抖阴社区

Duabelas

5.9K 536 28
                                        

» Super Delicate «

'Ibumu mengalami gagal ginjal yang cukup serius, aku sudah konsultasi dengan profesorku, ibumu harus melakukan transplantasi ginjal yang cocok atau nyawanya tidak akan tertolong."

Renjun berusaha menelan silvanya mengingat ucapan Ten. Berjalan dengan perasaan hampa bahkan seperti kehilangan nyawa.

Waktu menunjukan pukul 5 pagi, jalan raya pun terlihat masih renggang dan tak banyak aktifitas. Namun pikiran pria bermarga Huang yang kini sedang berkelit, menghiraukan kewaspadaannya saat menyebrang. Membuat mobil hampir saja menabraknya bila saja sang pengendara terlambat menginjak rem.

Tentu saja hal ini membuat Renjun terkejut, ia pun tersungkur di aspal dengan tubuhnya gemetar.

"Anda tak apa-apa? Kenapa menyebrang saat lampu hijau?" Bentak sang pengemudi yang cukup merasa khawatir. Renjun tak menjawab, ia terus menunduk dengan tubuhnya yang gemetar. Karena iba, pemilik mobil itu pun meminggirkan, membawa Renjun masuk untuk mencari minimarket terdekat.

Renjun masih membungkam saat ia diberikan se cup coklat hangat. Jujur saja hal ini membuat orang yang hampir menabraknya serba salah.

"Apa ada yang sakit? Mau saya antar ke rumah sakit?"

"Aku mau pulang... " Ujar Renjun dengan nada lemah, itu kata-kata pertama yang akhirnya keluar.

"Baiklah saya antar, rumah anda dimana? Jauh dari sini?" Renjun hanya menggeleng lalu menunjukan note pada ponselnya yang berisikan alamat, nama gedung, lantai bahkan password pintu. Membuat sosok di hadapannya cukup terbelalak.

"Eiii, tidak perlu memberitahu serinci itu." Ujarnya cukup merasa heran.

"Kau benar baik-baik saja? Boleh aku tau nama mu?" Tanyanya kembali yang kini mulai melajukan mesin mobilnya. Matanya beberapa kali melirik Renjun yang masih saja menundukkan wajah, bahkan coklat hangat di tangannya belum ia cicipi sedikitpun.

"Huang Renjun... " Jawab Renjun pelan. Untung saja deru mesin mobil ini terdengar halus hingga masih bisa menangkap suara Renjun yang terus saja melemah dan pelan.

"Aku na Jaemin, kau masih SMA ya?"

Renjun menggeleng cepat mendengar pertanyaan itu.

"SMP??" Pemilik mobil yang bernama Jaemin itu sedikit bertanya dengan nada tinggi seakan tak percaya.

"Aku tidak sekolah..." Renjun pun masih menjawab dengan nada lemah.

"Kau putus sekolah?"

"Iya, aku bekerja..."

"Sekarang? Di usia dini??" Tanya Jaemin, lagi-lagi menaikan beberapa oktaf suaranya.

"Aku sudah 20th."

"Oh, maaf. Aku kira kamu murid SMP." Jaemin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia sedikit malu dengan asumsinya bahkan sudah bertanya dengan heboh.

"Kau tinggal di gedung yang cukup mewah, apa kau tinggal sendiri disana?" Jaemin berusaha mencari topik lain untuk mengalihkan obrolan tadi.

"Tidak, itu tempat tinggal tuanku. Aku bekerja disana." Jawab Renjun yang kembali membuat suasana kembali canggung.

"Oh." Jaemin pun memilih membungkam setelahnya karena takut kembali salah bertanya. Hingga akhirnya mereka sampai di gedung tempat Jaehyun tinggal. Renjun pun membungkuk dan mengucapkan terima kasih pada Jaemin yang sudah mengantarnya. Langit mulai terlihat lebih terang, Renjun dengan cepat menekan lift agar sampai sebelum Jaehyun bangun.

Meski perasaannya masih dilanda kekalutan, ia harus tetap bekerja dengan baik.

Renjun meletakan cup berisi coklat yang kini sudah dingin itu di atas meja, lampu ruang tamu masih dalam keadaan gelap bahkan masih terasa begitu sunyi. Ia pun melangkah perlahan untuk masuk ke kamarnya agar tidak membangunkan Jeno. Namun sosok lain di kamarnya cukup membuatnya terkejut, Jaehyun dengan nyaman berbaring sambil memeluk Jeno di atas tempat tidurnya.

Super Delicate [JaeRen] ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang