"Kak Algeriand nggak marah?" tanya Pinaka, bibirnya menahan senyum gembira melihat Algeriand datang menghampirinya.
Algeriand menggeleng, tentu semakin membuat bibir Pinaka merekah.
"Ya udah buruan!"
Cowok itu masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Pinaka beranjak dengan semangat mengikuti Algeriand.
Pinaka menyempatkan diri berhenti di samping Geisan, mengangkat kakinya untuk membisikkan sesuatu di telinga kakaknya itu.
"Pinaka pulang bareng calon adik ipar kamu dulu ya, Ge!"
Selanjutnya, Pinaka berlari kecil masuk ke dalam mobil Algeriand. Geisan berbalik arah, menatap mobil merah itu melaju dengan kecepatan normal meninggalkannya seorang diri.
"Bocil satu itu!" gerutu Geisan kesal.
Pasalnya, Geisan sudah mempercepat rapat antara OSIS SMA dan SMK dalam menyambut Dies Natalis Pusaka Negara yang ke 19 yang akan tiba dalam waktu dekat. Bahkan Geisan sudah memulangkan semua anggota rapat hanya untuk melihat adiknya sudah pulang atau belum dan berniat untuk mengajaknya pulang bersama.
Dasar adik durhaka yang memilih pulang bersama gebetan daripada kakaknya sendiri. Geisan menggerutu kesal.
***
"Eum... Kak Algeriand ada yang mau Pinaka tanyakan."
Algeriand mengernyit, apakah soal Nana? Algeriand yakin Clarissa sudah memberi tahu soal Nana kepada Pinaka. Sebab, tidak ada alasan bagi Clarissa untuk menutupinya lagi.
"Apa?"
"Begini, semalem kan Kak Algeriand bilang mau ketemu orang spesial. Tapi kita kok nggak ketemu siapa-siapa?" tanya Pinaka.
Membuat Algeriand bernafas lega. Setidaknya Pinaka tidak menanyakan soal sosok Nana.
"Semalem kelamaan di resort, lo keliatan seneng banget sampe waktunya abis di sana doang."
Pinaka mengangguk, memang malam tadi Pinaka terlalu menyukai pemandangannya. Hingga enggan pulang bahkan sudah beberapa kali Algeriand mengajak Pinaka untuk turun dan mengingatkan bahwa angin malam tidak sehat.
Maklum saja, Pinaka menyukai pemandangan indah lampu kota di malam hari. Saat melihatnya, Pinaka terbayang masa pertumbuhannya dan banyaknya hal-hal yang Pinaka lalui selama ia hidup. Namun, ketika mengingat ke depan. Pinaka juga terkadang membayangkan hal-hal besar yang akan terjadi di waktu mendatang. Lampu kota itu memang menghidupkan bayangan entah itu waktu lalu atau waktu yang akan Pinaka lalui.
Sebab itulah Pinaka merasa betah dan hati tenang ketika melihat lampu itu.
"Maaf Kak Algeriand, Pinaka ngerasa damai kalo liat lampu kota."
Algeriand mengangguk.
Tidak masalah sebab Algeriand tidak tahu bahwa Pinaka akan sebahagia itu.
Weh, siapa yang tidak akan terpesona di ajak ke resort seindah itu oleh seseorang setampan Algeriand?
"Mau ketemu orangnya sekarang?" tawarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FANATIK [SELESAI]
Teen FictionTing! @algeriandivanior.fansite menandai anda dalam sebuah kiriman! Belum sempat Algeriand meneguk air mineral di tangannya, kening pria tampan itu berkerut mendapati notifikasi yang tidak asing lagi baginya. Akun fansite yang selalu mengunggah selu...
Part 43
Mulai dari awal