抖阴社区

                                    

"Loh, Ma. Kok Regas yang harus nganterin dia ke toko buku sih? Dia kan bisa pergi dianterin supir kita." Protes Regas.

"Pak Adi belum balik, Gas. Lagian kamu tau kan Camelia gak bisa bawa kendaraan." Balas Dahlia.

"Kalo gitu mesen taksi aja, bisa kan?" Tanya Regas dengan tatapan tajam mengarah pada Camelia.

Camelia lantas menurunkan pandangannya dengan bibir bawah yang ia gigiti.

"Ma, gak pa-pa kok, Lia bisa pergi sendiri pake taksi online aja." Ucap Camelia meyakinkan Ibunya.

Dahlia berdecak keras, lalu menatap Regas dengan tatapan tajam.

"Kamu mau anterin Camelia ke toko buku atau Mama sita semua koleksi motor kamu?!"

Regas membelalakan matanya tak percaya mendengar ancaman sang Ibu.

"Loh, Ma. Gak bisa gitu dong! Mama gak bisa ngancem aku pake nyita semua motor aku. Lagian motor-motor itu juga sepenuhnya hak aku karena aku yang beli pake uangku sendiri. Jadi Mama gak ada hak buat nyita motor milikku." Geram Regas kesal.

"Oh ya? Kamu pikir Mama gak bisa sita semua motor kamu? Gimana kalo Mama ngadu ke Papa soal ini dan minta Papa buat sita semua motor kamu itu. Kamu yakin bisa ngelawan Papa?" Celetuk Dahlia dengan tatapan menantang.

"Oh iya, Mama denger-denger kamu juga lagi minjem uang banyak ke Papa ya? Hm, sebenernya Mama gak mau ikut campur sih masalah uang itu mau kamu apain, tapi gimana kalo Mama minta Papa buat nagih uang itu sekarang ke kamu? Emang kamu mampu bayarnya?" Timpal Dahlia lagi yang langsung membuat Regas mengepalkan tangannya kuat menahan amarah.

Tatapan pria muda itu lalu kembali mengarah kearah Camelia yang terlihat gugup merasakan situasi tak mengenakan diantara Dahlia dan Regas saat itu.

"Ma, aku bis—" Ucapan Camelia terpotong saat mendengar desisan kesal Regas.

"Okey! Aku bakalan anterin Camelia sesuai keinginan Mama!" Ucap Regas marah lalu berbalik pergi sambil melemparkan bola basketnya secara kasar ke sembarang arah.

"Ck, anak itu!" Decak Dahlia kesal ketika melihat bola basket Regas hampir membuat guci mahal miliknya terjatuh.

Wanita cantik itu lalu menoleh kembali kearah Camelia saat merasakan sebuah genggaman erat pada tangan kirinya.

"Ma, please, Camelia bisa pergi sendiri. Regas gak perlu nganterin Camelia." Ucap Camelia dengan tatapan memohon.

Dahlia menghela napas pelan sebelum membalas genggaman tangan sang putri.

"Udah gak pa-pa sayang. Kamu gak perlu takut sama Regas. Dia itu saudara kamu, sudah sewajarnya dia ngejagain kamu kemana pun kamu pergi." Balas Dahlia yang dapat membaca sorot ketakutan Camelia pada Regas.

Bukan hal baru bagi Dahlia melihat ketidak akraban diantara anak-anaknya hingga membuat salah satu diantara mereka merasa terintimidasi dan ketakutan. Apalagi Regas memiliki watak yang menyerupai sang suami dalam memandang lawan mereka. Begitu mengintimidasi dan menakutkan. Hanya orang-orang tertentu yang dapat menurunkan ego para pria dominan di keluarga mereka itu. Dan Dahlia berharap, setidaknya suatu saat nanti Camelia dapat merasakan sedikit kelembutan dalam diri Regas sebagai sepasang saudara.

"Ma."

"Udah ya sayang. Kamu gak perlu khawatirin apapun." Dahlia lantas menoleh kearah maid yang masih berdiri disana, "Mbak, tolong ambilin Camelia teh ya." Titahnya.

"Baik, nyonya." Balas maid itu sambil menunduk patuh dan segera pergi ke dapur untuk mengambilkan nona mudanya secangkir teh.

"Mending sekarang kamu nyemil dan ngeteh dulu sambil nungguin Regas turun." Ucap Dahlia dengan senyuman manis menarik setoples kue kering yang ada dihadapan mereka.

CAMELIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang