抖阴社区

                                        

"Woy." Satu tepukan pada pundak kiri Fenly mampu mengalihkan fokusnya. Gilang -yang sudah berdiri tepat di sampingnya tersenyum. "Lagi liat siapa lu?" Gilang mulai melihat ke arah yang sebelumnya berhasil membuat Fenly terdiam.

"Kepo banget sih, lu." Fenly mengambil kunci motornya dan meninggalkan temannya.

"Eh, mau kemana, Fen? Jangan tinggalin gue dong." Gilang berusaha menyamakan langkah kaki dari Fenly.

҉҉҉

"Tumben banget Kak Shella kasih izin lu buat pergi dalam keadaan gini." Ucap Zweitson memperhatikan lutut Fajri yang terlihat sulit digunakan untuk berjalan normal.

"Susah banget minta izinnya, Son. Tapi ya, sekarang kan ada ulangan Bu Retno, takutlah gue kalau harus susulan sendiri." Fajri berusaha untuk menyeimbangi Zweitson.

"Ha?! Sekarang ada ulangan?" Dengan kaget, Zweitson menghentikan langkahnya dan memandang Fajri di sampingnya.

"Lu lupa?" Fajri melirik heran.

"Sial, gue belum belajar sama sekali." Tanpa sadar, Zweitson mempercepat langkahnya.

"Eh, eh, Son. Aw..." Fajri yang sedikit terseret meringis kesakitan.

"Eh... Sorry, Ji." Dengan panik, Zweitson kembali berhenti.

"Udah gue jalan sendiri aja gapapa, daripada diseret begitu berasa hewan ternak gue." Fajri melepaskan rangkulannya dari pundak Zweitson.

"Ya, maaf, Ji. Refleks gue, kan lu tau Bu Retno killer banget." Zweitson tersenyum kecil dan menggaruk pelan pundaknya yang tidak gatal. Fajri mendesah pelan melihatnya.

"Biar gue bantu, lu ke kelas duluan aja sana, belajar."

Secara bersamaan, Fajri dan Zweitson mengalihkan pandangannya pada sumber suara yang berada tepat dibelakang mereka. Zweitson menatap kaget melihat dua orang tak asing yang sudah berdiri tepat di belakang mereka. Fenly dengan tas ransel yang tersemat di tangan kanannya dan Gilang yang memasukkan kedua tangannya ke dalam sweater biru miliknya. Fajri mengerutkan dahinya. Untuk pertama kalinya, sang maestro sekolah menghampiri dan mengajak berbicara kapten basket tersebut.

"Lu lagi buru-buru, kan?" Fenly melihat ke arah Zweitson dan tidak ada balasan apapun. "Dan gue tau kalau lu masih butuh bantuan buat jalan." Fenly menatap Fajri dan hanya dibalas dengan tatapan heran. "Jadi ya, gue berniat buat membantu kalian berdua." Fenly menaikan sedikit pundaknya.

"Ji?" Zweitson berbisik kepada Fajri yang sedari tadi tak memindahkan pandangannya dari laki-laki di hadapannya itu.

"Gue sadar kok, lu kyk gini gara-gara pertandingan kemarin, setidaknya gue ada niat baik kan bantu kalian." Senyum tipis tercetak di bibir Fenly.

"Em, bo..."

"Kagak perlu, gue bisa jalan sendiri." Fajri memotong kalimat Zweitson, karena dia tau sahabatnya itu pasti akan mengiyakan tawaran Fenly. "Son, lu ke kelas duluan aja sana." Fajri melirik sekilas Zweitson.

"Tapi Ji, lutut lu..." Bisik Zweitson.

"Lu tau kan Son, ini cedera gue yang kesekian kali." Zweitson terdiam.

"Keras kepala juga ya lu." Fenly membuang pandangannya dari Fajri dan menaikan sedikit salah satu ujung bibirnya.

"JI." Terdengar teriakan seorang perempuan dari arah gerbang yang mampu mengalihkan pandangan keempat laki-laki tersebut. "Eh, Son." Perempuan tersebut tersenyum ke arah Zweitson dan dibalas dengan senyuman tipis. "Fenly?" Ia menatap heran melihat Fenly -dan Gilang berada di antara Fajri dan Zweitson.

"Lu Kezia yang kemarin kasih gue coklat sama minum, kan?" Kezia membalas pertanyaan Fenly tersebut dengan anggukan dan senyum malu. Di sisi lain, Fajri menatap sinis ke arah Fenly. "Lu..."

"Son, lu belum belajar, kan? Ayok, keburu Bu Retno datang." Fajri membalikkan badan dan menarik lengan Zweitson dengan sedikit menyeret kaki kanannya. Zweitson yang kaget hanya mengikuti langkah Fajri.

"Eh, Ji. Tunggu." Kezia sedikit teriak. "Em... Fen, aku duluan ya." Kezia menunjukan senyum behelnya dan segera berlari menyusul Fajri.

Fenly melihat punggung mereka yang semakin menjauh, dia menarik tasnya -yang mulai turun agar kembali tersemat di atas pundaknya dan tersenyum tipis.

"Fen?" Gilang menatap heran temannya itu.

"Lu yakin mereka cuma sahabat?" Tanpa memindahkan pandangannya, Fenly mulai mempertanyakan hubungan antara Fajri dan Kezia.

"Rumornya kan mereka..."

"Yok, ke kelas." Fenly memotong omongan Gilang dan berjalan ke arah kelasnya.

Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang