Jasa besar Putra tentu tak akan semudah itu dilupakan kendati tahun silih berganti. Wanita itu pun masih mengingatnya dengan baik.
"Jika Nyonya mau berpihak pada saya, saya harap Nyonya juga bisa meyakinkan suami Nyonya untuk melakukan hal yang sama."
"Memangnya apa yang mau kamu lakukan sampai membutuhkan dukungan kami berdua?"
Senyum Cheline semakin lebar. Ia mengedikkan bahu, "Sederhana saja."
"Apa itu?" Wanita paruh baya itu terdengar tidak sabar.
"Anda tahu, kan, putri tiri saya adalah pemula di dunia bisnis. Belum ada setengah tahun dia menjalankan perusahaan Papanya yang terlalu besar untuk dipimpin oleh anak seumur jagung sepertinya. Jadi, saya sempat menemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan yang seharusnya," papar Cheline, membuat suaranya seolah tengah mengasihani objek pembicaraan mereka.
"Sebenarnya saya tidak mau melakukan ini, tapi kalau saya tetap diam, putri tiri saya itu tidak akan bisa mengevaluasi kesalahannya. Maka dari itu, tolong lakukan audit untuk anak perusahaan yang sempat ia pegang beberapa waktu belakangan, Wara Hotel & Resort Management."
Sementara Cheline menjelaskan permintaannya, wanita paruh baya itu tampak menimbang-nimbang.
Cheline pun menambahkan dengan santai, "Apabila ada kesalahan yang ditemukan, jangan sungkan untuk menanganinya sesuai hukum yang berlaku."
...
"Sebelumnya, terima kasih untuk waktunya, Pak. Saya merasa sangat terhormat dapat memiliki kesempatan sebaik ini."
Harrish menggeleng dan tergelak, "Jangan berlebihan, Mas Adam. Jika topik interviewnya memang menarik, saya pasti bersedia meluangkan waktu saya."
Seolah menular, Adam ikut tergelak, "Saya pastikan interview kali ini bisa menambah citra baik Pak Harrish."
Mendengar itu, Harrish sempat termangu sejenak. Tak lama memang. Karena sekian detik setelahnya ia kembali tertawa, kini seraya menepuk bahu Adam dengan akrab.
"Baik. Saya mulai, ya, Pak."
Harrish memperbaiki posisi duduk demi kenyamanannya selama interview itu berlangsung. Ia siap menjawab setiap pertanyaan karena dirinya cukup yakin bahwa pertanyaan yang akan Adam berikan pasti sama saja dengan jurnalis lain di luar sana.
"Sebelum membahas pencapaian Pak Harrish selama ini, bisa Pak Harrish ceritakan bagaimana awal mulanya Pak Harrish terjun ke dunia politik?"
"Ah, itu. Saya pikir saya sudah banyak menceritakannya baik melalui wawancara seperti ini maupun melalui buku-buku biografi saya. Saya sebenarnya memiliki ketertarikan di dunia politik semenjak kuliah. Karena, saat itu saya..."
Harrish memberi jawaban panjang kali lebar. Sesekali menyelipkannya dengan lelucon agar suasana tidak terlalu tegang. Seakan mengerti perannya, Adam pun menanggapi dengan tawa. Kendati melihat wajah pria itu saja ia merasa muak, ia berusaha bersikap normal agar tidak terlihat mencurigakan.
"Kalau begitu, apa modal awal Pak Harrish terjun ke dunia politik sampai akhirnya bisa terpilih menjadi gubernur selama 2 periode berturut-turut, 12 tahun lalu?"
"Tidak banyak sebenarnya. Orang-orang kebanyakan berpikir saya mengeluarkan uang yang sangat banyak agar bisa terpilih selama 2 periode berturut-turut waktu itu. Padahal, yang saya perlukan hanya kepercayaan masyarakat. Karena ketika masyarakat percaya kepada saya, mereka akan memberikan suaranya untuk saya, kan?" Lagi-lagi tawa mengakhiri kalimat Harrish.
Namun kali ini, tawanya tidak menular pada Adam. Pria itu hanya mendengus dan sambil sibuk membaca script, ia berceletuk, "Sepertinya anda melupakan satu modal lagi. Modal yang mengambil andil besar dalam kemenangan anda."

KAMU SEDANG MEMBACA
4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]
RomanceKetika nominal empat miliar rupiah membuatmu mempermainkan kesakralan sebuah pernikahan. Ketika nominal empat miliar rupiah membuatmu rela kehilangan kehormatan demi mendapatkan hak yang sudah sepatutnya kamu dapatkan. Ketika nominal empat miliar ru...
:: Bab LXII ::
Mulai dari awal