Happy reading 📖
—
_
–
-
•
•
•Azela masih tidak percaya dengan Bi Laras. Di umurnya yang terbilang masih muda ia sudah bekerja sebagai asisten di rumah Raka atau lebih tepatnya orang kepercayaan Darren—Papa Raka— yang mungkin berumur sekitar dua puluh tujuh tahun. Wajahnya yang cantik tentu menimbulkan berbagai pertanyaan di benak Azela. Mengapa orang secantik Bi Laras mau menjadi asisten?
Awalnya Azela pikir kedudukan Bi Laras hampir sama dengan Bi Ima yang bertugas menggantikan Erdan sewaktu pria itu sibuk dengan pekerjaannya.
Dan alasan kenapa Bi Laras dipanggil 'Bibi' karena... itu kemauannya.
Azela mengalihkan fokusnya pada Raka. Laki-laki itu sedang mengajak bunga-bunganya berbicara. Meski tidak ada respon yang ia dapatkan.
Sehari di rumah Raka bagaikan seribu abad bagi Azela. Ia merasa waktu bergulir sangat lambat dan membiarkannya terjebak dengan laki-laki kurang waras itu.
"Ka," panggil Azela.
Yang dipanggil pun menoleh dan menampilkan senyum manisnya. "Iya?"
"Gue boleh pulang kapan?" Raka mengerucutkan bibirnya tidak suka dengan pertanyaan itu.
Tangannya ia lipat di depan dada dan membelakangi Azela.
Gadis itu menghela napas jengah. "Ka, sorry gue nggak bisa lama-lama di sini. Bentar lagi bokap gue pulang. Gue bisa dimarahin kalau nggak balik sekarang."
Raka tertegun. Akhirnya, laki-laki itu berbalik badan menatap Azela dengan wajah paniknya yang kentara.
"Kamu udah boleh pulang kok. Bilang aja udah dikasih ijin sama aku," ucap Raka seraya tersenyum tipis.
"Serius?" Raka mengangguk. "Kalo gitu gue pulang dulu, ya," pamit gadis itu dengan wajah semringah.
Azela melangkahkan kakinya keluar dari rumah Raka. Gadis itu berbalik menatap rumah besar itu.
"Besok gue nggak akan balik lagi ke sini," ucap gadis itu dengan seringai tipis.
.
Sedangkan dari ruang CCTV Adelio tersenyum miring melihat gadis SMA itu yang berencana tidak akan datang lagi ke rumah Raka.
"Gadis bodoh."
🍂🍂🍂
"Kak, Papa udah pulang?" tanya Azela sedikit berbisik.
Ghavin menggelengkan kepalanya kemudian beralih mengisi air panas ke dalam gelas yang berisi susu coklat. Laki-laki itu memang sangat menyukai hal-hal yang berbau coklat.
"Kemana aja? Kok baru pulang?" tanya Ghavin sambil mengaduk susu coklatnya.
"Nyari angin," balas Azela ketus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir dan lukanya(End)
Teen FictionKita ditakdirkan untuk bertemu bukan untuk bersatu...