抖阴社区

S2 - 11.1 [END]

8.1K 425 122
                                        

Jaemin dan Renjun segera berlari menghampiri kumpulan tim penyelamat. Disana sudah ada ayah Mark dan Jeno. Mereka berbincang sebentar lalu mulai mencari keberadaan Mark dan Jeno.

Dapat dilihat di sekitar area laut banyak korban yang sudah dapat dipastikan mereka tewas. Puing-puing pesawat pun berjatuhan di mana-mana.

Jika diperhatikan kembali, kemungkinan besar bagian pesawat yang jatuh ke area laut lebih banyak di bandingkan di area hutan.

Bicara soal hutan, Jaemin mengajak Renjun untuk mencari di area tersebut. Mereka berdua berlari sekitar 50 meter dari bibir pantai ke pinggir hutan.

Jaemin dan Renjun memasuki hutan perlahan dengan perasaan harap-harap cemas bahkan bisa di bilang bercampur aduk. Beberapa langkah kemudian Jaemin mendongakkan kepalanya ke atas, dimana ada satu pohon mati tanpa daun.

"JENO!"- teriak Jaemin teekejut dan panik.

Renjun yang ikut terkejut pun menolehkan wajahnya ke arah pandang Jaemin.

"Hiks Jeno"- lirihnya.

Sungguh mengenaskan. Di atas pohon itulah tubuh Jeno berada, tertusuk batang pohon paling atas hingga pohon tersebut bermandikan darah Jeno sampai ke akarnya.

Siapa yang sanggup melihat orang tersayang nya tersangkut di atas pohon dengan darah yang sudah mengering dan mata terbuka lebar?

Mengenaskan bukan?

Renjun tersadar dari keterkejutan nya, ia segera mencari dimana Mark berada. Menelusuri setiap pohon tanpa terlewat satupun, hingga akhirnya melihat sepatu milik Mark di dekat pohon besar. Renjun berjalan perlahan untuk melihat sesuatu di balik pohon tersebut dengan perasaan was was.

"Gue ngga siap ngeliat lo mati bahkan terluka, Mark"- ucap Renjun dengan air mata mengalir di pipinya.

Tepat saat menyelesaikan kalimat tersebut Renjun melihat tubuh Mark terkapar dengan banyak luka gores di tubuhnya. Goresan kecil dan besar hingga mengoyak pakaian yang di kenakan lelaki itu. Sepertinya karena terkena ranting-ranting dari pohon besar tersebut saat terjatuh. Darah yang keluar dari kepala Mark pun sudah mengering.

Renjun terjatuh duduk dengan tangisan memilukan. Sedangkan di sebelah sana Jaemin meraung pilu dengan keadaan Jeno yang seperti itu.

Pikiran nya kacau semenjak mengetahui kabar tersebut. Untuk saat ini biarkan ia menangis sepuasnya. Mungkin dengan cara itu ia bisa meluapkan apa yang ia rasakan sekarang.

Mungkin Jaemin sudah gila. Bukannya meminta bantuan tim penyelamat atau mengabari ayah Jeno, ia justru mendekati pohon mati itu. Menatap nya dengan tatapan datar lalu menjilati darah yang mengering di permukaan pohon itu.

Air mata pun mulai terjatuh kembali membasahi pipi Jaemin. Kemudian ia tertawa. Entah menertawakan kebodohan nya barusan atau menertawakan betapa mengenaskan nya nasib lelaki di atas sana.




End.



-Rival with benefit-


Karina menutup laptop nya dengan senyuman lebar dibibirnya. Ia menatap temannya yang sedang berjalan ke arahnya.

Yeji. Wanita itu berjalan dengan santainya ke arah Karina dengan tangan membawa dua cup boba. Yeji mendaratkan tubuhnya disamping Karina.

"Gimana novel lo? Udah jadi?"- tanya Yeji.

Karina menganggukkan kepalanya sambil menerima boba yang diberikan oleh Yeji.

"Udah nih baru kelar revisi. Minggu depan cetakan pertama anjir gue ngga sabar nunggu nya"- jawab Karina dengan semangat.

"Judul nya lo ganti kan? Jadi apa?"

Rival With Benefit - [JAEMJEN] ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang