抖阴社区

                                        

"Masih dingin?" tanya Leonor disaat Alam berhasil duduk di sampingnya.

"He'em." Alam mengangguk jujur.

Leonor menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang bersandar nyaman di atas sana. Gadis itu melirik ke samping saat Alam bergerak tak nyaman.
"Kenapa lo?" tanyanya.

Alam menatapnya dengan tatapan ternistakan dan tak berdaya, yang begitu disukai oleh Leonor sendiri. Jahat emang.
"Gue nggak nyaman Ser, cuman pakai ini tanpa daleman."

Pyar!

Leonor melotot. Matanya hampir keluar dari cangkangnya.
"Lo kemanain?" lirihnya yang ia tahan-tahan.

Dengan polos Alam menjawab.
"Udah gue tinggal di kamar mandi bersama pakaian gue." ujarnya tanpa rasa bersalah.

Leonor memejamkan mata. Siapapun tahan dirinya untuk tidak meledak dan menjambak rambut basah nan lepek lelaki itu.
"Kenapa lo lepas sialan?" bisiknya tajam.

"Kan udah basah." Alam menjawab sambil mengerjap.

Kini gantian wajah Leonor yang memanas.
"Jadi gue harus deket-deket sama lo yang nggak pake daleman? Gitu?" ujarnya membuang muka ke samping.

"Ini kita lagi deket-deket." seru Alam.

Lelaki itu memperhatikan Leonor yang memijit pangkal hidungnya.
"Lo kenapa?" tanyanya.

Leonor mendesis tertahan. Tanpa menatap lelaki itu ia berucap.
"Lo nggak takut burung lo terbang?" ujarnya kesal. Lihat, gara-gara banyak bicara, tenggorokannya mulai perih saja.

"Kenapa takut? Burungnya kan nggak punya sayap. Itu juga udah menyatu sama tubuh gue. Yakin nggak kemana-mana." tuturnya enteng.

Leonor langsung diam dengan wajah tertekan. Gadis itu tak habis pikir dengan lelaki itu. Dengan santainya ia mulai bernyanyi riang dengan suara yang mirip suara kuntilanak kejepit.

"Kasih jarak sana." Leonor mendorong bahu Alam.

"Geser kemana? Nggak ada tempat lagi." balas Alam. Benar, brankarnya memang hanya muat untuk satu orang. Jika ditambah lagi, maka tentu saja seperti ini jadinya.

"Pokoknya geser." Leonor terus-terusan mendorong lelaki itu.

"Kenapa? Sera takut karena gue nggak pake daleman?" tanya Alam dengan lugunya.

Leonor mendelik.
"Tahu ah." cibirnya.

Alam terkekeh sambil menggelinjang matanya. Lelaki itu merangkul bahu gadis itu, yang langsung ditepis oleh pemilik. Tapi lelaki itu kembali merangkul Leonor.
"Tenang aja Ser, walaupun nggak pake daleman, Jessy aslinya ramah kok." ujarnya.

"Jessy siapa?" cibir Leonor.

"Nama aset gue di Id Card." tutur Alam.

Leonor hampir menjatuhkan rahangnya sebelum ia sadar. Sejak kapan memang lelaki itu sedikit waras?

"Sialan." hanya kata itu yang dapat dilontarkan Leonor untuk lelaki itu.

"Eitsss jangan marah jangan marah. Nanti pita suaranya nggak pulih-pulih." cengir Alam.

"Kenapa lo ke sini? Bukannya lo ikut Kak Frey sama yang lain?" tanya gadis itu acuh tak acuh.

"Nggak ikut gue tuh, nanti kalo gue ikut, siapa yang bakal jaga lo? Siapa juga yang bakalan tanggung jawab kalo gue kangen?" tuturnya sok serius.

Leonor menatapnya datar sedatar-datarnya. Gadis itu membuang napas lelah.
"Serah lo aja." cebiknya malas. Ia memilih menurunkan sandaran brankar hingga posisi mereka jadi terbaring.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang