mamamu"
Minho menitikkan air matanya lagi. Ia menangis sejadinya. Dan Christ mengusap punggung Minho memenangkan anak dari hyungnya itu.
"Siapa orang itu? Mengapa dia mengarang cerita! Hiks Aku sudah terlambat paman, sangat terlambat jika harus pulang dan mencoba untuk memperbaiki semuanya" Ujar Minho sesegukan.
"Paman akan mencari orang itu dan memenjarakannya. Minho dengar, tidak ada kata terlambat sebelum semuanya benar-benar hancur" Ujar Christ.
"Jadi aku harus bagaimana paman? Jika aku menceritakan kejadian yang sebenarnya pada mereka, apa mereka akan marah dan benci padaku?"
"Itu tidak akan terjadi. Aku akan ikut denganmu pulang. Besok kita akan terbang ke Korea. Menyelesaikan segala kesalahpahaman itu"
Minho mengangguk dan menghapus sisa air matanya. Christ tersenyum membuat Minho mau tak mau ikut tersenyum.
"Nah sekarang kamu packing gih, bawa apa yang menurutmu harus dibawa. Paman yang akan mengurus sisanya" Ujar Christ.
Minho mengangguk dengan semangat dan segera packing untuk mereka pulang ke Korea besok pagi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ponsel Chan berbunyi nyaring. Chan yang pada saat itu sedang mengadakan introgasi kepada kedua anaknya memilih abai pada ponselnya yang sedari tadi tak berhenti berdering itu. Ia harus mengetahui kebenaran tentang kedua anaknya yang pingsan sambil berpelukan serta darah yang ada di pelipis Jisung.
"Jadi" Ujar Chan meminta jawaban dari anak-anaknya.
"Gue gak tau. Tanya aja sama anak lacur itu kenapa jalan gak liat-liat. Mana pake nimpa gue segala. Udah tau badan dia gembrot gitu" Omel Felicia.
"Felicia Bang! Kamu bisa berkata dengan baik dan sopan?" Ujar Chan tegas. Dan Felicia hanya diam tak berani melawan daddynya ini karena jika Chan sudah menyebut nama lengkapnya, berarti Chan sedang marah dan tidak boleh disanggah ataupun dilawan.
Sedangkan Jisung memilih untuk bungkam. Ia tidak mau mengatakan sepatah katapun dari mulutnya. Apalagi Felicia bilang badannya gembrot. Semakin murka ia.
"Jadi asumsi papa, kamu jatuh dari tangga, benar Jisung?" Tanya Chan kepada Jisung yang betah diam.
"Hm" Gumaman tak minat ia suarakan didepan Chan. Chan hanya menghela nafas lelah menanggapi jawaban dari Jisung.
"Baiklah kalau begitu. Felicia apa masih ada yang sakit? Jisung?"
"Gak usah sok peduli sama gue" Ujar Felicia dengan masih menampilkan muka masamnya pada sang papa karena habis dimarahi oleh papanya itu tadi.
"Gak"
"Baiklah kalau gitu. Papa mau ke ruang kerja dulu. Nanti kalau ada apa-apa panggil papa aja."
Chan berdiri dari duduknya dan berlalu saja ke ruang kerjanya yang berada tak jauh dari mereka duduk saat ini. Jika ia berlama-lama disana bisa-bisa Chan jadi botak beneran karena sikap kedua anaknya itu. Ia meninggalkan Felicia juga Jisung yang masih belum bergerak dari posisi mereka duduk.
"Tunggu apa lagi lo. Pergi sana" Usir Felicia.
"Gue masih mau duduk disini. Mau apa lu"
"Emang anjing ya lo"
"Lu kali yang anjing"
"Gue manusia bangsat!"
"Ya gue juga manusia kali"
Felicia berdiri dari duduk nya dan berlalu kedalam kamarnya dengan muka masamnya yang semakin masam karena Jisung selalu saja melawannya.
Jisung juga melakukan hal yang sama dan pergi ke dalam kamarnya juga bersamaan dengan Felicia yang membuka pintu kamarnya.
"Sialan! Tadi dibilangnya masih mau duduk. Giliran gue udah ngalah dia juga ikutan pergi. Dasar anak lacur emang gak ada otaknya"
Omel Felicia ketika melihat Jisung juga melakukan hal yang sama dengannya, memasuki kamarnya dan menutup pintu dari dalam.
Sedangkan di seberang sana...
"Aduh kemana lah Chan ini" Misuh Christ di seberang sana. Ia telah menelpon lebih dari 20 kali dan Chan tidak mengangkat teleponnya sama sekali.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.