抖阴社区

4. Bintang Kecil

Mulai dari awal
                                        

Oliver menghela pelan melihat wajah saudaranya yang amat pucat. Namun, alih-alih mendekat, Oliver justru mundur dan menjauh karena tidak mau mengganggu Hiro tidur. Setidaknya, sampai suara gumaman itu menghentikan langkahnya.

"Saya tahu itu kamu."

Oliver membuka lagi pintu yang hendak dia tutup tadi. Sementara Hiro mengubah posisi menjadi duduk. Ia mendongak, menatap Oliver yang menjulang tinggi berjalan ke arahnya. Seperti biasa, wajah itu selalu datar tanpa sedikitpun senyuman.

Lalu Hiro menunduk. "Maaf...."

"Gue nggak menerima maaf," balas Oliver ketus. Dalam hati ia melanjutkan karena lo nggak salah, Hiro.

"Maafkan saya." Hiro menatap Oliver dengan mata berkaca-kaca.

"Nggak."

"Saya mohon..."

Seperti sebelum-sebelumnya, ia pergi meninggalkan Hiro bersama maaf yang sama sekali tidak perlu cowok itu ucapkan. Oliver baru menemuinya kembali kala hari sudah malam dan kamar telah dibersihkan oleh pelayan. Tidak lagi ada jejak seragam terbakar seperti tadi.

Oliver mengerutkan kening, sebab tidak lantas menemukan Hiro ketika masuk ke sana. Ia sempat bertanya-tanya di mana keberadaan saudaranya, namun, tanya itu langsung terjawab begitu mendapati pintu yang menghubungkan antara kamar Hiro dengan balkon terbuka. Senyum kecil Oliver terbit, ia melangkah untuk menemui Hiro sedang duduk mendongak, menatap bintang sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya.

Hiro mengenakan piyama biru navy polos dengan sedikit garis putih di bagian depan, leher, pergelangan kaki dan pergelangan tangan. Sangat kontras dengan Oliver yang memakai kaos putih berlengan pendek dan celana selutut. Ia membawa sebuah tab di tangannya.

"Bintang kecil di langit yang biru, amat banyak menghias angkasa." Hiro bernyanyi kecil seraya menumpukan dagu pada kepala boneka kelinci di pangkuannya. Pandangannya lurus, sedikit pun tidak menyadari kehadiran Oliver. "Aku ingin, terbang dan menari, jauh tinggi ke tempat kau berada."

Oliver diam memperhatikan.

"Kapan saya bisa bertemu kamu, bintang? Saya suka sekali dengan kamu, kamu sangat cantik seperti Mama," ujarnya kepada bintang yang berkerlip di atas sana. Tatapannya sendu, namun ada kesungguhan ketika dia mengutarakan keinginannya. Oliver tidak heran, sebab sejak masih kecil, Hiro sudah menunjukkan kecintaannya kepada benda langit yang berkilau indah itu. "Tapi saya juga iri dengan kamu, bintang, kamu punya banyak sekali teman di samping kamu. Kamu pasti tidak akan kesepian. Tidak seperti bulan, sendirian. Tapi tidak apa-apa, bulan, kamu bisa berteman dengan saya. Saya akan menemani kamu setiap malam di tempat ini."

"Benarkah?" Bukan bulan, melainkan Oliver yang bertanya. Ketika Hiro menoleh, Oliver langsung terbahak-bahak. "Manusia macam apa lo ini hahaha, ngomong kok sama bulan. Bulan nggak bakal ngerti apa yang lo bilang itu!"

Bibir Hiro berkerut. Ingin sekali ia melempar Oliver dengan sesuatu, tapi tidak Hiro lakukan karena benda yang ada di tangannya hanya boneka kelinci pemberian Mama. Hiro takut bonekanya jatuh ke tangan Oliver lalu ditendang ke bawah oleh cowok itu.

"Tidak usah menunjukkan diri kamu di hadapan saya kalau kamu tidak mau memaafkan saya." Hiro berpaling, malas menatap Oliver yang masih tertawa. "Kamu tidak pernah tersenyum, tapi bisa menertawakan saya seperti itu. Kamu aneh seperti jamet."

Belenggu Hiro |Haruto| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang