Allena mengerjakan matanya menyesuaikan cahaya yang sedikit ia dapat di retina matanya. Pandangan pertama yang ia lihat adalah gelap.
Kata itulah yang sangat menggambarkan kondisi yang ia lihat saat ini, banyak material yang sepertinya tidak terpakai di tempat ini, banyak juga debu-debu yang menempel pada material tersebut membuat nafasnya terasa sangat sulit untuk dia hirup, rasa sakit saat menarik udara pun kian terasa saat kini perutnya ikut merasakan sakit dibagian bawah.
Mata Allena mencari keberadaan Siska, pandangan Allena terkunci pada satu objek, yaitu Siska yang tengah diikat seperti dirinya, namun ikatan Siska terlihat lumayan kuat dari ikatan yang ia terima.
Rasa sakit kini kian sangat terasa, mata Allena pun ikut mengembun menahan rasa sakit, yang ia tebak adalah kram.
"Tolong! Lepaskan kami!" Pinta Allena saat melihat orang yang masuk kedalam ruangan.
Orang itu berjalan sedikit demi sedikit mendekat kearah Allena yang berusaha melepaskan ikatan pada tangganya.
"Hem? Bagaimana, lepaskan. Tunggu sebentar lagi ya cantik, kita tunggu kedatangan suamimu!" ucap perempuan itu membelai lengan Allena dengan senyum sinis.
"Stop! Jauhkan tangan anda, akh ...." sentak Allena yang mulai tak nyaman dengan tangan perempuan itu yang awalnya mengelus kini semakin meremat lengannya dengan kencang yang menimbulkan bekas kemerahan pada cengkraman itu.
"Woah! Mulutnya udah bisa menyuruh aku Hem?"
"Ah, lebih baik aku sobek saja bukan mulut sialan ini?" tanya perempuan itu pada anak buah disampingnya.
Mereka semua mengangguk, "Betul nyonya."
Caroline, yang sebagai perempuan itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kalian! Ambil air es dengan cutter kesukaanku." Salah satu dari mereka mengangguk dan segera beranjak mengambil kesukaan nyonya-nya itu.
Caroline berjongkok di depan Allena. Tangannya terangkat mendekati perut Allena yang terlihat sangat lucu di matanya.
"Anak Delvano Hem?" Allena mengangguk dengan Caroline yang tersenyum manis.
"Bagus juga perutmu."
Sungguh Allena sangat ketakutan saat tangan Caroline dengan sengaja mencengkeram dengan kuat di perutnya.
"Akh! Tolong jangan lukai anakku!" Tangis Allena yang menjadi saat perutnya kian terasa sakit.
"Hahaha ... Allena Bagaskara, istrinya Delvano Adhitama yang membuat Adikku stress tergila-gila demi memilikinya!"
"Sakit Hem?? Tapi ini tak sebanding denganku saat melihat Adikku setiap hari menangis dan ketawa bersama dan terus menerus memanggil nama suamimu itu!" sarkas Caroline menatap Nyalang kearah Allena.
Sungguh Allena kaget mendengar pernyataan dari perempuan yang dihadapannya ini, siapa? Dia siapa yang sampai gila ingin memiliki suaminya?
"Ini nyonya permintaan anda." Anak buah itu menyerahkan cutter kesukaannya.
"Bagus. Kau, guyur dia dengan air itu!" pinta Caroline menunjuk kearah Siska yang sampai sekarang belum sadar juga.
Dengan cepat anak buah itu mengguyurkan satu ember air es yang ada butiran-butiran es batu kearah tubuh Siska, dan dengan sedikit injakan pada tulang kering. "Akh!!"
Allena menangis melihat Siska yang menggerang kesakitan saat tulang keringnya diinjak dengan tidak kasihan oleh mahluk suruhan orang di depannya.
"Kalian mau apa dari kami? Kami tidak tau permasalahan apapun itu." tanya Siska setelah merasakan sakitnya lumayan tidak sesakit tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Allena(END)
Teen Fiction??HASIL PEMIKIRAN SENDIRI ?? Allena Bagaskara seorang gadis berumur 17tahun yang dijodohkan dengan anak sahabat ayahnya yang bernama Delvano Adhitama, orang tua Allena sejak kecil sudah berjanji akan menjodohkan mereka ketika sudah besar. Delvano...