"Ada apa dengan ucapanmu itu? Apa kamu meragukanku?" tanya Thames dengan pipi yang menggembung kesal.
"Tidak, aku hanya sedikit terkejut, lalu siapa nama anak ini?" tanya Sirius sambil mengelus pelan anak ini dengan ekspresi penuh kasih sayang yang membuat si kecil sedikit menurunkan rasa waspadanya.
"Aku akan menamainya Black! Bagaimana menurutmu? Bukankah itu bagus?" tanya Thames dengan penuh semangat yang membuat gerakan tangan Sirius terhenti dengan cara yang aneh.
"Apa dia masih bersikeras dengan penamaannya yang buruk itu?" tanya Rashel dengan geli.
"Sepertinya tidak akan ada yang bisa menghentikannya untuk memberikan nama itu kepada si kecil, sungguh malang," balas Mila namun menatap dengan ekspresi yang sama dengan Rashel.
"Dari mana kamu mendapat nama itu?" tanya Sirius dengan tenang tanpa mengubah ekspresi lembutnya.
"Dari warna rambut serta matanya, bukankah nama Black itu sempurna?" tanya Thames sambil mengangguk-anggukan kepalanya dengan ide yang menurutnnya sangat sempurna.
"Tapi nak, apa kamu sudah mempunyai nama sebelumnya?" tanya Sirius dengan tatapan yang kini kembali mengarah kepada si kecil.
"Aku tidak memiliki sebuah nama," bisik anak itu dengan pelan.
"Ta-tapi, aku tidak ingin nama itu...," lanjut si kecil yang membuat Sirius menatapnya dengan geli.
"Awww, lihatlah perlawanannya yang tidak bisa disebut perlawanan sama sekali," ujar Cage lalu tertawa dengan pelan.
"Anak itu seperti mengadu kepada ayahnya saat dirinya sedang di jahili oleh sang ibu!" ujar Rosalyn dengan berbagai plot keluarga bahagia yang terbayang di pikirannya saat ini.
"Yah, sekarang mereka memang mirip seperti sebuah keluarga," ujar Choi Han dengan senyum tipis diwajahnya.
"Entah kenapa aku merasa jika Dewi Waktu sudah mengetahui jika penamannya itu buruk, kurasa ia hanya ingin menggoda anak itu," ujar Cale dengan pelan.
"Kenapa? Bukankah itu nama yang bagus?" tanya Thames dengan ekspresi sedih yang terlukis di wajahnya.
"Ti-tidak, bukan begitu! A-aku hanya-"
"Hentikan itu Thames, kamu membuatnya menjadi serba salah," ujar Sirius sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Pfttt, aku bercanda nak, tapi jika kamu menyukainya maka aku akan menamakanmu dengan nama itu," ujar Thames dengan jahil yang membuat anak itu menggelengkan kepalanya dengan panik sebelum mengalihkan pandangannya kearah Sirius untuk mencari bantuan.
"Imut, imut, imut, sangat imut!" gumam Witira dengan gemas saat tatapan memelas itu terekam jelas di layar.
"Sungguh Dewi yang sangat jahil," bisik Deruth dengan istrinya yang sudah tiada sekaligus ibu kandung Cale yang tingkahnya hampir persis seperti Dewi itu.
"Hentikan itu Thames, atau kau akan membuatnya menangis," peringat Sirius dengan lemah.
"Aku tidak menangis!" balas anak itu dengan wajah yang sudah ia sembunyikan di bahu milik Thames.
"Tolong, aku akan mati jika melihat keimutan ini terlalu banyak," ujar Bud dengan dramatis.
"Kalau begitu matilah dengan tenang," balas Glenn dengan tidak peduli yang membuat Bud menatapnya dengan garang yang tentu saja diacuhkan oleh Glenn.
"Aww, baiklah, aku tidak akan menjahilimu lagi, jadi berhentilah menangis," ujar Thames menghiburnya dengan pelan.
"Aku tidak menangis!" bantah anak itu dengan keras, walaupun matanya tertutup, Thames tahu jika dia menagis, itu terlihat jelas dari bulu matanya yang sedikit lembab oleh air mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
React!
FanfictionHanya cerita tentang Cale Henituse berserta seluruh keluarganya yang dipaksa untuk memberikan reaction tentang cerita orang asing yang bahkan di dikenal oleh mereka atau mungkin tidak? Note : Hak cipta karya TCF (Trash of the Count's Family) adalah...
Bab 11
Mulai dari awal