"Apanya?"
"Tempat untuk resepsinya," balas Yeonjun langsung membuat Soobin langsung berpikir.
Aduh, kenapa nanya dia sih, dia gak mau ikut campur sebenarnya, ayolah dia gak mengerti sama sekali.
Bilangnya sih gitu tapi gak tau kedepannya, pasti ada saja rasa menyesal kalau gak ikut campur dalam urusan pernikahan mereka.
"Indoor? Aku lebih suka di dalam ruangan."
"Baiklah," balas Yeonjun sambil fokus menjalankan mobilnya itu.
Yeonjun menoleh kearah kaki Soobin, cowok itu berjalan seperti biasa saja tadi, tapi entahlah, bisa saja dia hanya menahan rasa sakitnya dari tadi.
"Kakimu baik-baik saja?"
"Kakiku baik-baik saja," balas Soobin sambil melirik kearah kakinya.
Lagipula dia gak selemah itu langsung sakit apalagi akibat tendangan dari kakaknya.
"Kamu kalau beneran tertarik untuk bekerja, langsung saja kirim lamarannya ke sana," ucap Yeonjun tiba-tiba sambil menunjuk kearah gedung tinggi yang langsung terlihat oleh Soobin.
Soobin menatap kearah gedung tersebut lalu menoleh kembali kearah Yeonjun yang masih fokus menyetir.
"Itu perusahaan milik kakak?"
"Milik papaku."
"Tapikan ujungnya akan jatuh ke tangan kakak," balas Soobin yang membuat Yeonjun gak menjawab lagi.
Ya memang sih, apalagi dirinya anak tunggal, jangankan perusahaan cabang, perusahaan pusatnya saja dia akan mendapatkannya.
"Tapi aku harus interview dulu?"
"Gaklah, itu hanya formalitas saja, nanti aku yang akan bilang langsung ke pihak hrdnya untuk meluluskanmu saat itu juga," balas Yeonjun membuat Soobin speechless, baiklah gak bisa ngomong lagi.
Yeonjun melirik sekilas kearah Soobin yang masih memperhatikan jalanan di hadapan mereka.
"Tapi aku menyarankanmu untuk tetap di rumah."
"Masih mengurus anak lagi?"
"Tepat sekali, kamu sepertinya ingat dengan rencanaku," balas Yeonjun saat mendengar perkataan Soobin barusan.
Soobin memutarkan kedua bola matanya, dia pikir hanya bercanda saja ternyata malah beneran dong tentang punya anak itu.
"Kalau aku gak mau punya anak gimana? Kakak gak tau kalau punya anak itu bisa saja membuat kita terbebani?" ucap Soobin sambil menatap bertanya kearah Yeonjun yang diam itu.
Apakah cowok itu akan tetap memaksanya untuk punya anak mendengar perkataannya tadi?
"Ya gak masalah, aku tidak memaksamu sama sekali, lagipula kamu terganggu dengan ucapanku tadi, kamu langsung bilang saja," balas Yeonjun yang malah membuat Soobin merasa tidak enakan sekali.
Sebenarnya dia gak keberatan sama sekali untuk punya anak, tapi kembali lagi ke perasaan dirinya saja belum ada rasa dengan Yeonjun, mana mungkin bisa secepatnya itu punya anak.
"Kamu bisa bekerja kapanpun kamu ma-"
"Sebentar, aku akan meralat ucapanku," ucap Soobin yang memotong ucapan Yeonjun tadi.
"Aku mau punya anak, tapi jangan memaksaku setelah kita menikah tadi," ungkap Soobin sambil menoleh sekilas kearah Yeonjun yang malah tertawa mendengar ucapannya.
Emangnya ada yang lucu apa? Soobin gak melucu sama sekali, tapi Yeonjun selalu saja suka menertawakan dirinya.
"Gak lucu tau."
"Maaf-maaf, lagian kamu lucu sekali dengan ekspresi serius seperti tadi."
Soobin cemberut dan memilih untuk menoleh kearah lain, tapi sayangnya mereka ternyata sudah sampai di basement apartemen.
