抖阴社区

Chapter 28

184 27 0
                                        





















Dinginnya angin yang berhembus nampaknya tak masuk ke dalam kepala Hoseok, dia menjalankan sepeda motor bak orang kesetanan.

Pagi ini, seseorang dari pihak rumah sakit meneleponnya. Mengabari jika sang ayah yang akan di bawa ke rumah sakit kelainan mental itu memberontak, agaknya pria tua itu tidak mau.

"Ayah di mana?" Tanya Hoseok pada petugas, memarkir asal motor milik Taehyung seraya berlari kedalam, sesuai petunjuk petugas rumah sakit tersebut.

Ayahnya memang berbahaya jika sudah histeris, maka dari itu Hoseok tidak memperbolehkan petugas itu masuk sebelum ayahnya kembali tenang.

"Ayah?" Panggilnya, membuka satu-persatu pintu kamar dengan hati-hati.

Pasalnya di sini banyak tercecer pecahan kaca dan barang yang jatuh, Hoseok tidak habis pikir bagaimana setiap hari Jiyang menghadapi sang ayah. Hoseok marah, secara otomatis ingatannya kembali terputar pada kalimat Dokter yang menangani sang adik.






"Apa nona Jiyang korban kekerasan?" Semuanya diam, terutama Hoseok yang sedikit tertegun. Melihat keterdiaman itu, sang dokter kembali berujar. "Ini tidak bisa di biarkan, ada banyak luka lebam di tubuh nona. Jika--"

"Aku tahu" Hoseok menyela, dia sudah tidak kuat lagi mendengarnya, dia merasa gagal menjadi seorang kakak.

Dokter perempuan itu menyerit, sangat menyayangkan gadis yang baru saja ia tangani itu mendapatkan perlakuan tak adil. "Apa anda juga tahu jika nona Jiyang memiliki penyakit leukemia? "

"L-leukemia? " Bukan hanya Hoseok yang merasa terpukul saat itu, semua orang yang berada di ruang rawat Jiyang ㅡdan Yoongiㅡ merasakan hal yang sama, tak terkecuali kedua orang tua Yoongi.











Potongan ingatan sesudah Jiyang dan Yoongi di pindahkan di ruang rawat itu kembali berputar di kepalanya puluhan kali, lucu sekali selama ini adik kecilnya begitu apik menyembunyikan itu semua.

"Ayah di mana, ini aku Hoseok?!" Teriaknya lagi, membuka pintu terakhir yang dia yakini sebagai kamar sang ayah.

Tepat. Disana sang ayah tengah menatapnya dengan rahang yang mengeras, tak berbeda jauh dengan Hoseok yang juga tengah mengepalkan tangannya, menahan dirinya untuk tidak memukul wajah angkuh sang ayah.








Bugh








Namun, agaknya ini sudah mencapai batas kesabarannya. Satu pukulan keras berhasil mendarat di pipi mulus Hoseok, membuat sudut bibirnya terkoyak mengeluarkan sedikit cairan merah pekat. Tangan yang lebih muda mengepal, berusaha untuk tidak membalas perlakuan sang ayah.

"Pergi! Kalian pembawa sial," racau sang ayah, menarik rambutnya yang memang sedikit panjang.

Hoseok menatapnya nanar, mengusap darah di sudut bibirnya lalu berjalan mendekat. Di peluknya sang ayah erat, walaupun sedikit mendapatkan pukulan pada punggungnya, tapi dalam kurun waktu beberapa menit Hoseok berhasil menenangkan sang ayah.

Dia mengabari petugas rumah sakit untuk segera menyuntikkan obat penenang di tubuh ayahnya, tapi sebelum ayahnya benar-benar pergi.

Hoseok kembali memeluk sang ayah erat, menatap tak suka mata sayu di depannya hingga sebuah bisikan dia loloskan begitu saja.

"Aku harap ayah bisa cepat sembuh, aku ingin ayah mendapatkan hukuman atas apa yang ayah lakukan pada Jiyang. "Katanya, tersenyum penuh arti saat mobil bersirine itu melenggang pergi.

I Need You, Min! √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang