Dalam semalam, dunia Kirana si workaholic berubah. Tiba-tiba identitasnya berbeda dan yang lebih mengejutkan adalah ia menjadi ibu rumah tangga.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada Kirana? Mengapa bisa hidupnya berbeda 180 derajat dari sebelumny...
Wanita itu meronta. Meminta agar rengkuhan kuat pria itu segera terlepas. Kemudian berusaha lari dan melompat. Namun nihil, pria itu terlalu kuat. Beberepa perawat yang mendengar kegaduhan datang dan menyuntikkan obat penenang pada Kirana.
Mata wanita itu pun kembali memberarat. Ia bisa merasakan sakitnya jarum suntik yang menembus kulitnya.
Benarkah ia hanya mimpi?
...
Napas Kirana saat ini memburu. Kenangan tentang lift yang terjatuh itu kembali muncul. Jantungnya berpacu cepat karena takut. Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan tidak beraturan. Hingga terdengar suara, "bruk!"
Mata wanita itu seketika terbuka.
Kali ini langit-langit kamar rawat begitu gelap. Hanya ada keremangan cahaya.
Apakah ia telah sadar dari mimpi aneh tadi?
"Beb?"
Ternyata belum.
Pria tampan itu mendekat dan menggenggam tangan Kirana.
"Aku udah bilang ke dokter, kita pulang besok. Kamu pasti lebih nyaman di rumah aja," tutur si tampan.
Sungguh Kirana sangat terganggu karena tidak mengetahui namanya.
"Hei kamu," panggil wanita itu. "Nama kamu siapa?"
Seulas senyum terukir di bibir pria itu. Kadar ketampanannya sampai bertambah berkali lipat. Bahkan Kirana tertegun. Ia terpesona dengan senyuman itu.
"Saka, Sakala," jawabnya.
"Sangkakala?"
"Sakala. Sangkakala itu terompet malaikat," ralat si tampan.
Kirana tertawa kecil, ia hanya bercanda. Tapi wajah manyun pria itu sungguh lucu. Perubahan ekspresinya sungguh cepat.
"Bercanda." Kirana mengklarifikasi.
Kemudian suasana menjadi hening kembali. Kirana bingung harus bicara apa. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Jangan lakuin hal kayak tadi."
"Kayak apa?"
"Tadi. kamu mau lompat. Kamu bukan orang yang nyerah gitu aja sama hidup karena hal kecil yang bahkan cuma kesalahpahaman."
Bahu Kirana mengedik. Mana tahu ia masalahnya apa. Dirinya adalah Kirana yang masalahnya hanya seputar kerja dan profesionalitas.
Maka dari itu, Kirana diam saja. Hanya bisa menyimak si tampan berbicara.
"Apa kamu nggak sayang lagi sama Javas?" Lanjut Sakala atau biasa dipanggil Saka.
Kepala Kirana semakin pening. Siapa lagi itu Javas? Mengapa mimpinya sangat random begini?
"Saka," ucap wanita itu. "Kalau boleh tau ini jam berapa dan tanggal berapa?"
Penting sekali menanyakan waktu. Siapa tahu ternyata Kirana terlempar ke masa depan bukan?
Ia punya teori baru. Bisa jadi ia sekarang berada di masa depan. Sesuatu hal membuatnya berganti nama dan bertemu dengan Saka. Ya, itu sangat mungkin terjadi. Lift yang dinaikinya ternyata sebuah portal pemindah waktu.
Anggaplah Kirana gila dengan pemikiran ini, namun siapa yang tahu kalau cerita-cerita film tentang penjelajah waktu itu benar adanya. Kebetulan wanita itu juga suka menonton film-film genre begitu. Akan sangat seru kalau ia mengalaminya sendiri.
Tapi kemudian ia melihat tipe ponsel yang dikeluarkan Saka dari saku celananya. Ponsel pintar keluaran terbaru yang ia juga punya.
"Sekarang jam sembilan waktu indonesia tengah, tanggal 14 Oktober 2021." Saka menyampaikan informasi yang diminta.
Patah sudah teori penjelajah waktu. Jadi sekarang hanyalah teori mimpi. Wanita itu akan bertahan pada teori tersebut.
Ia menghela napas, kemudian kembali merebahkan diri. Menatap langit-langit kamar ruang rawat itu.
Berarti sudah satu minggu berlalu sejak kecelakaan lift. Tapi jika ini mimpi, mungkin rentang waktunya bisa lebih lama atau lebih cepat.
Saat ini yang ia harus lakukan adalah segera bangun dari tidur panjangnya. Meninggalkan mimpi aneh yang sekarang ia jalani begitu nyata.
"Kamu tidur lagi?" Tanya Saka. Lelaki itu menggeser kursinya untuk lebih dekat dengan ranjang tempat Kirana berbaring.
"Nope. aku cuma lagi mikir," ujar wanita itu. Ia jadi terbawa panggilan aku-kamu yang sejak tadi dilayangkan oleh Saka. Padahal biasanya kalau formal menggunakan 'saya-anda' sementara saat santai pakai 'gue-elo'.
"Mikir?"
"Aku harus cepetan bangun dari mimpi ini, Saka. Kerjaanku bisa kacau kalau terus tidur dan tinggal di alam mimpi ini. Rusak dong reputasiku sebagai Kirana yang sangat profesional," tutur Kirana.
"Kia, Beb. Kenapa kamu selalu nyebut nama kamu Kirana?" Tanya Saka heran.
"Karena namaku memang Kirana, bukan Kiara. Ini cuma di alam mimpi, Saka."
Saka memijat pangkal hidungnya. Jelas sekali pria tampan itu begitu lelah. Entah sudah berapa lama ia mengabaikan waktu istirahatnya. Anehnya, Saka tetap terlihat tampan paripurna.
"Besok sebelum pulang kita ke Psikiater dulu," putus pria itu kemudian.
Mata Kirana terbelalak, "lo pikir gue gila?"
Mendengar cara bicara Kirana yang begitu membuat Saka terperanjat. Mulutnya terbuka tidak percaya. Baru saja wanita itu memakai lo-gue padanya.
"Beb," lirih pria itu.
"Bab beb bab beb. Emang gue bebek!" Wanita itu semakin emosi dan Saka juga jadi ciut dibuatnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.