"Udah gue putusin, kalian lanjut ke pos tiga. Gue turun ke bawah bawa pulang bocah itu sampai rumah." Kata Jay merebahkan dirinya dalam tenda. Mencari kehangatan dengan tubuh yang dilapisi matras sementara kepalanya bersandar pada carrier 60 liter miliknya.
"Loh, Jay nggak bisa gitu dong. Lo yang mimpin ini, lo juga yang bilang mau cari jalur baru karena jalur lama ini udah terlalu rawan, kok lo pulang gitu aja." Sunghoon protes.
"Gue balik lagi, hoon. Tenang aja."
"Nggak, lo disini orang penting Jay. Mending gue aja yang turun buat anter bocah itu," Kata Jake mengajukan diri.
"No, Jake. Lo juga penting karena lo bagian logistik. Mending gue aja yang nganter Jungwon pulang," Giliran Heeseung yang mengajukan diri.
Jay kemudian mendudukkan diri. Menatap ketiga temannya satu-persatu.
"Dengerin, tujuan kita mendaki kali ini awalnya kan cuma buat refreshing. Nggak harus semua goals tercapai hanya satu kali mendaki. Masalah cari jalur baru bisa nanti kalau kita naik lagi, yang penting lo semua refreshing seperti tujuan awal. Dan masalah penting mana, semuanya penting. Kita penting. Tapi dilihat dulu dari tingkat urgensinya. Jake, lo bagian logistik. Semua yang mendaki pasti butuh supplai makanan dan segala macam lain kebutuhan. Lo harus tetep naik. Buat Heeseung, lo pinter dalam baca situasi, jadi lo juga harus tetep naik. Dan lo, Sunghoon. Lo yang punya fisik paling kuat disini jadi lo bisa nge push Jake dan Heeseung buat jaga stamina tetep stabil."
"Terus lo? Apa alasan lo tidak urgen-urgen amat?" Tanya Sunghoon.
"Karena gue ketua disini. Kerjannya cuma nyuruh-nyuruh doang, lo semua udah gue suruh jadi ya mau nggak mau harus nurut. Naik ke pos tiga tanpa gue, kalo dua hari gue gak sampai, kalian lanjut lagi." Jawaban enteng tersebut diberi tatapan sinis oleh Sunghoon dan Jake.
"Tapi Jay, ntar lo kecapekan bolak-balik. Gue yakin dibawah sana udah banyak orang yang nyariin Jungwon. Lo nggak perlu turun ke bawah, kita tunggu disini aja besok pasti ada pendaki dari bawah bawa kabar. Kita naik ke pos tiga nunggu orang-orang evakuasi Jungwon."
Jay membenahi topinya, "Gue nggak bisa biarin kalian kelamaan di pos dua. Kalian harus cepet gerak, kalau terus bersantai disini nanti malah keenakan badan jadi cepet capek begitu sampai puncak alhasil nggak punya tenaga buat pulang. Dan juga, nggak ada jaminan temen Jungwon selamat. Bisa aja sampai besok nggak ada kabar apa-apa, mending gue cepet-cepet turun ke bawah bawa Jungwon pulang jadi ada kemungkinan temen Jungwon juga bisa diselamatkan," Jelas Jay panjang lebar.
Merasa bosan, Jake pergi keluar. Lebih baik menemani bocah manis sma itu ketimbang berdebat bersama teman-temannya di dalam tenda. Soalnya dirasa percuma berdebat dengan Jay, dia keras kepala luar biasa.
"Jungwon?" Panggil Jake membuka kancing tenda.
Matanya membulat ketika dia tidak mendapati bocah sma itu diluar. Harusnya Jungwon ada di depan perapian sekarang, menghangatkan tubuh yang katanya sensitive dengan hawa dingin.
Mata Jake pun menangkap secarik kertas yang ujungnya hampir terbakar dekat perapian. Cepat-cepat Jake memungutnya untuk ditiup hingga apinya padam..
Kak, aku pinjam sepatu gunung sama senternya. Aku turun ke bawah sebentar cari temenku buat ku bawa sini. Makasih heheh.
Begitu membaca tulisan tersebut, Jake mengeraskan rahangnya. Dia menggeram kesal atas sifat konyol bocah sma ini, ditambah sepatu gunung dan senter miliknya yang diambil. Buru-buru Jake melongokkan kepala ke dalam tenda.
"Guys, gawat! Jungwon kabur!" Sontak ucapannya membuat semua yang ada di dalam terkejut dan menghentikan pembicaraannya.
"Bocah sialan," Dengus Jay marah.

KAMU SEDANG MEMBACA
elang ; jaywon
FanfictionJungwon tidak sangka, insiden dalam hutan membawa dia menemukan cinta pertamanya. Kalau kata orang cinta pertama tidak berhasil, bagaimana nasib kelanjutan cinta Jungwon?