抖阴社区

:: Bab LXIX ::

Mulai dari awal
                                    

"Cheline."

Juan spontan mengernyit, "Nyonya Cheline? Anda yakin?"

"Fakta bahwa dia ingin menyingkirkan Sasmita tidak bisa dielak. Dia bisa mencari cara apapun untuk membuat Sasmita hancur."

Juan menelan ludah, kesulitan mempercayai dugaan Bram. Ia tahu betapa liciknya Cheline yang sudah menghancurkan keluarga Mita. Hanya saja, tak terpikirkan olehnya bahwa wanita itu akan tega menjorokkan Mita ke dalam kubangan masalah dengan cara kotor seperti ini.

"Untuk sekarang, saya akan membebaskan Sasmita dari tuduhan keterlibatannya. Kamu fokus saja pada penyelidikan di hotel. Jangan sampai polisi menemukan bukti lain yang bisa merugikan hotel atau bahkan posisi Sasmita."

Tanpa repot menolak, Juan mematuhi arahan yang Bram berikan. Setidaknya, ia begini juga demi kebaikan Mita.

Juan bangkit dari kursinya untuk membuka jendela ruangan demi menghirup udara segar. Hanya saja, perhatiannya teralihkan pada koran yang tadi ia lempar. Terutama pada nama penulis artikel dengan headline kontroversial itu. Kerutan seketika memenuhi keningnya.

"Adam Wiyanto?"

...

"Artikel Mas Adam udah tembus 500.000 pembaca di website, Mas."

Decak kagum dari para rekan kerjanya membuat Adam tersenyum puas. Di balik meja, ia menatap layar komputernya yang menampilkan artikel yang ia unggah tempo hari, hanya selang beberapa jam setelah Mita diciduk polisi.

Mengabaikan belas kasihan pada Mita yang mungkin saja dijebak, Adam merasa lebih bahagia. Melihat reputasi Mita yang hancur di mata masyarakat meski tidak melakukan kesalahan adalah strategi cadangan yang berhasil ia wujudkan.

Ketika masih memandangi artikel yang menjadi mahakarya terbaiknya, ponselnya bergetar. Ia melirik sejenak, lantas memilih untuk tidak mengindahkan panggilan tersebut.

Mas Bram is calling

...

Tidak langsung ke kantor, Mita meminta Rian untuk mengantarnya ke rumah sakit terlebih dahulu. Ia perlu mengetahui kondisi Papanya, meski rasanya mustahil untuk bisa mendapat perkembangan positif.

"Mita, kenapa dengan pelipis kamu? Kenapa ada plester lukanya begini?"

Alih-alih menyapa dengan sapaan hangat, Anggi langsung mengkhawatirkan kondisi pelipis Mita. Meski merasa tidak enak dengan Anggi yang mengkhawatirkannya secara berlebihan, setidaknya Mita bisa bernapas lega karena nampaknya wanita itu tidak tahu apa yang terjadi kemarin antara ia dengan Cheline.

Mita pun menjawab sekenanya, "Ini kepentok box, Mah. Kemarin ada pemindahan beberapa barang di kantor, terus pas barang-barangnya diangkut, Mita gak sengaja nabrak yang ngangkut barang-barang itu. Jadinya, pelipis Mita kena sudut box."

Menjelaskan cerita palsunya dengan fasih, Mita berhasil membuat Anggi percaya. Setelah mendengar penjelasannya, wanita itu hanya mendesah resah dan mendecak, "Kamu harus lebih hati-hati, sayang."

"Gimana kondisi Papa, Mah?" tanya Mita, mengalihkan pembicaraan. Anggi menatapnya dengan seribu makna yang menggelantung, namun didominasi oleh keputus-asaan.

Menyadari itu, Mita pun mendekat pada jendela. Memandangi Putra yang tergolek lemas, meski terhalang kaca.

Dengan kondisi tubuhnya yang dipasangi berbagai alat, semua orang pasti bisa mengasumsikan seberapa parah kondisi pria itu. Kendati demikian, Mita masih tak menyangka bahwa hanya karena obat, Papanya harus berjuang di batas antara hidup dan mati.

4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang