抖阴社区

1 》Na Jaemin

Mulai dari awal
                                    

"Kalian?" Beo Jaemin

Jeffrey tersenyum, "Ya, putra kembar yang manis. Namun beranjak usia kalian dua tahun, ada sedikit masalah."

Raut wajah Jeffrey menyendu, "Hingga kami memilih berpisah, dan mama berkata bahwa kamu akan ikut dengannya dan Jeno ikut dengan papa. Papa setuju, lalu mama mu pindah entah kemana, ia hilang dan tak ada kabar. Papa berusaha mencarinya, dan belasan tahun, ini lah yang papa dapat. Papa menemukan keberadaan mu dan berita soal kematian ibumu."

Jeffrey menatap putranya teduh, "Maaf, papa datang terlambat. Seharusnya papa datang lebih awal agar kamu tidak kesusahan seperti ini," Ucapnya lembut, kembali mencium tangan Jaemin yang ia genggam.

"Jaemin, kamu mau memaafkan papa kan?"

Jaemin masih diam tak bergeming, hingga suara langkah kembali terdengar membuat keduanya menoleh.

Seorang lelaki tampan dengan kaos putih dan jeans hitam masuk, menatap keduanya dengan datar.

"Pa?"

Jeffrey tersenyum, kembali menatap Jaemin yang terlihat bingung.

"Jaemin, dia kembaranmu, Jeno."

Jeno dan Jaemin saling menatap, berbanding terbalik dengan netra teduh Jaemin, tatapan Jeno justru terlihat datar dan tajam.

"Jeno, duduk dulu. Kalian harus berkenalan bukan?"

Jeno tak menolak, dengan santai duduk di sisi lainnya Jaemin, membuat Jaemin berada di tengah keduanya. Belum sempat membuka suara, seorang lelaki berpakaian serba hitam berlari masuk dan membungkuk hormat.

"Tuan maaf, namun ada situasi darurat."

Jeffrey tampak menghela nafas, melirik kedua putranya yang masih diam menatapnya.

"Jeno, Jaemin, sebentar ya? kalian berkenalanlah terlebih dahulu."

Jeffrey mengecup singkat tangan Jaemin yang ia genggam sebelum kemudian berlalu keluar rumah. Meninggalkan Jeno dan Jaemin dalam situasi canggung.

"Kau baik baik saja?" Jaemin menoleh kala Jeno membuka suara, raut wajah lelaki tersebut tetap datar saat menatap Jaemin.

"Emm ya. Bagaimana dengan mu?"

Canggung,benar benar canggung. Namun anehnya Jeno terlihat biasa saja dengan wajah datarnya, malah dengan santai bersandar di sofa.

"Hm, aku baik," Jawabnya singkat, menatap lekat wajah Jaemin. Ada luka di sudut bibirnya yang telah mengering, lebam di pelipis yang berusaha di tutupi dengan surai coklatnya serta kantung mata yang terlihat samar, hmm menyedihkan.

"Kenapa? ada yang salah?" Tanya Jaemin kala sadar Jeno menatapnya lekat.

Jeno menggeleng, "Tidak, namaku Jung Jeno."

"Jaemin, Na Jaemin."

Jeno tersenyum tipis, "Tidak, nama mu Jung Jaemin."

Jaemin mengerjap, baru sadar selama ini ia memakai marga ibunya. Apakah berarti ia sekarang akan menggunakan marga ayahnya?

Jung Jaemin? uh, itu terdengar asing.

"Jeno, Jaemin. Sudah berkenalan?" Jeffrey masuk dengan senyum manisnya. Ah, Jaemin mirip ibunya, lalu netranya beralih pada Jeno yang mirip dengannya. Yaa, Tuhan memang adil bukan ??

"Aku harus kembali, ada urusan," Ucap Jeno.

Jeffrey mengangguk sebelum berlutut di hadapan Jaemin, menggenggam tangan Jaemin lembut, lagi

"Jaemin, kamu mau kan tinggal dengan papa?"

"Denganku," sela Jeno cepat.

"Papa kan sibuk, lebih baik Jaemin tinggal di apartemen ku," Lanjutnya.

Jeffrey terkekeh pelan, "Iya, Jaemin bisa memilih tinggal di mansion atau apartemen Jeno, bagaimana?"

Jaemin terlihat ragu, apa ini benar ayahnya? bagaimana kalau ia di tipu?

"Jaemin, jika kau tak percaya kita bisa melakukam tes DNA, papa berani bersumpah bahwa papa tak berbohong," Ucap Jeffrey.

"Aku--"

"Jaemin, bukan kah sewa rumah ini akan habis bulan depan?"

Sial, Jaemin baru ingat sewa rumah ini akan habis bulan depan!

"Tinggal dengan papa saja ya? atau di apartemen Jeno, papa juga sering kesana."

"Papa mohon," Jeffrey memohon dengan raut sendu, membuat Jaemin yang tak tegaan menjadi tak enak hati.

Jaemin menggigit bibir bawahnya pelan sebelum kemudian mengangguk ragu.

"Apa..tidak merepotkan?"

Jeffrey menggeleng cepat, "Merepotkan apanya? Jaemin putra papa juga, papa akan memberikan apapun yang Jaemin minta."

"Hm, mintalah jantungnya, Jaemin." Timpal Jeno dengan wajah datar.

Jeffrey menatap kesal sang anak, "Kau seperti memiliki dendam pribadi dengan papa ya?" Jeno hanya mengedikan bahunya.

"Jaemin, barang mu akan di bereskan oleh orang suruhan papa. Kita langsung pulang saja ya? papa ada sedikit urusan."

Pulang ya?

"Kamu ingin tinggal di man--"

"Dia akan tinggal di apartemen ku," Sela Jeno tanpa mau repot repot menatap keduanya, pandangannya mengedar pada seisi rumah.

"Jaemin tak masalah bukan?kalau tak nyaman Jaemin bisa pulang ke mansion."

Jaemin tersenyun tipis sebelum mengangguk.

"Kalau begitu ayo, biar orang orang suruhan papa yang membereskan semuanya."

Jeffrey merangkul bahu kedua putranya, melangkah keluar dan langsung di sambut beberapa bodyguard yang berjaga di sekitar sebuah mobil mewah--yang tak akan mampu Jaemin beli walau bekerja puluhan tahun--

Oke, Jaemin baru memikirkan ini sekarang. Papanya bekerja apa? kenapa sampai ada bodyguard?

"Ayo, kita ke apartemen Jeno sekarang," Jaemin menatap mobil sport di hadapannya, seorang bodyguard dengan sopan membuka pintu dan menunduk.

Wah, apa ia tuan muda dari keluarga kaya raya sekarang. Oke, Jaemin tau pilihannya ini pasti membawanya ke situasi baru, tapi..ia ingin egois dan tak melepaskan Jeffrey, sang ayah yang tak pernah ia lihat belasan tahun lamanya.

Sekali saja, biarkan Jaemin mengikuti egonya. Jika semua berantakan,ia tinggal kabur, benar bukan?

Hm, benar benar, ia tinggal kabur jika semua berantakan dan terasa tak nyaman, itu hal yang mudah.

Mungkin..










Gimana menurut kalian sama cerita ini??

Ini bukan bxb⚠️

See u di next chap,lop u all

Jangan lupa vote dan komen💚💚

Ridin' : Jeno × JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang