抖阴社区

Part 59

11.4K 671 30
                                        

FOLLOW noventyratnasari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW noventyratnasari

VOTE DAN KOMENTAR SEBANYAK BANYAKNYA YUK SEMANGAT 🧡

••• FANATIK •••


Pinaka terbangun dari tidurnya akibat suara deruman knalpot motor yang begitu berisik melintas depan rumahnya. Beberapa kali gadis itu memberikan sumpah serapah mengenai pengendara motor tersebut. Bagaimana bisa satpam kompleks mengizinkannya masuk ke kawasan tenang seperti ini?

Pinaka mencebikkan bibirnya, beranjak dari kasur kemudian membuka tirai kamar. Cahaya dari luar masuk menyilaukan matanya. Pinaka membuka jendelanya lebar-lebar agar udara segar masuk ke dalam kamarnya. Ia sejenak berdiri di belakang jendela menatap jalanan kompleks yang sepi. Seperti ada yang hilang, tapi Pinaka tidak tahu apa. Ia hanya merasakan hampa.

Kembali lagi gadis itu tersadar dari lamunannya. Ia berbalik arah, kemudian mematikan lampu kamar. Sekilas ia menatap bangku kecil di depan meja belajarnya. Mengapa box itu hilang? Bukankah Pinaka menaruhnya dengan benar di sana?

Tanpa berpikir panjang, ia tahu siapa yang mengambilnya. Pasti Alyora telah mengembalikannya pada Algeriand. Sebab hanya Alyora yang paham maksud Pinaka.

Pinaka harus mandi sebab badannya akan semakin berat jika dibiarkan begitu saja. Lantas gadis itu memutuskan untuk mandi. Mengizinkan badannya menyentuh air supaya sedikit segar. Begitu pula rambutnya yang sempat banjir akan keringat. Pinaka pikir pasti menjijikkan jika tidak keramas.

Usai mandi, gadis itu memilih dress pendek dan menggulung rambutnya dengan handuk daripada mengeringkannya menggunakan hair dryer. Ia memoleskan serum pada wajahnya, kemudian sedikit sentuhan lip gloss agar tidak terlihat pucat. Iris cokelatnya di usik oleh satu benda yang sama sekali belum tersentuh sejak kemarin malam. Pinaka mengisi daya baterai ponselnya terlalu berlebihan, saatnya Pinaka mencabutnya.

Sembari menunggu ponselnya hidup, Pinaka membawanya menuruni tangga untuk mengisi perutnya dengan makanan.

Gadis itu duduk di kursi ruang makan, menatap ponselnya menyala menampilkan layar utama. Rupanya sudah hampir pukul 1 siang.

Pinaka mengambil selembar roti tawar yang ia oleskan selai strawberry kemudian melahapnya. Pinaka terlebih dahulu mengecek ponselnya yang mati. Tidak terdapat notifikasi apapun dari Algeriand. Pada akhirnya, ekspektasi Pinaka membunuhnya dengan senjata kenyataan. Algeriand tidak menghubunginya, sama sekali.

Selera makannya menjadi hilang. Ia meletakkan kembali roti yang habis dua gigit di atas piring. Tangan kanannya tergerak menjulur di atas meja makan, sementara itu tangan kirinya terlipat. Ia menidurkan kepalanya di atas lengan, menatap ponsel yang menjadi sumber kekecewaan baginya.

Sejujurnya, Pinaka lelah menangis. Sangat lelah. Namun...

Tik...

Satu bulir air mata jatuh membasahi tangannya.

FANATIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang