[END] [ SEQUEL : ON GOING]
Taesan tidak pernah tahu kalau selama ini punya tetangga yang memiliki kepribadian aneh. Dia tidak pernah keluar seperti dunia masih dalam covid era. Suatu hari, berkat adik kecilnya, Yujin. Untuk pertama kalinya, ia berte...
Apa yang yang lebih membingungkan daripada silent treatment. Terlebih jika itu berasal dari orang yang menjadi alasan utama seseorang tersenyum. Mungkin terdengar cliche, tapi rasanya tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Tanpa tahu penyebab yang jelas.
Apa yang terjadi di balik tirai yang selalu tertutup rapat bahkan saat pagi hari di musim panas. Tempat itu tampak seperti tak berpenghuni. Begitu sunyi. Kemana perginya seseorang yang biasanya akan mengganggu hari-harinya dengan segala tingkah konyol yang dia lakukan. Kemana perginya musik-musik rock favoritnya yang selalu ia putar seharian bahkan saat malam hari. Sengaja mengganggunya agar terjaga semalaman.
Apa yang terjadi?
Lee Han bertanya pada dirinya sendiri. Mau bagaimana keras otaknya berpikir menemukan jawaban, ia tidak bisa menemukannya. Ia memandang kosong ke arah jendela tempat Taesan yang tertutup rapat belakangan ini. Lampu kamarnya juga tidak dinyalakan.
Apa dia sedang pergi?
Tidak. Dia bertanya pada Yujin kemarin, kakaknya masih tidak boleh keluar kemanapun. Bagaimana bisa orang seperti Taesan bisa tahan berdiam diri di kamarnya. Hanya tidur tidak melakukan apapun. Bahkan ia juga tidak menerima panggilan dan menjawab pesannya.
Empat hari sudah berlalu. Rasanya sudah cukup untuk membiarkan dinding diantara mereka semakin tebal. Saatnya untuk menghancurkan dinding itu. Jika Taesan tidak akan melakukannya, Lee Han yang akan melakukannya.
Maka dengan itu, kedua kakinya berjalan dengan percaya diri menuju rumah Taesan. Tampak halamannya begitu sepi, ia pikir tidak akan ada orang disini. Saat tangannya mulai mengetuk, ia semakin yakin kalau rumahnya sedang kosong karena tidak terdengar sahutan dari dalam. Melihat ke arah garasi yang kosong. Membuatnya semakin yakin kalau tidak ada siapapun di rumah itu.
Saat kaki itu mulai berbalik, melangkah menjauh dari pintu. Terdengar suara pintu terbuka dari dalam. Kedua mata mereka bertemu setelah sekian lama. Perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Pernah dengar sesuatu tentang 'terkadang diam menjadi suara paling lantang yang bisa terdengar'? mungkin itu yang terjadi sekarang.
"Taesan, tunggu." Lee Han menahan pintu yang akan ditutup.
"Perlu sesuatu?" tanyanya singkat. Suaranya terdengar dingin sampai membuatnya mematung di tempat. Sesuatu sedang salah diantara mereka. Lee Han bisa merasakannya lewat tatapan matanya. Kemana mata berbinar yang selalu ia tunjukkan padanya.
"Hmm, kau baik-baik saja?"
"Ya?!"
"Okay, good! haha.." Lee Han berusaha mencairkan suasana. Tapi orang didepannya bersikap seolah sedang mengusirnya secara halus.
"Sudah makan?" Lee Han masih belum menyerah.
Taesan tampak membuang napasnya kesal. Kemudian menarik lengan Lee Han membawanya masuk ke dalam. Memojokkan badannya di balik pintu. Satu tangan bertumpu pada pintu. Wajahnya mendekat sampai membuat Lee Han ketakutan. Untuk pertama kalinya, ia melihat mata berapi menusuknya begitu tajam. Ia marah?
"Apa yang kau inginkan?" tanya Taesan.
"Calm down.. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Apa itu membuatmu marah? Oke, aku minta maaf... Aku akan pergi..."
Lee Han berusaha keras menjauhkan tubuh Taesan dari hadapannya. Tapi Taesan tidak membiarkannya pergi begitu mudah. Mereka seperti sedang berperang dalam diam. Berdebat hanya dengan mata mereka.
"Kau tahu, aku pikir kita butuh bicara? Apa yang membuatmu begitu marah?"
Mendengar pertanyaan itu, Taesan menjauhkan badannya. Mengambil jarak beberapa langkah ke belakang dan berkata "Oke, sebaiknya kau pergi. Aku ingin tidur.." dengan suara rendah.
"Huh? Tidak mau! Kita harus bicara.."
"Terserah kalau kau mau disini. Aku pergi ke kamar."
Taesan meninggalkan Lee Han seorang diri. Ia menaiki tangga begitu cepat dan menghilang dari pandangan Lee Han. Membuatnya berpikir keras kesalahan apa yang ia buat sampai Taesan tampak begitu marah padanya.
Lee Han tidak mau usahanya sejauh ini sia-sia dan semakin membuat hubungan keduanya semakin jauh. Karena ia membencinya. Lee Han mengikuti Taesan ke atas. Ini pertama kalinya ia masuk ke rumah Taesan. Lantai dua hanya ada 3 ruangan. Kalau yang tengah merupakan kamar mandi. Kamar Taesan pasti salah satu di bagian ujung kanan atau kiri. Ia melihat salah satu pintu yang sedikit terbuka, kakinya mendekati ruangan itu.
"Taesan, aku-- Oh, Sorry!" Lee Han kembali keluar sambil menutup matanya saat tidak sengaja melihat Taesan sedang melepas pakaian. Oke itu bukan pertama kalinya melihat Taesan bertelanjang dada tapi dalam situasi saat ini terasa sangat aneh kalau dia tetap berada disana.
"Beritahu aku kalau sudah selesai.." Lee Han menunggu di luar dengan jantungnya yang masih berdebar sangat kencang. Ia membuang napasnya pelan berusaha untuk tetap tenang.
"Ada apa lagi?" suara Taesan membuatnya terkejut. Ia menoleh mendapati Taesan berdiri di depan pintu. Masih tidak berpakaian.
"KITA PULANG!!!!" suara teriakan ibunya dari bawah membuat Taesan langsung menarik cepat Lee Han masuk ke dalam kamar dan menguncinya rapat.
"Wait, kenapa?"
"Sssh," Taesan menutup mulut Lee Han.
Posisi keduanya sama seperti yang Taesan lakukan tadi. Lee Han bersandar di balik pintu dengan tangan Taesan yang membungkam mulutnya. Namun bedanya, hal itu tidak begitu membuatnya terintimidasi. Justru membuatnya ingin menahan tawa. Taesan masih tetaplah Taesan.
Terdengar langkah kaki naik ke atas. Mengetuk pintu kamar Taesan dan memanggilnya untuk segera makan. Merupakan suara ibunya.
"Aku sudah makan."
"Mau sampai kapan kau di kamar? Ayah sudah memperbolehkanmu keluar mulai hari ini. Kau baik-baik saja?"
"Hmm, tidak apa. Aku hanya malas keluar. Jangan khawatir.."
Kedua mata mereka bertemu tidak sengaja. Lee Han melepas tangan Taesan saat ia mendengar ibunya sudah menjauh. Taesan yang frustasi pergi menuju ranjangnya, bersiap untuk membaringkan diri. Menganggap seolah Lee Han tidak ada disana.
"Tunggu, aku bagaimana?"
"Itu terserah ,kau yang memilih untuk kesini, tadi kan sudah kusuruh pulang."
"Taesan, kau!!"
Lee Han berjalan mendekatinya marah. Ia tidak percaya kalau Taesan memperlakukannya seperti mereka tidak pernah terjadi. Ia kini berdiri di samping ranjangnya, sedang Taesan sudah mulai memejamkan matanya dengan selimut yang menutup tubuhnya sampai dagu. Tampak menggemaskan di mata Lee Han, tapi itu bukan poin pentingnya.
"Kau bisa melakukan apapun terserah yang penting jangan ganggu aku," katanya sambil memejamkan mata.
"Huh? Serius?" Taesan tidak menjawab. Ia tahu kalau Taesan itu punya kebiasaan bisa cepat tidur. Lee Han tak akan membiarkan itu terjadi. Karena ia harus menemukan jawaban saat itu juga.
Saat Taesan merasa dirinya akan masuk ke alam bawah sadar. Ia merasa sesuatu mendekat. Meskipun matanya tertutup, ia masih setengah sadar. Ia bisa merasakannya. Ia membuka mata dan mendapati wajah Lee Han sudah ada di depannya. Begitu dekat.
"Aku butuh jawaban.." ucap Lee Han pelan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.