"Ayo, kemana arahnya." Ucap Zahra.
"Lurus." Ia berlari agar segera sampai ke tujuan.
"Anjrit, lo Bar. Lari gak pake aba-aba. Mana kenceng banget lagi." Kesal Zahra.
Akbar terkekeh, "mlMakanya yang rajin lari-lari biar kaga ditinggal."
Zahra mendengus kesal, "Yang penting bisa lari aja udah cukup, masalah ketinggalan urusan belakangan."
"Serah lo dah, yang penting bahagia, sentosa."
Akhirnya mereka sampai ke tempat yang dituju.
Zahra langsung saja memborong cokelat.
"Heh, jangan banya- banyak nanti diabetes, gendut tau rasa lo." Peringat Akbar.
"Sorry ya, Zahra mah anti gendut-gendutan."
"Dih. Tau rasa nanti." Cibir Akbar.
"Lo mau beli apa, gue yang traktir, anggap aja tanda terima kasih."
"Beli minum aja haus gue."
Zahra mengangguk.
Mereka telah selesai berbelanja, tak lupa juga membeli kebutuhan lainnya.
Beberapa saat kemudian ia sudah sampai ke pagar yang mereka panjat tadi.
Tetapi saat mereka turun dari pagar, ada seseorang yang sudah menunggu mereka, dia adalah Gus Atthar.
"Sudah selesai pacarannya?" Tanya tegas Atthar dengan menampilkan muka datar.
Zahra dan Akbar seperti maling yang tertangkap basah, mereka hanya diam tak berkutik.
"Sekarang kalian pergi ke tengah lapangan, SEKARANG!!!" Bentak Atthar.
Zahra dan Akbar hanya mengikuti ucapan gus Atthar.
Setelah mereka berdiri ditengah lapangan, mereka menjadi omongan para santri, terutama para santriwati.
"Bar, ini gimana?" Tanya Zahra.
Akbar mengangkat bahunya acuh, "Ya jalanin aja lah hukuman kita."
"Panas banget gila, cokelat gue bisa meleleh nih." Disituasi seperti ini Zahra masih memikirkan cokelatnya, ia tidak memikirkan dirinya sendiri bagaimana nasib selanjutnya.
Maklum Zahra sudah kebal akan hukuman.
"Lo, gimana sih, malah mentingin tuh cokelat. Lo gak tau apa hukuman kita keluar pesantren tanpa izin sama kita ketahuan berduaan tanpa ada ikatan halal?" Tanya Akbar kesal.
Zahra menggeleng-gelengkan kepalanya, "Palingan cuma disuruh nyapu ataupun lari-lari keliling lapangan yakan." Ucap Zahra sok tau.
"Lebih dari itu Zahraaaa." Kesal akbar sudah diubun-ubun.
"Terus?"
"Kita bakalan ditakzir, disiram pake air comberan, kemungkinan bakal ada lagi selain itu."
Zahra melotot, "What the fuck, yang bener aja lo, air comberan bau anjir."
"Tuh liat para 2 orang santri bawa ember, dalemnya isi air comberan."
"Bar, kabur yuk, masa harus disiram sih, harus mandi kembang tujuh rupa gue."
"Bar, ayo." Zahra panik sembari menarik lengan Akbar.
"Gue pasrah aja sih."
"LO, MAH ENAK, ANJING PONAKAN KYAI, LAH GUE?" Bentak Zahra.
"HEH, KAMU TIDAK MENCERMINKAN AKHLAK PARA SANTRI SEKALI. BICARA KASAR, MAU JADI JAGOAN KAMU." Bentak salah satu ustadzah, ya siapa lagi kalau bukan ustadzah Sarah.
Zahra diam karena mengakui kesalahannya.
"Kalian berdua silahkan jongkok." Perintah Gus Atthar.
"GAK, OGAH BANGET, LO MAU SIRAM GUE PAKE AIR ITU. LO MAU MALU-MALUIN GUE YANG KEDUA KALINYA, HAH, MASIH GAK CUKUP." Bentak Zahra langsung di depan wajah Gus Atthar.
"KAMU HARUS MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERBUATAN KAMU, KAMU SUDAH KELUAR DARI PESANTREN TANPA IZIN DAN PACARAAN." Bentak Gus Atthar.
Karena bentakan itu Zahra merintihkan kan air matanya, perempuan mana yang tahan di bentak, terutama laki-laki yang baru saja ia mengenalnya.
"GUE GAK PACARAN SAMA DIA." Ucap Zahra kembali membentak dengan air mata yang senantiasa mengalir, dan menunjuk ke arah Akbar.
Zahra menyeka air matanya.
"TIDAK SOPAN SEKALI KAMU." Bentak ustadzah Sarah.
"Gak usah ikut campur." Ucap Zahra dengan menekan di setiap katanya.
"Pokoknya gue gak mau."
"Cepat jongkok atau saya akan menelpon orang tua kamu."
Dan akhirnya, Zahra pasrah ia mendapat hukuman ini. Ia disiram oleh Gus Atthar.
Byur....
"Gue benci banget sama lo Atthar. GUE BENCIIIII." Teriak Zahra dalam hati.
Ada yang kangen?
Masih mau lanjut gak nih?
Lanjut?
Spam komen dong biar semangat buat ceritanya.
Vote juga jangan lupa.
Kalo mau konflik berat apa ringan nih???
Soalnya bingung lagi buat konfliknya, mau di buat gimana.
Pengen berat tapi... gak tau deh.
Semoga idenya ngalir terus aja sih. Inget baru pengennya doang.
Bye...
25 April 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHTHAR [END]
SpiritualKisah tentang gadis kelas 12 SMA yang harus dipindahkan dari sekolah menuju pesatren milik sahabat ayahnya. Ia dipindahkan karena ayahnya tak mau Anaknya masuk dalam pergaulan yang bebas. Azzahra Nindia Chalista, gadis cantik, memiliki gigi gingsul...
06. Dihukum Berdua
Mulai dari awal