Dona sangat bersyukur karena semenjak kehadiran Leo, putranya bisa memiliki teman mengobrol di rumah. Ya, walaupun tingkah laku Leo berbalik dengan Jake.
"Kamu cepet tidur. Mama juga mau tidur," pintanya.
"Iya, ma."
Dona mengecup kening putranya lalu keluar dari kamar Leo menuju kamarnya.
"El," panggil Jake mengguncang pelan tubuh Leo.
"Hmm."
Sebenarnya Jake ingin menanyakan kenapa dirinya membenci Dira. Tetapi niat itu ia urungkan. Ia akan menunggu waktu yang tepat untuk menanyakan hal ini.
Jake mematikan lampu kamar Leo lalu keluar menuju kamarnya.
Apakah ia harus menelepon Dira menggunakan ponsel Leo? Tetapi nanti pasti Leo mengetahuinya. Tanpa pikir panjang, Jake segera menyalin nomor Dira ke ponselnya.
Tidak. Ia tidak boleh menelepon Dira dalam situasi seperti ini. Yang ada nanti Leo akan marah kepada Dira.
Jake naik ke ranjangnya lalu mematikan lampunya.
"Semoga lo lupa sama perkataan lo waktu di klub," harap Jake sebelum memejamkan matanya.
"Hai, Alexa," sapa Dira.
Dira dan kedua sahabatnya langsung duduk di depan Alexa.
Suasana kantin cukup ramai seperti biasa. Tetapi suasana kali ini tampak berbeda seperti biasanya. Pandangan beberapa mata tertuju ke arah mereka.
Melihat Dira yang duduk di depannya, Alexa merasa tidak tenang.
"Kenapa? Santai aja kali," ucap Dira sambil tersenyum tipis.
"Banyak meja yang kosong, kenapa harus di sini?" tanya Alexa tidak suka.
Dira menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gue pengen aja duduk di sini. Bebas, ga ada larangan dong," jelasnya.
Sedangkan Bella dan Levy menatap sinis Dira.
"Ini pesanannya," ucap dua pelayan wanita kantin.
"Makasih kak," ucap Dira yang di balas anggukan oleh kedua pelayan itu.
Dira memperhatikan Alexa yang sedari tadi hanya memainkan sumpitnya.
Dira menatap Alexa. "Kenapa ngga di makan? Ngga enak? Ga terbiasa ya sama makanan Indo?"
Alexa yang sedari tadi hanya menatap kosong makanannya, langsung menyorot tajam Dira.
"Jaga ya, ucapan lo!"
Elly yang sedari tadi tidak tahan langsung angkat bicara.
"Lo kali yang harus jaga ucapan lo!" bentak Elly tidak terima.
Pengunjung kantin langsung memperhatikan kumpulan gadis di meja nomor sepuluh dengan tatapan penuh bertanya.
Begitu juga AlkalinZe yang ikut memperhatikan keenam gadis itu.
Dira yang melihat hal itu langsung berdiri dengan membawa makanannya.
"Karena lo merasa risih, kita pindah meja aja," ucap Dira tersenyum licik menatap Alexa dan kedua temannya.
Alexa menatap kepergian Dira dengan tatapan penuh emosi dan rasa benci yang semakin hari semakin bertambah.
Byuurr
Baru saja Dira akan menyendokkan nasi gorengnya, tetapi guyuran jus mangga membuatnya terhenti. Ia mendongak, menatap siapa yang menyiramkan jus ini.
Dira tersenyum tipis ketika tahu siapa pelakunya. Dia, Alexa.
Dira memperhatikan seragamnya yang basah dan juga bercak-bercak oren menempel di ujung rambutnya.
Pengunjung kantin yang menyaksikan hal ini juga sama terkejutnya, begitu juga AlkalinZe.
Baru saja Elly dan Carla akan angkat bicara, tetapi Dira memberi isyarat menggunakan tangannya untuk diam terlebih dahulu.
"Gue punya masalah apa sih, sama lo?" tanya Dira sambil mengelap seragamnya menggunakan tisu yang di berikan oleh kedua sahabatnya.
"Lo bikin hidup gue ga tenang!" sungut Alexa marah.
Dira tertawa sinis. "Ga tenang? Bukannya lo sendiri yang bikin hidup lo ga tenang?"
Alexa diam, menyorot tajam Dira. Ia tidak terima dengan pernyataan Dira.
Sedangkan kedua teman Alexa, Bella dan Levy sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang di bicarakan oleh dua gadis di depannya saat ini.
Dira memajukan tubuhnya lebih dekat dan berbisik. "Pem-bo-hong."
Bella dan Levy sepertinya juga mendengar apa yang di bisikkan Dira. Tetapi keduanya tidak paham sama sekali dan berniat akan bertanya kepada Alexa setelah ini.
Setelah mengucapkan hal itu, Dira berjalan meninggalkan kantin menuju toilet.
Elly dan Carla menatap tajam Alexa lalu menyusul Dira ke toilet.
Alexa mengepalkan kedua tangannya. Sepertinya benar, kembalinya ia ke Indonesia malah membuat keadaan menjadi sulit dan kacau.
Sedangkan di meja nomor lima, AlkalinZe masih menyaksikan kejadian langka ini.
"Mereka kenapa, sih?" tanya Arlan penasaran.
"Tau tuh," balas Kevin.
Veo beranjak dari duduknya.
"Mau kemana?" tanya Jefri.
"Cari angin."
Veo segera berjalan meninggalkan kantin. Ia sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi hingga menjadi tontonan para pengunjung kantin.
🗝️

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth [END]
Teen FictionSebuah rahasia akan terungkap oleh kebenaran yang sesungguhnya. Tidak mungkin rahasia akan terkubur selamanya. Baik buruknya rahasia, senang sedihnya rahasia akan terbongkar di kemudian hari. Cerita ini bukanlah tentang kisah cinta yang menyedihkan...
EMPAT PULUH
Mulai dari awal