Sore ini, Ainsley bermain bersama neneknya. Dia sesekali tersenyum sambil tidur sambil di peluk hangat. Keluarganya begitu menyayanginya, sampai berebutan untuk mengasuhnya. Bahkan Anneth rela tidak masuk kerja, demi bisa mengasuhnya. Belum lagi Jeon, cowok lulusan rumah sakit itu sering menoel-noel hidung Ainsley, sampai tidak berhenti menangis, hal itu cukup membuat Jeon panik bukan kepalang ketar-ketir ke sana kemari karena takut keponakannya kenapa-napa. Sehingga Jeon sering kali di tertawakan karena ulahnya. Meski bu Via tidak menyukainya, ia tetap selalu berperilaku sopan kepadanya.
Sering kali bu Via mengusirnya dan melarangnya menyentuh Ainsley sedikit pun. Tetapi jika Leon memperbolehkannya, beliau bisa apa? Alhasil bu Via merajuk membuat Jeon merasa bersalah. Andai ibunya Jeon masih ada, mungkin ia bisa merasakan pelukan hangat seorang ibu.
"Andai mama belum meninggal, mungkin perdebatan ini tidak akan selesai begitu saja. Aku tidak akan membenci tante Via atas meninggalnya mama, karena itu semua takdir," batin Jeon. Ia tersenyum simpul kemudian pamit, karena ia bekerja sebagai pengurus kebersihan di tempat ia di rawat dahulu. "Kalau begitu, aku pamit, jaga diri baik-baik!"
"Hati-hati ya, Kak!" balas Leon.
Anneth melambaikan tangannya. "Bye-bye cantiknya Aunty. Jangan rewel ya, kasian papa muda kamu." Ia terkekeh. Kemudian pergi bersama Jeon.
"Ayo masuk," ajak Leon sambil mendorong pelan tubuh Yara, tetapi Yara malah bengong melihat kakak-kakaknya pergi. "Kak Jeon ganteng ya sampe di liatin kayak gitu?" celetuknya.
Yara tersadar. Ia mendongak, kemudian tersenyum ketus sambil meledek. "Eh enggak gitu. Tapi kamu cemburu, kan?"
"Hah? Kata siapa?" Kini Leon gelagapan karena ketahuan. "Udah ah ayo masuk, udah sore!"
"Iya-iya sayang iya. Tapi kenapa wajah kamu merah gitu?" Yara tertawa meledek lagi. "Yaudah maaf ya, bukannya gimana-gimana soalnya kayaknya kak Anneth sama kak Jeon saling suka deh."
Leon menutup pintu. Sebelah alisnya terangkat karena bingung. "Hah? Masa sih? Bukannya mereka masih keluarga? Kok bisa suka?"
Yara berbalik badan menghadap Leon. Ia mengibaskan tangan kananya di depan wajah Leon. "Hello? Kamu inget sebelumnya kita itu gimana?" Ia menjeda ucapannya. "Kita juga saudara tiri hei!"
"Ih bukan gitu. Maksudnya kita gak punya hubungan darah, yakan? Nah mereka tuh punya dari ibu mereka. Maksud aku gitu, sayang. Ih kamu suka marah-marah terus," balas Leon sambil menarik-narik pipi Yara.
"Ih sakit!" pekik Yara sambil mengusap-ngusap pipinya. Setelahnya ia memasuki kamar, menidurkan Ainsley meski bayi itu dari tadi bicara dengan bahasanya sendiri.
Yara menarik sudut bibirnya saat melihat foto dirinya masih dalam keadaan hamil besar. Saat pamer baby bump, dimana Ainsley masih di dalam perutnya. Masih suka bergerak-gerak sedikit-sedikit. Seharusnya bulan ini adalah usianya ke 8 bulan. Tetapi tuhan berkehendak lain, bayi itu telah lahir dan berusia 1 bulan lebih. Ia melirik Ainsley yang tengah menghisap jempolnya sendiri, sesekali menghela nafas seperti kelelahan. "Gak nyangka, padahal rencananya awal tahun ini pengen jalan-jalan ke luar negeri sama pacar. Eh malah di kasihnya suami dan anak."
Decitan pintu membuat Yara kaget. Ia menoleh, dan melihat Leon membawa keranjang pakaian untuk di simpan ke dalam lemari. "Aku aja yang simpen, kamu duduk aja ya?"
"Enggak. Liat tuh Aish mau nangis jauh dari kamu," balas Leon saat melihat Ainsley akan menangis.
Yara menoleh dan menggendong Ainsley agar tidak menangis apalagi sampai rewel. Ia membawanya ke balkon kamar, kemudian bernyanyi meski bayi itu hanya memperhatikannya karena tidak mengerti. Kemudian jarinya menjentik di perut Ainsley sambil bernyanyi, lalu ia mendekatkan wajahnya untuk mencium dahi Ainsley. Ainsley membalasnya dengan meraba pipi Yara dengan jarinya yang sangat kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
KLEORA [End]
Teen FictionYara yang petakilan dan suka bikin rusuh tiba-tiba mendapatkan sebuah kabar mengejutkan dari sang cowok good boy yang membuatnya merasa terkekang. Itu semua karena kesalahpahaman warga yang membuat mereka di tuntut menikah. Padahal mereka saudara ti...