抖阴社区

                                        

"Ih, nyebelin. Padahal cuma dua menit," timpal Difya. "Berarti OSIS disini sama kayak OSIS Difya di SMP, sok-sokan. Gak tau aja mereka kalau kita gak takut sama mereka."

"Emang kita harus kasih mereka pelajaran sekali-sekali," timpal Juno. "Makanya gue suka buat rusuh. Biar mereka capek."

"Haha, bener. Nanti kalau mau di hukum, kita tinggal kabur," ujar Difya tertawa.

Kedua teman Difya menatap cengo Difya yang terlihat sangat santai tertawa bersama Juan dan Juno. Bahkan dia tidak sadar jika dia sudah bergabung dan duduk di kursi, beberapa murid lainnya bahkan semakin menatap tajam kearah Difya.

"Kayaknya, lo cocok jadi teman rusuh kita," ujar Juno membuat Difya semakin tertawa.

"Sudah?"

Diam, tiba-tiba Juan, Juno, dan Difya terdiam mendengar suara dingin dari laki-laki yang duduk tepat di samping Difya. Saat gadis itu menoleh, dia terkejut melihat wajah garang itu.

"Lo siapa?" tanya Jendral.

"Difya, kak." Gadis itu menjawab dengan cengiran kudanya.

"Lo siapa sampai berani duduk disini?" tanya Jendral lagi dengan tatapan menghunus.

Difya menelan ludah kasar, habis riwayatnya. "Ma-maaf, kak."

"Cabut."

"Hah?" beo Difya dengan wajah bodoh.

"Cabut dari sini, atau nyawa lo yang gue cabut."

Difya melirik Juan dan Juno, kedua orang itu hanya tersenyum takut. Dengan pelan, Difya berdiri sambil memeluk bukunya.

"Ma-maaf, kak. Kita permisi," ujar Difya.

"Bayar makanan kita," kata Jendral membuat langkah Difya dan teman-temannya berhenti.

"Hah?"

"Bayar semua makanan kita," ulang Jendral lalu berjalan pergi dari sana.

Difya cengo, dia melirik Nusa yang ikut pergi. Juan dan Juno tertawa canggung, menepuk pundak Difya pelan lalu berlari mengejar Jendral.

"Sabar, ya, Difya," bisik Rts.

Difya memejamkan matanya, harus sabar. Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Dia berjalan kearah kasir dan membayar semua makanan para seniornya.

"Uang kamu cukup?" tanya Sindi.

"Perlu kita bantu bayar?" tanya Rts.

Difya menggeleng. "Bukan sombong, tapi kalau cuma buat bayar makan mereka berempat, duit gue masih sisa banyak."

Sindi dan Rts mendelik. "Kalau bukan sombong, terus itu namanya apa?" tanya Rts.

"Pamer," jawab Difya berjalan pergi.

"Dasar," gumam Sindi lalu menyusul Difya.

••••

"Gue pengen gabung Grexda," celetuk Paska pada Ditya.

"Grexda?" tanya Ditya.

Paska mengangguk. "Geng motor terkenal, sekarang makin keren. Rata-rata cowok yang sekolah disini pada gabung. Pokoknya gue harus jadi bagian dari sana, kalau bisa gue mau jadi anggota inti. Lo tau? Semua anggota inti pada keren-keren."

Ditya tertawa geli, bagaimana jika Paska tau bahwa kedua orangtuanya adalah alumni Grexda. Mungkin saja remaja itu akan terpekik kaget.

"Lo gabung, gak?"

TRIPLETS D [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang