[SEKUEL TAKDIR CINTA]
Memperjuangkan cinta melalui shalat tahajjud? Emang ada ya? Apa jadinya jika kita mencintai seseorang, tetapi hanya bisa berjuang melalui tahajjud dan do'a? Begitulah kisah Rafzan, si cowok berandalan dengan Adilla, si gadis mu...
"Mendekati yang belum halal bagimu sama saja seperti mendekatkan dirimu pada api neraka yang menanti-nanti kedatangan mu."
-Tahajjud Cinta-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**
Langit biru menaungi hari pertama Rafzan di Pesantren Al-Hikmah. Langkah kakinya berjalan menyusuri area pesantren yang masih asing di matanya. Para santri melihat kehadirannya bertanya-tanya dengan tatapan yang berbeda-beda. Berbagai tanggapan bermunculan terhadap lelaki berusia 23 tahun itu. Telinga Rafzan risih mendengar itu, ingin sekali ia bungkam mulut-mulut berisik itu. Namun, ia malas mencari perkara.
"Rafzan," sapa Kyai Ahmad
"Kyai." Rafzan balas menyapa Kyai Ahmad dan menyalami tangan beliau.
"Kamu udah sarapan?" tanya Kyai Ahmad.
"Sudah, Kyai." Kyai Ahmad mengangguk mendengar itu.
"Yasudah kalau begitu. Saya boleh minta tolong sama kamu?" Rafzan mengernyit heran.
"Boleh Kyai. Kyai mau minta tolong apa sama saya?" tanya Rafzan penasaran.
"Ini, tolong anterin rantang ini sebentar ke cucu saya. Sekalian bilang sama dia, nanti sore nggak usah antar nasi, saya ada acara di luar," jawab Kyai Ahmad sambil menunjukkan rantang di tangannya.
Cucu saya?
"Yang tadi malam antar rantang yang Kyai?" tanya Rafzan.
"Iya."
Rafzan yang mendengar jawaban singkat Kyai Ahmad bingung harus berekspresi bagaimana. Apa ini kesempatan untuknya PDKT dengan perempuan yang sedang ia kagumi saat ini?
"Gimana? Kamu mau nggak?" tanya Kyai lagi.
"Mau Kyai. Sini rantangnya Kyai, biar bisa saya anterin sekarang," ucap Rafzan kelihatan riang.
Kyai Ahmad menyerahkan rantang yang ia pegang kepada Rafzan. Dan Rafzan dengan senang hati menerima rantang itu.
"Kalau begitu Kyai, saya pergi dulu. Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
Rafzan berbalik arah dan berjalan ke depan, tetapi baru beberapa langkah ia berbalik badan lagi kembali ke hadapan Kyai Ahmad yang masih berdiri ditempatnya.
"Kenapa balik lagi?" tanya Kyai Ahmad.
"Maaf kyai, saya lupa nanya tadi. Cucunya Kyai ada di mana ya?"
"Coba kamu liat di masjid. Biasanya jam segini dia ada di sana,"
"Kalo orang alim emang beda ya. Kalo ditanya di mana, pasti di masjid," batin Rafzan semakin kagum tapi tetap sadar diri.