Patih Madu dan Rencana
***
Tiga tahun berlalu.
1279 Saka.
Tidak terasa, waktu berlalu cepat. Aku semakin tumbuh besar. Beberapa lamaran telah sampai di kerajaan. Beberapa dari bangsawan tinggi di Kerajaan Sunda. Jelas aku menolaknya karena aku ingin melihat Hayam Wuruk seperti apa. Walaupun Perang Bubat semakin dekat dan membuatku tegang sejak dini.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku melihat pertumpahan darah itu terjadi. Apakah aku bisa mengangkat kujangku di hadapan Patih Gajah Mada? Aku harus membuat rencana sejak dini untuk mempersiapkan semuanya. Aku dan keluargaku tidak boleh gugur, aku harus membuktikan bahwa Gajah Mada yang menjadi provokator antara Kerajaan Sunda dan Majapahit.
Kejadian Perang Bubat merupakan latar belakang masyarakat adat mempercayai bahwa suku Sunda dan Jawa tidak boleh menikah.
Gue tau, seberapa banyak usaha gue buat ngubah garis takdir sejarah, pada akhirnya nggak bakalan berubah karena gue sendiri bukan Dewa yang bisa mengubah takdir seseorang.
Aku menatap pantulan diriku di cermin. Aku sangat cantik. Kini Damayanti sedang menyisir rambutku. Rambut ini sangat panjang karena tidak pernah dipotong. Jika rambutku dipotong, kemudian dijual, maka akan terjual mahal di masyarakat. Terlebih warna rambutku ini sedikit coklat kemerahan yang jarang terjadi.
"Tidak terasa Nyai sudah dewasa, ya," ucap Damayanti dengan nada yang rendah.
Aku menghembuskan napas, "Jangan melanjutkan kata-katamu." Aku tahu karena akhirnya akan membahas masa kecil yang tidak aku ingat dengan jelas.
Tok, tok, tok.
"Nyai Putri, saya diperintahkan Paduka Raja untuk membawa Nyai ke ruang pertemuan."
Ruang pertemuan?
Jangan-jangan, waktunya udah deket.
Kayak mo mati aja deh.
Eh, emang iya mau mati gue di perang nanti.
Eh syut, lo harus menang kali ini.
Mari ubah sejarah.
Damayanti menyelesaikan kegiatan menyisirku. Aku merapikan diri sekali lagi sebelum bertemu tamu. Seorang putri kerajaan tentu harus menjaga penampilannya. Aku tidak boleh merusak nama kerajaanku. Aku bisa menduganya, ini adalah utusan dari Kerajaan Majapahit yang menyampaikan bahwa Hayam Wuruk ingin mempersunting Dyah Pitaloka. Detak jantungku semakin berdetak tak karuan.
Mari kita lihat.
Aku mempercepat langkah kakiku walaupun dengan anggun. Aku sedikit gelisah setiap tahun berganti, karena aku semakin dekat dengan kematian. Walau selama hidup di sini aku dalam keadaan tenang, tapi aku takut tiba-tiba kerajaan lain menyerangku.
Tidak.
Kerajaan Sunda merupakan kerajaan bebas merdeka yang kuat. Kami memiliki pasukan dan rakyat yang bela terhadap negara. Kedudukan Kerajaan Sunda dan Majapahit ini sama, jadi tidak ada salah satu yang harus tunduk.
Tok, tok, tok.
"Ayahanda, saya telah tiba," ucapku dari balik pintu ruangan pertemuan.
Pintu terbuka lebar.
Aku bergegas masuk dan menyapa semua orang. Bangsawan dan para pengawal menunduk patuh padaku. Mataku melihat seseorang sedang duduk di samping Raja dengan akrab. Mungkin itu adalah tamu utusan dari Majapahit yang ada di dalam sejarah. Pria berbadan berisi itu berdiri dari duduknya dan menyapaku dengan sopan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Change The History [Revision] ?
Historical FictionKalian percaya reinkarnasi itu ada? Tidak? Aku juga awalnya begitu. Aku sangat penasaran tentang memori yang bermunculan di otakku hingga aku memutuskan untuk kuliah jurusan Ilmu Sejarah. Beberapa kali, aku merasakan de javu saat dosen menerangkan s...