Gus Atthar mendengar itu langsung terdiam, sedetik kemudian ia tersenyum.
"Kalau kamu mau, saya bisa memperistri dirimu."
Sekarang Zahra terdiam, jantungnya jedag jedug tidak aman, aduh senjata makan tuan jadinya.
"Kamu maunya kapan, insya Allah saya bisa."
Zahra tertawa, "Gus, kalo semisal nih ya semisal, Zahra jadi istrinya gus, nanti Zahra bakal kasih Gus anak yang banyak, semau Gus deh berapa, nanti Zahra jabanin." Ucap Zahra menantang, tak mungkin juga seorang Gus Atthar memperistri dirinya, tak mungkin.
"Oke, nanti saya akan meminta izin pada Pencipta mu, kalau nanti saya jadi suami mu, jangan ingkar janji ya, harus amanah."
Zahra membeku, aduh tadi hanya ingin bercanda menghangatkan suasana kenapa malah jadi begini.
"Gus, gue cuma bercanda ya, jangan diseriusinnn..." Rengek Zahra.
"Baru juga saya bilang jangan lo-gue se—" Ucap Gus Atthar terpotong.
Zahra nyegir, "Hehehe, maaf lupa, hilap Gus khilaf. Tapi beneran tadi cuma bercanda."
"Tapi saya tidak bercanda."
Zahra memajukan bibirnya, "Ih Gus mah, baperan."
"Aamiinin ya, Ra."
"Aamiinin apanya."
"Ucapan kamu dan saya tadi."
Pada saat Zahra ingin membalas ucapannya, Gus Atthar langsung memotongnya.
"Sudah-sudah, masalah itu nanti saja. Sekarang coba baca ayat yang kamu bisa, kata ummi sekarang Hafalan mu sudah bertambah jadi 20 juz kan. Saya bangga sama kamu, saya pikir wanita yang dulunya jauh dari agama, tidak akan pernah bisa berubah."
Zahra mulai membaca tilawahnya, Gus Atthar sangat mengahayati bacaan Zahra, suaranya pun merdu sekali.
"Shodaqallahul adzim." Zahra menyudahinya.
"Saya tidak salah memilih ternyata."
Ditempat lain, Akbar, Acha, dan Difa sedang membereskan gudang pesantren.
Namun tiba-tiba perut Difa melilit, "Acha, aku tinggal dulu ya, udah gak tahan."
"T-tapi—" Telat Difa sudah ngacir pergi untuk membuang tenaganya.
Akbar datang menghampirinya, jangan lupakan muka datarnya, "Temen lo pergi kemana tadi."
"Ke Arab." Jawabnya Asal.
"Dasar cewe aneh lo."
"Lo lebih aneh. Udah aneh, galak, nyebelin pula. Lebih parahnya hidup lagi."
Akbar tak menanggapinya malas sekali berurusan dengan gadis satu ini. Cerewet tapi tidak seperti Zahra, kalau Zahra cerewet malah menggemaskan.
"Cepetan, mau gue tinggal sendiri."
"Tinggal aja sono, gue gak takut."
Diluar ada Ustadz Ali yang melihat pintu gudang terbuka, beruntungnya kunci ada diluar. Ia langsung menguncinya tanpa memastikan ada orang di dalam atau tidak.
"Cepet."
"Iya iya. Udah nih."
Merek menuju ke pintu.
Ceklek ceklek...
"Bar, pintinya gak bisa dibuka."
Akbar panik, "Jangan bohong lo, minggir biar gue aja."
Acha menurutinya, Akbar mencoba membukanya, dan yah dikunci.
"Lo si, gue kan udah bilang, kuncinya bawa aja, nanti ada yang ngunci dari luar."
"Udah jangan berisik, kita tunggu aja orang lewat."
'Gue gak yakin lagi ada orang lewat sini, tapi kalo gue bilang sama dia, dia nanti panik lagi.' Ucap batin Akbar.
"Bar, gue takut, nanti kalo ada yang bukain, nanti kita dikira mesum, gue gak mau dinikahin sama lo."
Akbar membelalakkan matanya, "Dih najis banget gue nikah sama lo."
"Dih, gue juga ogah, gue udah punya Gus Atthar kali." Ucap Acha PD.
Akbar tertawa, "HEH, Bang Atthar mana mau sama lo, dia gak bakalan cinta sama lo, dia cuma cinta sama Zahra, temen lo."
Acha melototkan matanya, "Ngarang lo."
"Gak percaya silakan, yang sakit hati juga siapa, gue gak peduli."
'Masa sih Gus Atthar suka sama Kak Zahra. Tapi kak Zahra kan gak suka sama Gus Atthar. Uh, palingan nih bocah cuma mau bohongin gue.'
Dari luar, Difa kembali dan membuka pintu, namun nihil pintu terkunci.
"Kok udah ditutup, emang udah selesai ya."
"TOLONG BUKAIN, KITA DI DALAM." Teriak seseorang dari gudang.
"Itukan suara Acha sama Akbar. Apa jangan-jangan mereka ke kunci lagi. Tadikan kuncinya diluar." Monolog Difa.
"ACHA, AKBAR NANTI DIFA BALIK LAGI AMBIL KUNCI." Teriak Difa.
"Iya Kak Difa, cepetan." Sahut Acha.
Difa berlari untuk mengambil kunci gudang. Beberapa saat kemudian ia datang dan langsung membukakan pintu gudang tersebut.
"Kak Difa, lama banget si. Nanti kalo orang lain yang bukain gimana?" Tanya Acha.
"Ya dinikahin lah." Jawab polos Difa.
Akbar yang malas dengan mereka, kemudian meninggalkannya.
"Dasar tuh bocah, main pergi aja, kagak permisi atau apa kek."
"Udah jangan ngomel terus, jodoh tau rasa."
"Dih ogah."
"Zahra juga dulu seperti kamu, setiap bertemu selalu saja adu mulut, tapi seiring berjalannya waktu, mereka akrab sendiri, sampai sekarang sulit banget di pisahin."
"Mereka pacaran?"
Difa menggeleng, "Mereka anggap hanya kakak adek, karena mereka saling membutuhkan, Akbar butuh seorang adek, begitupun sebaliknya, Zahra butuh seorang kakak."
Acha mengangguk paham.
Vote, komen, dan share ya guys.
25 Juni 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHTHAR [END]
SpiritualKisah tentang gadis kelas 12 SMA yang harus dipindahkan dari sekolah menuju pesatren milik sahabat ayahnya. Ia dipindahkan karena ayahnya tak mau Anaknya masuk dalam pergaulan yang bebas. Azzahra Nindia Chalista, gadis cantik, memiliki gigi gingsul...
19. Baper?
Mulai dari awal