"Kan di pipi bukan di bibir." Tawa Heeseung pun pecah seketika melihat wajah cemberut Jake. "Makanya jangan gemes jadi orang," lanjutnya lagi sambil mengacak gemas rambut Jake.
Tatapan kesal pun dilontarkan Jake kearah pria yang menghukumnya dengan ciuman tadi. Namun, di mata Heeseung tatapan itu malah membuat wajah Jake terlihat lucu bukan seram. Heeseung pun tertawa puas setelah mencium pipi kiri dan kanan Jake lebih dari sepuluh kali karena merasa gemas.
"Oh iya gua ke kamar atas dulu ya. Mau ngerjain tugas sama temen," ucap Heeseung sambil mengambil buku dan juga alat tulis dari meja belajarnya. Jake pun mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau ada apa-apa telpon gua aja. Jangan lupa pintunya dikunci. Oke?"
Jake mengangguk lagi. Heeseung pun membelai kepala pria yang sedang duduk di kasurnya saat ini lalu keluar dari ruangan bernuansa putih itu, melangkahkan kakinya menuju lantai tiga. Merasa tidak ada hal lain yang bisa ia kerjakan, Jake memutuskan mengambil tas besar yang berisi pakaiannya tadi dan mulai menyusunnya dibawah lemari Heeseung.
Tiba-tiba Jake dikejutkan oleh suara kunci pintu kamarnya pertanda ada seseorang yang mengunci pintu itu dari dalam. Lantas Jake langsung menolehkan kepalanya kearah pintu itu dan seketika tubuhnya merasa lemas melihat Sunghoon sudah ada dikamarnya. Jake meneguk ludahnya kasar dan memundurkan langkahnya saat Sunghoon mulai mendekatinya. Sialnya, punggungnya malah menabrak dinding kamar itu hingga ia bisa tidak mundur satu langkah pun.
"Udah berani lo sekarang? Pindah-pindah kamar tanpa seizin gua?"
Jake hanya bisa menundukkan kepalanya tak berani melihat Sunghoon yang sedang berdiri dihadapannya saat ini. Ia memilin ujung bajunya merasa gelisah bercampur takut. Ingin rasanya ia segera berlari dari kamar itu.
"Kalau orang lagi ngomong itu dilihat matanya bego!" ketus Sunghoon sambil menoyor kepala Jake kuat.
Mata Jake langsung berkaca-kaca. Kedua tangannya merasa dingin seketika. Sungguh, ia sangat takut dengan Sunghoon. Apalagi hanya ada mereka berdua dikamar dan pintunya juga dikunci. Tidak tahu entah apa yang akan Sunghoon perbuat lagi kepadanya.
"Kenapa lo pindah dari kamar gua? Ga seneng lo? Ga nyaman?"
Sunghoon menatap dingin Jake yang hanya diam tanpa reaksi sama sekali. Ia pun menarik dagu Jake agar pria itu bisa melihat kearahnya. Bisa Sunghoon lihat bagaimana mata Jake berkaca-kaca saat ini yang sudah siap menumpahkan bulir bening dari pelupuk matanya.
"Denger ga gua ngomong apa? Diem mulu lo." Sunghoon pun menjeda ucapannya untuk beberapa detik lalu berdecih. "Oh iya gua lupa. Lo kan bisu kaga bisa ngomong," ucapnya sambil melepas cengkramannya dari dagu Jake lalu melihat kearah pakaian Jake yang sebagian sudah ia susun rapi didalam lemari.
"Sementang lo dibelain mulu sama si Heeseung itu, lo kira lo bakal lepas dari gua? Tolol lo!" ucapnya lagi sambil menoyor kepala Jake kuat.
Sedetik kemudian, bulir bening yang sudah lama ia tahan pun akhirnya keluar dari pelupuk matanya. Ketakutan semakin melanda dirinya. Ingin rasanya Jake menelepon Heeseung sekarang juga namun ponselnya berada di kasur, jauh dari jangkauannya. Sunghoon yang melihat Jake menangis pun merotasikan bola matanya, merasa muak.
"Lo kenapa sih nangis mulu? Kuat dikit dong jadi cowo. Cengeng amat," kesalnya.
Bukannya berhenti, tangis Jake malah semakin deras. Namun, ia berusaha menahan itu dengan menggigit bibirnya sambil kedua tangannya terkepal. Sunghoon menghela nafasnya kasar melihat Jake yang sedang menangis lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Jake tersentak kaget saat telapak tangan Sunghoon tiba-tiba menempel di keningnya. Lantas, ia pun memberanikan dirinya menatap kearah pria itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH I COULD HEAR || SungJake
Fanfiction??: Jgn bawa ke real life Jake harus menerima kenyataan bahwa dirinya tidak normal, tidak seperti anak lainnya. Meski begitu ia tidak menaruh dendam terhadap siapa pun yang merisaknya disekolah. Jake, si pria cacat yang senyumnya tidak pernah pudar...
Traumatized
Mulai dari awal