抖阴社区

5. Rainy Night

39 2 2
                                        

Genangan air membias layaknya cermin, menyalakan sorot tajam itu menyala seolah ia kembali ke masa lalu yang bahkan ia tidak mengerti bagaimana asalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genangan air membias layaknya cermin, menyalakan sorot tajam itu menyala seolah ia kembali ke masa lalu yang bahkan ia tidak mengerti bagaimana asalnya. Gelap menyelimuti bumi dengan begitu pongahnya, menenggelamkan suka cita menjadi ketenangan yang seolah abadi. Ketakutan dalam diri sesosok gadis yang sudah sepuluh menit berdiri di atas genangan air hujan, menatap pada kolam renang besar yang terpancar cahaya bulan dan beberapa lampu di sana. Sesak mendera jiwa raganya, seakan ada sakit yang membelot tapi tak ada yang merengkuh.

Asrama. Tidak, Jeselyn tidak berada di asrama. Ia memilih untuk sementara tinggal di rumah setelah ayahnya menemuinya dan memintanya untuk pulang. Ia tidak akan memberontak, karena dalam benak memang inilah yang ia inginkan, yaitu pulang.

Jess sedang menikmati sedikit waktunya di halaman belakang rumah. Taman yang masih seasri sebelum ia meninggalkannya beberapa minggu berlalu. Jess menyukai tempat yang ia sendiri minta pada ayahnya sewaktu masih kecil, katanya ia ingin punya taman bermain seperti yang ada di sekolahnya.

Ia bilang pada kakaknya yang sedang pergi bersama teman-temannya kalau ia hanya akan duduk di tepian, tapi pada akhirnya ia menerabas hujan untuk menikmati tiap tetesannya.

Namun, nyatanya kakaknya tidak mudah dibohongi, walaupun ia sudah berhasil mengelabuhi ayahnya yang tahunya ia sedang menyiapkan materi untuk ujian semesternya.

Jess berpikir ia akan amam, tapi setelah ia mendengar gemericik di belakangnya bukan lagi dari air hujan yang menghantam atap melainkan dari keran shower yang dinyalakan, sontak membuat Jes langsung berbalik badan.

Jess menemukan kakaknya memakai pakaian yang menurutnya terlalu kasual tapi keren, bukan pakaian malam hendak tidur, tetapi kaus dan celana setelan. Membawa jaket yang disampirkan di pundak sebelah kanan. Alangkah indah bayangan di keramik granit itu, bak bayangan yang ia lihat di mimpinya kemarin malam.

Sebuah mimpi yang membawanya pada abad yang telah berlalu yang seolah sudah terlalu tua untuknya, pelukan hangat, kecupan kening, dan sentuhan lengan, seolah terasa hingga dunia nyata, nyatanya tangan besar itu sekilas terlihat seperti milik kakaknya sendiri.

"Kak? ada apa tengah malam menemuiku?" tanya Jes yang tidak berbuah jawaban apa pun. Bahkan sekarang, setelah pertanyaannya tidak terjawab, ia menjadi ragu untuk urusan apa kakaknya ke halaman belakang tengah malam.

Langkah Jeff semakin mendekat, meninggalkan keran air yang sudah ia tutup setelah ia gunakan untuk membasuh muka. Ia geram pada maid yang mengatakan tidak Jeselyn sudah tidur.

Jeff hampir saja memarahi maid itu, tapi sebelum semua itu terjadi, maid itu memilih buka mulut. Ternyata Jes sendiri yang meminta maid itu tutup mulut. Sementara Jeff tahunya Jess sudah tidur di kamarnya seperti saat ia pergi untuk ke sirkuit bersama teman-temannya.

Tak sabar dengan langkah kakinya sendiri yang dirasa Jeff tak kunjung sampai, ia pun berlari dan beberapa langkah panjang dan cepat itu, ia menubruk Jes dan memeluknya begitu saja.

Perfect IrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang