"Kalungnya cantik," ujar Ariel ketika melihat kalung dengan bandul bintang melingkar indah di leher jenjang Excel.
"Ini kayaknya bakal jadi kado paling istimewa dari kamu," balas Excel sembari memegang kalung berbandul bintang itu.
"Kamu suka?"
"Suka banget."
"Kamu tahu arti dari bandul bintang itu, Val?"
Excel menggeleng, membuat Ariel mengacak gemas rambutnya. "Bintang itu seperti kamu, indah. Dia terlihat kecil dibandingkan bulan."
"Bulan?" tanya Excel tidak mengerti.
"Bintang itu ibarat kamu, kalo bulan ibarat orang lain."
"Nggak paham." Excel mengerutcutkan bibirnya, lucu.
Ariel dibuat semakin gemas. "Kamu itu istimewa, sampai Tante Sandra nggak sadar, bahkan menganggap kamu kecil-"
"Kenyataan," potong Excel cepat.
"Siapa bilang. Bintang emang kecil tapi dia bisa bersinar sendiri. Dia menghasilkan cahaya yang sangat terang karena reaksi fusi nuklir yang terjadi pada inti bintang. Pada inti bintang itu terjadi proses perubahan hidrogen menjadi helium dan mengalami proses pembakaran yang membuat bintang bercahaya. Kamu juga begitu, akan melewati proses, proses yang akan membuat kamu bersinar terang, Val. Sedangkan bulan, dia cuma bisa memantulkan sinar dari matahari, iya 'kan?
"Tapi orang lain 'kan bisa jadi bintang, bukan cuma gue doang."
"Tapi menurut aku bintangnya itu cuma kamu, nggak ada yang lain."
"Meskipun letak bintang yang kecil itu tinggi banget, tapi sinarnya masih terlihat berkilau, dia mampu memancarkan sinarnya sendiri. Jadi biarin Tante Sandra atau orang lain memandang kamu sebelah mata. Yang harus kamu yakini, kamu akan berkilau, kamu akan memancarkan cahaya terang dari diri kamu sendiri tanpa campur tangan orang lain. Aku yakin, dan kamu harus lebih yakin."
"Jaga diri kamu baik-baik, Val. Aku sayang kamu."
"Kenapa ngomong gitu, mau ke mana?" Excel menatap kedua mata teduh Ariel.
Ariel meletakkan dagunya di atas kepala Excel, kemudian menarik tubuh ringkih di depannya untuk dia dekap. "Mungkin ini jawaban yang dikasih Tuhan. Aku mau kamu bahagia, tapi Tuhan nggak izinin aku ada di samping kamu-"
"Maksut lo apa sih, Riel?"
"Kamu akan bahagia, Val. Kebahagiaan yang selama ini kamu tunggu."
"Tanpa lo? Kalo tanpa lo di samping gue, udah pasti gue nggak bahagia."
"Kamu akan bahagia... tanpa aku." Ariel beranjak, berjalan menjauh dari tempat semula, kemudian tubuhnya hilang begitu saja bersamaan dengan kilatan cahaya.
"Enggak, lo nggak boleh ninggalin gue, Riel!"
"ENGGAK JANGAN TINGGALIN GUE. JANGAN TINGGALIN GUE, ARIELLL...."
-•🦋•-
Excel dengan napas tersengal bangun dari tidurnya. Gadis dengan baju tidur motif hello Kitty itu menyenderkan tubuhnya yang bergetar hebat. Menarik napas kemudian membuangnya panjang.
Mimpi itu, hampir setiap hari Excel selalu bermimpi kalau Ariel masih di sampingnya. Cecil yang baru saja membuka pintu kamar Excel langsung berjalan cepat dan ikut duduk di atas kasur, tepat di samping Excel.
"Ariel..., Cil. Dia pergi ninggalin gue."
"Ikhlas, Kak. Kak Ariel pasti sedih kalo lihat Kak Excel kayak gini terus."

KAMU SEDANG MEMBACA
Abriel dan Excel | SELESAI
Teen FictionPart masih lengkap "Berdiri di sampingku, dan kita ciptakan bahagia bersama." Ini adalah kisah Abriel dan Excel, dua sahabat yang terikat tantangan gila untuk menutupi luka yang teramat gila. Tantangan yang sudah berjalan tiga tahun lamanya. Abriel...
EPILOG
Mulai dari awal