JEAN [END]?

¤▪︎¤

Dua minggu berlalu begitu saja, hidup Jean hanya seputaran sekolah dan bekerja. Tak banyak yang berubah, mungkin yang membuat hari-harinya lebih baik adalah atas kehadiran Dika dan Yandra sebagai sahabat barunya.

Pagi ini mata pelajaran olahraga, setelah minggu-minggu kemaren diberi materi. Hari ini pak guru mengadakan praktek di lapangan.

Semua murid kelas X ipa 1 tengah berdiri rapi di lapangan terbuka, tepat di sebelah lapangan basket.

Murid-murid terlihat bersemangat, tentu saja kebanyakan murid sekolah sangat menyukai jam olahraga diluar ruangan.

Namun tidak dengan Jean, anak itu sejak tadi sedikit was-was dan berdoa agar jantungnya tak berulah.

"Kita akan bekerja keras hari ini, jadi ayo bekerja sama lah" Gumam Jean sambil menepuk pelan dadanya.

Pa Guru mulai mengajak para murid kelas X ipa 1 untuk melakukan pemanasan.

Setelah delapam menit pemanasan, Pak guru mulai mengabsen murid untuk melakukan olahraga lari sesuai materi minggu kemaren.

Jean kini duduk di pinggir lapangan bersama yang lain, menunggu giliran dipanggil. Pandangan Jean beralih pada kedatangan Sagra, tentu saja untuk menemui adiknya.

Jean bahkan dengan jelas mendengar Sagra yang tengah mengobrol dengan adiknya, tentu saja karena jarak mereka cukup dekat.

"Ih Abang bawel, udah sana bentar lagi giliran aku nih"

Ujaran terakhir itu datang dari Arkan adik Sagra, yang dapat Jean dengar sebelum Sagra meninggalkan rombongan kelas X ipa 1 dan menuju lapangan basket yang tak jauh dari sana.

Nama Arkan di panggil, sudah tak heran jika ia lebih dulu maju, lihat saja awalan namanya.

Semua awalnya baik-baik saja, sampai akhirnya saat di tengah-tengah larinya Arkan tiba-tiba saja jatuh. Cukup keras dan sepertinya juga cukup menyakitkan, hei memangnya ada jatuh yang tidak sakit? Jatuh cinta saja terkadang menyakitkan:')

Jean yang melihatnya pun ikut meringis.

Murid perempuan mulai heboh karena melihat mulut Arkan berdarah, sepertinya akibat dagu anak itu terkena lebih dulu ketika jatuh membuat dagu serta gusinya berdarah, akibat kehebohan murid perempuan, membuat beberapa murid yang berada di sekitaran lapangan ikut melihat.

Termasuk Sagra yang bahkan langsung berlari menuju adiknya. Lantas membawa adiknya pergi dari lapangan. Bahkan dengan tidak sopannya menepis tangan Guru olahraga yang berniat membantu adiknya berdiri. Jika itu Sagra para guru akan maklum, karena sudah paham watak dari anak pemilik yayasan itu. Ingin marah yang ada pekerjaan mereka yang hilang.