Waktu tidak terasa begitu cepat. Begiupula Jason, yang saat ini resmi menjadi pengurus pesantren. Jason masih tidak bisa membayangkan kedepannya nanti.
Ia akan menjadi bapak satu pesantren? Memiliki banyak putra-putri yang tidak dikenal. Terlebih lagi, jika Kyai sudah tidak ada ia yang akan menjalankan pesantren ini. Membayangkan saja sudah membuat Jason pusing.
Bahkan beberapa kali ini Jason sering menemani Kyai diacara-acara penting. Seperti pengajian besar, ataupun acara akbar keagamaan.
Ia mulai belajar mengenai dunia pesantren. Awalnya Jason tentu saja bingung, merasa tidak nyaman, atau cukup merasa was-was saat diajak Kyai menuju acara-acara besar.
Hanya ada ia, Kyai dan beberapa ustadz dari pesantrennya. Ia ingat saat pertama kali menghadiri pengajian besar diluar pesantren. Ada banyak orang, bukannya Jason tidak nyaman, ia sudah terbiasa dengan kerumanan. Namun yang membuatnya tak nyaman adalah, situasinya. Ia berasa bagai orang paling bodoh.
Kenapa? Jelas disana pasti banyak pemuka agama, ia hanya apa? Belajar di Pesantren bersama istrinya saja baru sekitat lima tahun. Jika dibandingkan dengan ulama yang sudah mempelajari Islam sejak dini, Jason sungguh tertinggal
Namun Kyai berhasil mengembalikan semangat Jason. Kyai mengatakan untuk bersikap sewajarnya saja. Jason masih ragu, ia tidak pernah mengikuti pengajian besar sebelumnya.
Saat sampai, rombongannya sudah disambut oleh beberapa ulama. Saat Kyai turun dari mobil Jason bisa melihat mereka segera berbondong-bondong membantu dan meminta salim serta mengucap salam.
Jason bingung, kenapa sikap mereka berlebihan seperti itu? Mungkin karena Kyai sudah sepuh dan dihormati? Atau mungkina karena mertuanya itu pemimpin sebuah pesantren. Entah, Jason juga tidak mengerti.
Karena merasa paling muda, Jason turun terakhir sendiri. Para ustad sebenarnya memintanya untuk turun setelah Kyai, namun Jason menolak dan membiarkan mereka turun terlebih dahulu.
"Dimana Nak Jason?" Tanya Kyai pada beberapa ustadz karena tidak melihat menantunya.
"Disini Abi," balas Jason setelah turun dari mobil. Jujur, ia tidak nyaman dengan banyaknya manusia mengerubuti mereka. Bayangkan saja kau sedang menghadiri pesta perusahaan Jason. Dasar Gus bobrok, acara pengajian disamakan dengan pesta kantor.
"Sini," kata Kyai melambaikan tangannya dan Jason tentu saja langsung mendekat.
Jason kikuk, ia melihat beberapa ulama, ustadz, atau santri, entahalah! Intinya mereka, Jason tidak tahu statusnya, pokoknya mereka semua terlihat seperti ustadz dimatanya.
Mereka terlihat kaget saat Kyai memanggilnya dan polosnya ia malah mengucapkan kata Abi. Mereka pasti berpikir mengenai siapa dirinya, dilihat juga bukan kalangan santri, terlihat dari modelannya.
Jason bisa melihat mereka bertanya-tanya mengenai siapa ia. Tentu saja, dilihat dari namanya saja sudah tidak ada unsur Islami-Islaminya.
Disana Kyai memperkenalkan Jason sebagai menantunya, suami putri satu-satunya, Nadia. Mereka semua nampak terkejut, bahkan Jason melihat ustadz-ustadz berumur nampak sedikit kecewa. Jason tebak, mereka pasti ingin meminang istrinya untuk menantu atau diri sendiri.
Namun walaupun seperti itu, mereka sangat menghormati Jason. Beberapa orang juga jelas tahu siapa ia, seorang pengusaha besar. Diusia yang masih muda sudah memimpin perusahaan sebesar HJN. Mungkin berita menantu Kyai Tahrin seorang pengusaha akan cepat tersebar, Jason yakin itu.
Setelah mengetahui jika ia seorang Gus, mereka segera hormat, bahkan ada yang salim. Jason sampai kaget saat seorang yang lebih senior mengecup punggung tangannya. Hei, Jason kira mereka akan salam biasa, astaga kenapa mereka memperlakukannya secara berlebihan? Ia tidak setua Kyai atau sepandai mereka dalam beragama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Gus
General Fiction-END- [JANGAN LUPA FOLLOW, TERIMA KASIH] Menjadi Gus dalam waktu tiga bulan? Terdengar sangat mustahil. Namun ingat, tidak ada kata mustahil di dunia jika Allah sudah berkehendak. Reinaldo Jason Candra, CEO Perusahaan manufaktur sektor furniture ter...