Setelah selesai memarkirkan mobilnya, Yeonjun mengajak Soobin untuk segera keluar dari mobil.
Mereka masuk ke dalam lift yang hanya ada mereka berdua di sana.
Mata Soobin melirik kearah Yeonjun yang berdiri di sebelahnya.
"Kakak gak telat bekerja, kah? Gak takut kena marah?"
Pertanyaan bodoh, siapa juga yang mau memarahi Yeonjun coba? Soobin langsung menepuk dahinya sendiri membuat Yeonjun hanya menggelengkan kepalanya.
Lift akhirnya sampai di lantai tujuan mereka, Yeonjun berjalan mendahului Soobin.
Ketika sudah sampai di depan pintu apartemennya, dia segera membuka pintu apartemennya tersebut.
"Aku sebenarnya masih ingin memberitahu apa saja yang ada di apartemenku, tapi aku harus segera pergi karena ada rapat, kamu bisa berkeliling sendiri bukan? Kamu bahkan bisa memilih mau tidur dimana, kalau mau tidur denganku juga tidak masalah."
Soobin mendengus, untuk kalimat yang di akhir, itu gak akan pernah terjadi sebelum mereka menikah.
"Jangan berharap, kalau kakak mengajakku tidur bersama sebelum menikah, kakak pasti bisa merasakan tanganku di muka kakak," balas Soobin sambil menatap kearah dasi yang digunakan oleh Yeonjun.
Dasinya berantakan sekali coba, Yeonjun saja membiarkan jasnya gak terkancing saat ini.
Yeonjun berpikir Soobin akan segera menyuruhnya pergi, tapi ternyata tangan Soobin malah membenarkan dasinya, intinya jarak Soobin dan Yeonjun sangat dekat sekali.
Bahkan Yeonjun bisa mencium wangi shampo yang digunakan oleh Soobin.
Setelah membenarkan dasi cowok yang akan menjadi suaminya itu, Soobin mengancingkan jas Yeonjun.
"Eh?" ucap Soobin sendiri setelah sadar apa yang sedang dia lakukan, matanya langsung bertatapan dengan Yeonjun yang sama-sama menatapnya sambil tersenyum.
"Thanks."
Setelah mendengar kata tersebut, Soobin hanya terdiam kikuk ketika merasakan Yeonjun yang baru saja mencium keningnya itu.
"Sampai jumpa nanti sore," ucap Yeonjun sambil melambaikan tangannya kearah Soobin yang masih bengong itu.
Bahkan Yeonjun sudah tidak ada lagi di penglihatannya.
Soobin langsung memegang keningnya yang baru saja di kecup oleh Yeonjun tadi.
"Sialan, konsisten Soobin!" ucap Soobin kepada dirinya sendiri, namun dirinya malah berjongkok sambil memegang dadanya.
Gawat, jantungnya berdebar dengan kencang saat ini, bahkan dia bisa merasakan mukanya yang memerah saat ini.
Yeonjun memang berbahaya sekali untuk memainkan perasaan Soobin.
Tbc.
Astaga, padahal aku belum selesai, eh part ini malah gak sengaja di publish, untuk langsung aku unpub wkwkw.
抖阴社区ku gangguan, jadi aku hapus part sebelumnya dan buat baru, buat yang sudah vote dan komen tadi, maaf banget:)
Bisa double up dong nih, hehehe.
Dahlah, semoga suka, vote dan komen jangan lupa.
Sampai jumpa di part selanjutnya.
Salam,
Anaknya Taekook.

KAMU SEDANG MEMBACA
Into You -yeonbin?
FanfictionSoobin hanya berpikir jika Yeonjun datang ke rumahnya itu karena berteman dengan kakaknya dan menjahilinya, bukan berniat masuk ke dalam kehidupannya. Karena tiba-tiba saja Yeonjun berkata ke orang tuanya untuk melamarnya, bukan melamar kakaknya! #1...
12. Feeling.
Mulai dari awal