抖阴社区

Part 5: Preman Botak

2 1 0
                                        

"Damainya pagi hari," ucap Vania sambil meregangkan tubuhnya.

Drrttt drrttt.

"Halo?"

"VANIA! KAMU LUPA YA KALO KAMU UDAH KERJA?!" Mendengar jeritan Tante Putih, Vania menjauhkan teleponnya dari telinga.

"Inget kok inget, ini lagi otw." Padahal dirinya berbohong.

"Bener ya? Awas aja nggak dateng-dateng."

"Iya auntyyyyy."

Tut.

Panggilan itu dimatikan secara sepihak.

Vania menghirup nafas, "Otw is On The WC." ujarnya dengan bangga.

Vania bergegas pergi kekamar mandi lalu mulai membersihkan diri.

Selang hingga sampai ke Cafe Putih.

"Halo kawanku," ucap Vania kepada semua pelayan.

Beberapa pelayan menyapa Vania juga dan ada juga yang hanya cuek.

Vania berjalan memasuki ruang kerja miliknya.

"Heh, dasar ya lo malas! Gaji lo, gue potong baru tau," ancam Tante Putih.

"Namanya juga lupa Tan," cengir Vania.

"Lah tadi di telpon apaan? Katanya inget," sarkas Tante Putih.

Vania menelan ludahnya, "Awalnya inget, tapi beberapa saatnya tuh Vania lupa—"

Tante Putih mendorong dahi Vania dengan jari telunjuknya. "Alasan!"

🌟🌟🌟

Vania menggerutu melihat cuaca hari ini.

Terlihat cuaca mendung dari luar kaca Cafe, Vania mulai menghela nafas karena ia teringat bahwa jemuran pakaian dirumahnya masih tergantung dan siap-siap saja saat dirinya pulang, pasti semua pakaiannya sudah basah kuyup semua.

Kring kring, bunyi lonceng cafe, pertanda ada pelanggan yang masuk.

Pelanggan itu dari atas hingga bawah penampilannya berantakan... seperti preman.

"Woi, kasih gua kopi gratis kalo enggak, siap-siap aja ini cafe hancur!" ancam preman itu dengan garang. Preman itu sudah mengambil ancang-ancang untuk membuat kegaduhan.

Para pelayan cafe yang sudah ketakutan, berlari masuk ke dapur dan menyiapkan kopi, dari mereka tidak ada yang mau mengantarkan kopi itu kepada preman tersebut.

Semua melihat Vania yang sedang termenung di dapur sendiri kemudian semua menatap dan tersenyum aneh. Lalu Vania yang merasa aneh dengan tatapan itu menatap mereka dan mengangkat sebelah alis nya seolah bertanya "kenapa?".
Salah satu dari sekumpulan pelayan atau rekan kerjanya tersebut menyerahkan secangkir kopi panas ke tangan Vania dan berkata,
"Van, anterin ini ke meja 17 ya?" pinta salah satu rekannya sekaligus sahabatnya yang bernama Ceila.

"Oh gampang itu" ucap Vania tanpa tahu dia akan mengantar kepada siapa secangkir kopi itu.

Pelayan bersorak riang di dapur dan mengantar Vania keluar dari dapur, lalu mereka mengintip dari balik dapur. Vania menatap mereka heran, kemudian..

"WOI KOPI GUA MANA?!" teriak preman itu yang membuat suasana seisi cafe menjadi sunyi dan dingin akibat mereka semua diam ketakutan.

Vania pun tersadar dan melihat preman itu, dia kembali menatap teman nya tajam dan teman-teman nya hanya bisa menyengir kuda. Lalu dia menelan saliva dan menghampiri preman itu dengan agak cepat.
Lalu Vania tidak sengaja tersandung dan secangkir kopi itu terlempar dan tumpah ke kepala preman yang botak itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

? Terakhir diperbarui: Jul 23, 2023 ?

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Situationship: Cafe and My DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang