🐥🐯🐰🦄
Florida, 31 Desember 2022
Manusia hanya bisa berencana, sisanya Tuhan lah yang berkehendak.
Sebaris kalimat yang Jonu hanyati baik-baik selama menatap gugusan dari bilik jendela pesawat.
Jonu pikir, menunggu Algu pulang adalah rencana pasti yang akan terwujud, tidak ada terbesit dalam rencana awal jika dia lah yang berbalik datang menghampiri. Semua list yang ingin dilakukan bila Algu telah sampai di rumah pun jadi berubah total, kejutan yang telah Jonu siapkan juga pada akhirnya dibatalkan.
Tentu hal tersebut juga berimbas pada keinginannya sendiri, yang mana harus mengaburkan harapan dapat berkumpul utuh saat menghadiri wisudanya pada bulan Februari.
Alih-alih kecewa, perasaan Jonu justru lebih mengarah takut. Jonu rela semua rencananya batal dari pada harus kehilangan kesempatan bertemu Algu, kehilangan momen bersama yang selama beberapa tahun terlewati, bahkan yang paling Jonu takuti adalah kehilangan raga sang adik.
Jonu menepuk pipi dan memukul kepala keras-keras. Tidak! untuk yang itu jangan dipikirkan. Algu akan sehat, dia akan pulih. Algu akan pulang meski telat. Tidak masalah telat, asalkan adiknya masih bisa dia lihat dan disentuh secara langsung. Itu sudah lebih dari cukup.
"Jonu!!!"
Tibanya Jonu di bandara, kedatangannya disambut antusias oleh teriakan nyaring yang menggemaskan dari Ara.
Begitu melihat mendekat, Ara memberontak ingin diturunkan dari gendongan sang Ayah. Anak itu menyambut Jonu dengan tangan yang terlentang lebar diikuti langkah kaki kecil yang terlihat seperti anak anjing lucu.
Jonu menunggu di tempatnya berdiri dengan badan yang telah siap dalam posisi berjongkok, menyambut putri kecil kesayangan semuanya.
"Jonu, Ala rindu, kenapa Jonu jalang telpon Ala?"
Dalam dekapan hangat yang Jonu rasakan, ada rindu dan tawa seperti mengganjal di hati. Sekian tahun, ini pertama kali mereka bertemu langsung. Suara cedal adiknya terdengar begitu menggemaskan, namun bersamaan, Jonu kesal karena kehilangan momen melihat tumbuh kembang adiknya-adiknya.
"Jonu sibuk mau ketemu Ara, makanya jarang telfon. Ini Jo udah di sini gak perlu telpon-telpon Ara lagi."
"Jo di sini mau temani Ala main boneka?"
"Iya, nanti Jo temenin Ara main sampe puas. Eh bentar, Jo bawa boneka baru, Ara mau liat?"
Jonu melepas ransel dan mengeluarkan boneka beruang kutib seukuran kepalanan dua tangan.
Mata Ara total membulat. Kado yang begitu istimewa untuknya. Langsung dipeluk boneka tersebut bersamaan dengan tangan yang kembali menggulung ke leher Jonu penuh sayang.
"Thanks Jonu, Ala senang sekali." cicitnya yang lantas mendapat usapan sayang oleh si Kakak.
"Sama-sama. let's go kita lihat Algu dan Dalung. Mereka pasti nunggu." Selagi menggendong adiknya, Jonu justru mendengar cebikan samar dari Ara.
"Ara ngomong apa? Jo gak dengar."
"Hiks-" Samar dan terdengar kesal. Anak itupun lebih memilih mengeratkan gulungan tangannya ketimbang menjelaskan. Jonu yang tak mengerti apa-apa lantas melirik sang Ayah.
"Ngambek, bangun-bangun gak ada siapa-siapa."
"Kok bisa? Emang pada ke mana?"
"Tadi subuh Ayah sama Bunda kebangun, sama-sama pada gak bisa tidur ya udah terus ngobrol di luar. Gak lama ternyata dua adikmu diem-diem juga keluar."

KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
Fanfiction{Brothership, Familly, Slice Of Life, Sicklit, Angst} Sebagaian cinta untuk saudara tersayang.