Kembali menyuapi anaknya, Hyunjin menjadi diam. Lisa tahu ibunya itu merasa kecewa dengan jawabannya. Tapi mau bagaimana lagi? Ini keinginan Lisa. Ia sanggup dan tak ingin siapa pun menghalanginya.
Klek!
Pintu ruangan itu terbuka saat Lisa baru saja menerima suapan ibunya. Spontan ia menoleh, lalu mendapati Jisoo yang sedang membawa nampan berisikan satu cangkir Cappucino.
Lisa segera menjauhi ibunya. Mengusap sudut bibirnya yang terdapat bercak bubur disana. Sial. Lisa merasa sedang tertangkap basah oleh Jisoo karena melakukan suatu hal.
"Ini Cappucinomu, Nyonya." Jisoo meletakkan cangkir itu di hadapan Hyunjin, sesekali melirik Lisa yang duduk dengan gugup.
Siapa yang menyangka jika sosok dingin dan mudah marah itu masih disuapi ibunya ketika makan? Jika Lisa bukan atasannya, mungkin Jisoo sudsh tertawa terbahak-bahak sekarang.
"Aku permisi." Tidak ingin tawanya meledak disana, Jisoo segera keluar.
"Itu pegawai barumu?" tanya Hyunjin masih dengan menyuapi Lisa.
"Hm."
Saat ini, Lisa sedang sibuk memikirkan sesuatu. Image kerennya sudah hancur di hadapan Jisoo. Ia harus memperbaikinya. Ia tak mau di cap sebagai anak manja.
"Wajahnya mirip seseorang." Namun ujaran lirih ibunya menghentikan seluruh pikiran Lisa.
Ternyata bukan hanya dirinya yang merasa seperti itu. Karena, sejak awal ia bertemu dengan Jisoo. Wajah itu sangat tidak asing.
..........
Tin!
Jisoo yang sedang berjalan di trotoar jalan terkejut mendengar klakson sebuah mobil. Suara itu sangat dekat dan memekakan telinga. Benar saa, ketika menoleh dia sudah mendapati Lisa dan mobil kuning kesayangannya.
"Naik." Lisa berujar dengan datar.
"Aku tidak---"
"Kau tuli? Aku bilang naik." Jisoo mendengus. Lisa benar-benar tak ingin di bantah.
Karena malas telah menjadi perhatian orang sekitar, Jisoo akhirnya menuruti perintah Lisa. Ingat. Ah, Jisoo menduga. Lisa di dalam keluarganya pasti adalah anak kesayangan yang apa pun keinginannya tak pernah di bantah. Maka dari itu Lisa tumbuh menjadi sosok seperti ini.
"Jangan lupa ambil day off mu minggu ini." Lisa benar. Jisoo hampir saja melupakan hal itu.
Jika di tempat kerja sebelumnya Jisoo selalu bekerja tanpa libur, berbeda ketika dia menjadi salah satu bagian dari Coffee Shop Lisa. Disana, mereka diberikan jatah Off satu hari. Untuk kapan mereka akan mengambilnya, Lisa tidak ikut campur. Dengan syarat, mereka tidak bisa mengambil day off secara bersamaan.
"Hm." Jisoo menjawab dengan seadanya.
"Kemarin---"
"Aku minta maaf. Hal itu tak akan terulang lagi." Akhirnya Jisoo tahu, mengapa Lisa menawarkannya tumpangan. Pasti gadis itu hendak membahas kejadian kemarin. Dimana Jisoo sempat kambuh dan tidak bekerja dengan baik.
Padahal Lisa sesungguhnya ingin memastikan kondisi Jisoo. Karena hari ini dia terus dimonopoli ibunya hingga tidak bisa keluar dari ruangan. Barulah saat ibunya pamit pulang, Lisa bisa membantu pegawainya sebentar.
Memilih menelan rasa khawatirnya, Lisa hanya fokus mengemudikan mobil dalam keadaan hening. Jisoo pun tidak masalah dengan itu. Karena sejatinya dia memang tidak suka banyak bicara.
Setengah jam berlalu, mobil Lisa berhenti di depan sebuah gang. Jisoo sendiri sempat tertegun. Ia lupa memberi tahu alamat rumahnya pada Lisa, tapi mengapa Lisa bisa tahu dimana letak rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Home ?
FanfictionDia pergi, sangat jauh hingga sulit untuk digapai. Tapi sejauh apa pun langkah itu membawanya, akan ada rumah yang ia tuju untuk pulang.
13. Shield
Mulai dari awal