"kenapa lo?" Ayra menggeleng dan menunduk. Netra hijau itu sudah menatapnya sejak tadi dan tak melepasnya.
Tae tak ambil pusing dan kembali memperhatikan ke depan, hingga bel berdering dengan nyaring. Bu Anne, selaku guru kimia itu langsung kembali berdiri dan membuka pelajaran di pagi hari ini.
"sesuai yang sudah dijadwalkan, yang remidi bisa langsung bersiap. Untuk yang tidak silahkan ke perpustakaan bersama dengan lima kakak kelas kalian yang akan mengajari kalian untuk tugas yanh minggu lalu saya beri."
"baik, Bu." jawab seantero kelas serempak.
🍓🍓🍓
Belum juga dua pasang kaki itu sampai di tempat tujuan. Sebuah suara menginterupsi keduanya.
"Arshenio, Raden. May I get your help?" tanya guru paruh baya. Arshen dan Raden kompak memgangguk.
"saya tau kalian paling nanti bolos, lagian jam pertama kalian kosong dan saya dititipi tugas. Ini Raden kamu bisa kasih ke sekretaris atau ketua kelas kamu. Dan Arshen, saya minta tolong untuk membantu saya mengajar dengan empat teman kamu--"
"bantu ngajar?" beo Arshen.
Guru itu lantas mengangguk, "kelas sebelas, bisa ya? Saya percaya sama kemampuan kalian meskipun sering bolos."
"kelas apa?" tanya Arshen lagi.
"sebelas ipa dua. Kalian keberatan?"
"enggak, sebentar saya panggil yang lain." guru tadi tersenyum mengangguk menunggu lima murid yang ia mintai tolong itu. Dan tak lama, keluarlah lima murid tersebut yang tampak senang sekali karena tidak mengikuti pelajaran di kelas sendiri.
"kalian nggak keberatan kan?"
"ah, enggaklah bu. Dengan senang hati malah, apalagi si Arshen bu." ceplos Raden dengan cengirannya dan dibalas Arshen dengan tatapan datar.
"mana ada keberatan bu, siap kita ini." sahut Galant.
Sang Guru mengangguk dan segera melanjutkan jalan menuju kelas yang akan diampunya bersama lima murid kelas dua belas itu.
Sesampainya di kelas XI IPA 2, lima pasang mata itu punya tempat mendarat masing masing. Tapi untuk Raden, Raga, juga Arshen punya objek yang sama untuk disinggahi.
"ada yang panas tapi bukan berita." sindir Raga berbisik.
"ada yang terbakar tapi bukan hutan." sahut Raden ikut berbisik.
Mata Arshen tak lepas dari pemandangan dua manusia berbeda jenis yang tengah duduk bersebelahan dan nampak asyik mengobrol dengan santainya.
Hingga suara guru menginterupsi seluruh murid begitu juga dengan objek Arshen sekarang. Bahkan objek itu membalas tatapannya sekilas dan langsung menunduk.
"sesuai yang sudah dijadwalkan, yang remidi bisa langsung bersiap. Untuk yang tidak silahkan ke perpustakaan bersama dengan lima kakak kelas kalian yang akan mengajari kalian untuk tugas yanh minggu lalu saya beri." ujar Bu Anne.
Di sisi lain, Ayra langsung berdiri kembali ke tempatnya duduk guna mengambil beberapa barang yang harus ia bawa ke perpustakaan.
"babay Manda, babay Jeje." ucapnya melambaikan tangan pada Manda dan Jeje yang harus tenggelam pada suasana remidi nanti. Abin dan Ayra lolos dari remidi berkat tidak terjerumus ajakan Manda marathon drakor.
"aish, gue nyontek siapa dong?" dengus Manda sepeninggal Ayra juga Abin.
"pasrah Man, pasrah, tawakal." balas Jeje.
"usaha dulu, baru tawakal bego. Karma bercandai Nimo ini, kita remed nggak ada yang nolongin."
"salah lo ya, pakai ngajakin marathon drakor segala."

YOU ARE READING
ARSHEYRA
Teen FictionSKY HYPE SERIES A "jangan deket-deket sama cowok selain keluarga lo. Dan gue." Apa? Sebentar ulangi? "b-but w-why should I do that?" "lo nggak mau gue bunuh kan?" tanya Arshen tak bernada. Ayra mengangguk pelan dua kali. "i-iya, tapi kenapa gitu s...
9. ARSHEYRA || TEYONG
Start from the beginning