Wanita itu lalu membuka tutup toples itu dan mengambil satu kue yang ada didalamnya yang segera ia arahkan ke mulut Camelia.
Camelia dengan perasaan tak menentu membuka mulutnya secara perlahan dan menerima suapan kue kering dari Ibunya.
15 menit menunggu sambil menyantap kudapan yang ada, Regas akhirnya turun dari lantai dua rumah mereka dengan pakaian kasual. Kaos polos berwarna putih, jeans hitam dan jaket hitam yang melekat pas di tubuh jangkungnya.
"Cepetan bangun." Ucapnya saat berdiri tepat dihadapan Camelia dan Dahlia sambil melirik sinis kearah Camelia.
Camelia tergagap lalu berdiri dengan cepat dari atas sofa.
"Ma, kami pergi dulu ya." Pamit Camelia sambil mencium tangan Dahlia yang tersenyum manis dan mengangguk pelan.
"Iya. Kalian hati-hati dijalan ya. Regas, kamu jangan ngebut-ngebut bawa motornya. Bahaya buat Camelia." Peringat Ibunya yang membuat Regas memutar bola matanya malas.
"Ya, aku bakalan dengerin semua kata Mama demi anak kesayangan Mama itu." Balas Regas dengan menakan kata 'anak kesayangan' yang merujuk pada Camelia.
Camelia mengigit bibir bawahnya pelan sambil memainkan buku jarinya.
Dahlia tersenyum lebar tanpa memerdulikan sindiran keras sang putra sulung.
"Bagus kalo gitu. Yaudah sana kalian pergi. Jangan kemaleman yah baliknya." Ucap Dahlia memperagakan gaya mengusir dengan tangan kanannya.
Camelia mengangguk patuh sebelum berlari kecil mengejar langkah panjang Regas yang telah berlalu lebih dulu.
***
"Singkirin tangan lo dari tubuh gue." Desis Regas tajam yang membuat Camelia segera mengendurkan pegangannya.
"Maaf, Gas. Tapi gue tetep megang lo segini aja gak pa-pa ya. Gue takut jatuh." Balas Camelia diatas motor Regas yang melaju cepat membelah jalanan.
"Gue bilangin singkirin ya singkirin! Lo mau gue turunin di jalan?" Decak Regas sambil melepaskan genggaman tangan Camelia pada jaketnya secara kasar.
Camelia menutup mata dan memegang baju bagian atasnya erat saat motor Regas semakin melaju cepat ketika pria muda itu melepaskan secara paksa genggaman tangan Camelia.
"Gas, please, pelan-pelan aja. Gue takut jatuh. Beneran." Mohon Camelia dibalik tubuh Regas yang sedang tersenyum miring.
Pria muda itu lalu dengan sengaja melewati sebuah jalan berlubang hingga membuat motornya oleng dan membuat Camelia memekik ketakutan di jok motornya.
"Regas! Please pelan-pelan. Nanti kita bisa jatoh." Ucap Camelia ketakutan. Bahkan gadis itu sudah tak perduli jika ia telah membuat Regas kesal karena dengan beraninya memeluk tubuh Regas dengan erat.
"Ck, nyusahin." Decak Regas dengan tatapan malas merasakan pelukan erat Camelia.
Tak berselang lama kemudian, dalam hitungan waktu yang tergolong cepat dengan jarak dari rumah mereka ke toko buku yang cukup jauh, motor Regas akhirnya berhenti tepat di parkiran toko buku besar yang menjadi tujuan Camelia.
Dengan kaki yang masih bergetar hebat, Camelia perlahan-lahan turun dari motor Regas dan menatap pria muda yang sedang menyeringai itu dengan desisan pelan.
"Udah sana masuk, gue tungguin lo di coffe shop yang ada dibawah. Awas aja lo lama, gue tinggalin!" Ancam Regas setelah turun dari motornya dan mendorong tubuh Camelia yang masih gemetar.
"Iya, bentar." Balas Camelia pelan dengan wajah pucat.
Regas berdecak malas dan bergumam pelan,"Huh, lebay amat."
Pria muda itu lantas bergerak pelan berjalan menjauhi parkiran motor dan meninggalkan Camelia yang tertinggal disana.
Camelia masih berdiri menenangkan dirinya selama beberapa detik di parkiran itu, sebelum menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan, lalu bergerak pelan mengikuti Regas yang telah berlalu lebih dulu mendekati coffe shop yang ada dibawah toko buku tujuannya.
Bruumm!!
"Awas!"
Suara kebisingan motor yang melaju cepat dan suara teriakan seseorang dari arah belakang tubuhnya membuat Camelia menoleh dan menemukan sebuah motor dengan kecepatan tinggi sedang mengarah padanya.
Regas yang telah berjalan lebih dulu dan hampir mencapai pintu kaca coffe shop itu lantas ikut menoleh kebelakang saat mendengar teriakan seseorang dari balik tubuhnya. Matanya sontak membulat besar saat melihat sebuah motor besar melaju dengan kecepatan tinggi mengarah pada Camelia.
"Shit!" Umpat Regas keras sambil berbalik arah berlari dengan cepat mendekati Camelia yang sedikit lagi akan tertabrak.
Brukk!
"Uwaah!"
Suara demi suara pekikan tertahan orang-orang yang melihat kejadian itu terdengar saling bersahut-sahutan masuk ke dalam indera pendengaran Camelia.
Camelia terdiam shock dengan posisi berlutut saat merasakan lututnya membentur keras bebatuan kasar dibawahnya. Untung saja ia berhasil selamat dari kejadian naas itu.
"Bangsat!" Regas memaki pemotor yang berhasil kabur setelah hampir mencelakai Camelia.
"Kakak gak pa-pa? Kak?" Seseorang yang berhasil menyelamatkan Camelia terlihat khawatir melihat Camelia yang masih diam membeku ditempatnya.
"Mas. Mbaknya bawa ke dalam aja dulu." Ucap seorang wanita muda sambil menujuk kearah coffe shop yang menjadi tujuan Regas.
Regas mengangguk pelan lalu bergerak hati-hati mengangkat tubuh lemas Camelia menuju coffe shop yang pintunya telah terbuka lebar atas bantuan staf ditempat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen FictionDON'T PLAGIAT! Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecel...