Hari pun berganti, kini Yuan sudah berada di istana Gusu 1 hari 2 malam, ini adalah hari kedua untuk anak kecil itu. Semenjak dia berada di Jingshi, tidak sekalipun anak itu menginjakkan kakinya ke luar. Dia takut. Dia takut dengan apa yang akan dia dengar. Namun dia sadar, dia tidak boleh selamanya berada di kediaman sang pangeran. Karena, dia tidak ingin membuat sang pangeran mendapatkan masalah.
Yuan mencuri pandang pada Lan Wangji yang terlihat fokus pada kegiatan membacanya. Mulutnya terbuka dan tertutup tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Sebentar lagi akan memasuki jam makan siang, dan jika dia tidak mengajak sang pangeran untuk makan siang bersama anggota istana yang lain pangeran itu akan makan siang bersamanya di kediamannya. Yuan merasa tidak enak pada anggota istana, dia merasa telah menculik pangeran mereka.
“Apa yang ingin kamu katakan?” Yuan tersentak ketika mendengar suara pangeran dihadapannya. Mata anak kecil itu melebar, kepalanya sedikit di miringkan. Pangeran dihadapannya tetap fokus pada bukunya, bagaimana caranya dia mengetahui jika Yuan ingin mengatakan sesuatu.
Mendengar tidak ada tanggapan dari sang anak—eh?, Lan Wangji mengalihkan pandangannya, menatap tepat pada kedua mata Yuan. “Ada apa? Ada yang kamu inginkan?” Lan Wangji mendesak, dan anak kecil itu menggeleng heboh.
“Eum, cebenelna A-Yuan inin mengajak pangelan untuk makan belcama di aula peljamuan. Kalena A-Yuan melaca tidak enak pada anggota kelajaan. A-Yuan melaca tela menculik pangelan meleka.”
Lan Wangji berkedip polos, dia terhenyak mendengar pemikiran anak yang akan menginjak 5 tahun itu. “A-Yuan, kenapa kamu berpikiran seperti orang dewasa? Apa ayahmu sangat ketat dalam mendidikmu?”
Lan Wangji menutup bukunya, dia bangkit dari duduknya dan menghampiri Yuan yang sedang duduk di kasurnya. “Apa A-Yuan ingin makan bersama mereka?” Yuan terdiam, dia tidak ingin berbohong, tapi, tidak mungkinkan dia berkata jujur?
“Jika A-Yuan memang menginginkan makan siang di aula perjamuan, kita akan makan siang bersama disana. Jika tidak, kita akan makan siang berdua disini. Jangan memikirkan hal yang tidak penting. Pikirkan saja kenyamananmu, mengerti A-Yuan?”
Yuan pun akhirnya mengangguk, dia sedikit tenang. Dia pun akhirnya memberanikan diri untuk balas menatap Lan Wangji, “Pangelan apa tidak macala jika pangelan makan di kediaman pangelan teluc meneluc? A-Yuan takut pangelan mendapatkan macala gala-gala A-Yuan.”
Kurva tipis terbentuk pada wajah Lan Wangji, cukup tipis, namun masih terlihat karena jarak mereka yang terlampau dekat. “Tidak. Tidak akan mendapatkan masalah. Jadi?”
“A-Yuan ingin makan di sini saja, boleh?” Lan Wangji mengangguk kecil. Dia mengelus rambut anak kecil itu dengan penuh kasih sayang. “Tunggu disini, aku akan mengambil makan siangnya.”
“A-Yuan, aku baru mengenal kamu, tapi, dua hari bersamamu, aku sudah mengerti perasaan yang baru saja aku rasakan. Perasaan yang sama seperti yang ibu rasakan padaku dan kakakku. Aku mulai berpikir, jika kamu adalah anakku. Tapi, aku tahu, itu adalah hal bodoh. Apa aku boleh berharap? Berharap agar aku bisa menjadi orang tuamu?”
Yuan membeku, dia tidak bisa menahan senyumnya. Dia bahagia, dia akan mengatakannya pada sang ayah nanti. Tidak, ayahnya pasti sudah mendengarnya, tapi, dia akan tetap mengatakannya. Dia ingin pangeran itu menjadi ibunya! Harus, ini permintaan putra mahkota!
•••
Matahari pun telah bertukar posisi dengan bulan dan bintang menghiasi langit dengan lantang. Suara binatang-binatang malam terdengar, dan udara dingin menjadi teman bagi mereka yang masih melintasi malam dengan kudanya.
Sang pemimpin terlihat gagah dengan kuda hitamnya, ekspresi wajahnya yang dingin membuat dia terasa lebih dingin dari dinginnya malam. Rahangnya yang tegas, otot tubuh yang terbentuk sempurna, serta wajah yang rupawan. Dia terlihat layaknya seorang pangeran dari negeri dongeng. Namun pada kenyataannya, dia adalah seorang raja. Raja dari sebuah kerajaan yang dikenal dengan kebengisan dan kebrutalannya.
Kerajaan Yiling Wei, kerajaan yang memiliki citra buruk bagi kerajaan lainnya. Dikabarkan, rajanya gemar sekali menyiksa rakyatnya, membunuh rakyatnya sendiri dengan keji, dan katanya sang raja sangat gemar meniduri omega-omega cantik.
Di lain berita dikatakan jika raja yang sekarang menjabat adalah raja yang cacat. Mengapa demikian? Itu karena tidak ada satupun dari kerjaan lain yang melihat sosok serigala raja bengis itu. Bahkan tidak ada satupun yang mengetahui golongan sang raja karena tidak tercium feromon apapun dari sang raja.
Namun, kabar burung tetaplah kabar burung yang tidak bisa dipercaya keasliannya. Apakah benar kerajaan Yiling Wei seperti yang dikabarkan? Apakah benar sang raja adalah raja yang cacat? Tidak ada yang mengetahuinya kecuali penduduk asli kerajaan Yiling serta keluarga inti kerajaan tentunya.
Kabar buruk tentang kerajaan Yiling Wei terus saja tersebar. Tanpa bisa dikendalikan, ah, atau memang sang raja tidak ingin menghentikannya? Entahlah, biarkan itu menjadi misteri tersendiri.
Citra buruk sang raja semakin menjadi saat sang raja mengangkat seorang anak kecil sebagai putra mahkota. Tidak ada satupun yang mengetahui darimana asal anak itu, atau siapa ibu dari sang anak. Namun, setelah melewati banyak tes, anak itu terbukti dengan jelas jika dia adalah anak kandung sang raja. Bagaimana bisa? Hingga saat ini pun pihak kerajaan sedang mencari tahu kebenarannya.
Anak itu, ah, sebentar, haruskah aku mulai menjelaskan sang anak? Atau aku harus menjelaskan tentang ayahnya dulu? Tidak tidak, semua tidak terasa benar. Baik, terlepas dari itu semua, bagaimana jika kita fokus kembali ke alur cerita? Ehem!
Pria yang masih menggunakan baju zirahnya itu memacu kudanya untuk berlari lebih cepat. Karena dibalik wajah dinginnya dia sangat mengkhawatirkan sang anak. Kalimat-kalimat yang dia dengar di kepalanya membuat amarahnya kian menjadi, namun, dia juga merasa hangat ketika dia sadar jika ada yang menyayangi sang anak sama besarnya sepertinya.
“Wei Wuxian kau yakin mereka akan menyakiti keponakanku? Itu terdengar mustahil, mengingat mereka yang bahkan tidak berani mengangkat pedangnya untuk seekor kelinci.”
“A-Cheng, apa kau tahu jika ada yang lebih tajam dari sebilah pedang?” yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, Wei Wuxian menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah kurva tipis yang terlihat seakan tengah mencela, “Perkataan. Perkataan bisa lebih mematikan daripada sebilah pedang. Perkataan bisa menjadi racun, walaupun juga bisa menjadi obat. Namun, perkataan adalah alat pembunuhan yang paling mematikan.”
Putra mahkota kerajaan Yunmeng Jiang, Jiang Wanyin atau kerap dipanggil Jiang Cheng oleh Wei Wuxian itu terdiam. Dia menatap sosok raja yang sekaligus adalah saudaranya itu dengan kagum. Dia sangat kagum pada sosok itu lantaran ditengah api amarah yang dia rasakan, pria itu tetap terlihat tenang dan masih bisa berpikir dengan tenang. “Dia memang pantas menjadi seorang raja. Meskipun sifatnya menyebalkan, tapi dia memang pantas dengan gelar itu.”
“Terima kasih atas pujiannya. Akan tetapi, A-Cheng, kalau kau lupa, aku bisa membaca pikiranmu.” Yang disindir pun hanya mendengus kesal.
—
Perkataan bisa menjadi senjata pembunuhan yang sangat mematikan. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam berucap.
—
To be continue

KAMU SEDANG MEMBACA
My Fated Pair [ PDF ] ?
WerewolfStory writer by : Rain @urrainingday Main Character : Wei Wuxian × Lan Wangji Universe : Enigma, Alpha, Beta, Omega, Empire and Kingdom universe. Kerajaan Gusu Lan adalah kerajaan yang telah menghasilkan banyak Alpha Dominan yang berkualitas dan ten...