"Dia aneh.Apa dia pembunuhnya?"
Kelanjutan kisah setelah Kim Junkyu dan Kim Doyong yang bergabung dengan anggota Treasure 5.Keduanya bekerja sama untuk mencari kebenaran dari kematian mashiho yang tiba-tiba terbunuh secara mengenaskan di sekolah.
*
...
" Elo baik-baik aja,kan ? Syukurlah kalo elo selamat. Gue senang banget lihat elo !" ungkap Hyunjin terlampau senang.
Orang dihadapannya menyunggingkan senyum cerahnya. " Gue juga senang lihat kakak akhirnya siuman. Selama seminggu ini gue tuh khawatir sama kak Hyunjin. Tapi intinya gue seneng lihat kakak udah sadar "
" Yang lain kemana ? Kok elo sendirian aja ?"
Wajah orang itu berubah masam setelah Hyunjin melontarkan kalimat itu. Ia nampak sedih.
" Elo nggak papa, kan ? Kok sedih sih ? Yang lain kemana ? Mereka udah baikan kan ? Udah siuman, kan ? Jangan bilang kalau mereka masih koma. Kalo gitu antar gue kesana. Gue mau lihat mereka !"
Hyunjin kemudian memaksa orang dihadapannya untuk dipertemukan dengan yang lain. Namun, bukannya diantar kesana. Hyunjin justru mendapati kalau orang dihadapannya ini malah meneteskan air matanya.
" Kenapa elo malah nangis ? Cepet anterin gue kesana !" tuntut Hyunjin.
" Kak please jangan buat gue sedih lagi !" rengek orang itu. " Tadinya gue udah lupa hal mengerikan itu. Tapi kenapa elo ingetin gue lagi. Please kak, jangan pernah sebutin mereka lagi. Gue cuma mau hidup dengan tenang !"
Orang itu mencengkram tangan Hyunjin dengan kuat. Dia menangis tersedu-sedu dihadapan Hyunjin yang masih diliputi rasa penasaran.
Kenapa juga dia mau lupain teman-temannya ? Kenapa dia nyuruh Hyunjin lupain mereka semua ?
" Kenapa ? Kenapa elo nangis ? Bukannya mereka selamat ? Gue lihat sendiri ada yang masih hidup. Mereka berdua pasti masih hidup,kan ?"
Orang itu menggeleng membuat Hyunjin geram. " Jangan sembarangan ! Mereka dimana ? Gue mau ketemu. Cepet tunjukkin ke gue kamar mereka, cepetan !!"
" Nggak ada. Semuanya....nggak ada yang selamat dari insiden itu asal kak Hyunjin tau !" ucap orang itu dengan lesu.
Hyunjin mencelos. Ucapan barusan bagai bom baginya. " Elo pasti bohong. Katakan dimana mereka ! KATAKAN !! "
" Mereka semua mati kak !" jawab orang itu singkat.
" KIM JUNKYU !!"
" MEREKA SEMUA MATI, MEREKA SEMUA NINGGALIN GUE SENDIRI. MEREKA SEMUA....." ucapan Junkyu seketika tercekat. Tubuhnya lemas tiba-tiba.
" Semuanya......hiks..tak ada yang tersisa....hiks. Bahkan bibi sekalipun hiks.... mereka pergi....." rintih Junkyu memegangi kedua lututnya.
" Kim Junkyu...!"
" Hanya elo hiks.....cuma elo yang gue punya kak. Hanya elo seorang.....hiks..." isak Junkyu.
Hyunjin tertunduk. Dia kemudian merengkuh pemuda dihadapannya. Kalau gini jadinya, dia jadi nggak tega buat pamitan ke Junkyu. Tugasnya disini sudah selesai. Meski tujuan awalnya untuk menyelamatkan nyawa semua orang, tapi jika hasilnya sama saja. Apa boleh buat. Hyunjin sudah berusaha sebisa mungkin.
" Sial, " umpat Hyunjin.
• • • •
Lah kok beneran udah tamat ya ? 😭😭
Sumpah aku cuma mau ucapin terima kasih ke kalian karna udah mau mampir ke sini 🥰 meski endingnya nggak memuaskan.
Jujur, awalnya aku berniat buat part paling panjang tuh lima belas. Eh malah keblabasan nyampe tiga puluh lebih 😅
Karya ini bisa dibilang lama. Kalian nyangka nggak kalo prolog aku up setahun yang lalu. Wah itu berarti sudah satu tahun. Nggak nyangka benget. Dipertengahan nulis juga sempat ngalami masalah tapi aku paksain buat lanjut. Aku nggak tega sama kalian yang udah nunggu karyaku yang nggak seberapa ini.
Jadi, sebagai bentuk apresiasi ke kalian nanti aku buatkan bonus chapter deh. Tapi nggak bisa janji di up dalam waktu dekat. Maklum ya, masih ada work yang harus aku lanjutkan 🤗
Kalo ada sesuatu yang mengganjal bisa tanya. Aku siap jawab sebisa mungkin.
Salam cinta dan sayang ku pada kalian 😘 sehat selalu orang baik Sampai jumpa di karyaku yang lain
Pay pay 🙋
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
