END OF TIME
Part 12________________________________________
Chup
"Aku kembali. Bagaimana dengan hari ini?" Jungkook meletakkan tas kerjanya setelah meninggalkan sebuah kecupan didahi Jimin. la menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku yang menurut Jimin justru menambah kadar ketampanan suaminya.
"Baik" Rasa lelah yang sempat menempel pada tubuh Jungkook hilang seketika ketika ia melihat wajah manis istrinya.
"Jungkook" Panggil Jimin pelan. la hanya terduduk di ranjang rumah sakit. Sekarang ia benar-benar sudah dinyatakan lumpuh oleh dokter Seokjin.
"lya?"
"Menikahlah dengan Jihoon" Pinta Jimin untuk kesekian kalinya.
la tidak ingin Jungkook kerepotan menjaganya setiap hari. la melihat dengan jelas jika Jungkook sangatlah lelah. Tetapi pria itu selalu menjaganya seolah dia tidak kelelahan sama sekali. Jimin juga tidak ingin Jungkook merasa kesepian nantinya.
"Apakah kau lapar? Aku membawa makanan. Dan dokter bilang, kau boleh memakannya" Jungkook mengalihkan pembicaraan dengan cepat. Menutup telinganya seolah ia tidak mendengarnya. la benar-benar benci akan permintaan Jimin yang satu ini.
"Jungkook, aku mohon. Menikahlah dengan Jihoon"
Jungkook menghentikan kegiatannya dan mengeratkan giginya dengan kesal. la kemudian meletakkan makanan yang ia pegang ke atas meja yang berda disampingnya dengan kasar.
"Park Jimin!" Bentak Jungkook.
"Kau pikir aku ini benda yang bisa kau berikan kepada siapapun?" Tanya Jungkook dengan sedih.
"Aku mencintaimu Jimin. Aku mencintaimu! Aku hanya ingin dirimu bukan orang lain" Jungkook mengusap pipi Jimin pelan dan menatapnya dengan tatapan terluka.
la merasa teramat sakit ketika Jimin meminta hal 'itu' setiap harinya. Perasaannya terluka. Hatinya serasa ditolak ketika Jimin memohon mengabulkan permintaannya itu.
"Tapi Jungkook, aku tidak ingin kau kesepian ketika aku pergi" Jimin memegang tangan Jungkook yang berada di pipinya.
"Tidak akan ada yang pergi kemanapun, baik itu kau ataupun aku. Kita akan selalu bersama. Apa kau mengerti?" Ujar Jungkook dengan sabar.
la tidak tahu apakah ucapannya ini akan terkabul. la hanya selalu berharap jika mereka akan selalu hidup bersama sampai tua nanti.
"Jungkook-"
"Tidak Jimin. Kumohon jangan mangatakan sesuatu yang mengerikan" Lantas Jungkook membawa Jimin kedalam rengkuhannya.
"Sembuhlah dan aku akan selalu menemanimu"
"Maafkan aku" Ucap Jimin didada Jungkook.
la merasa bersalah karena telah menaklukan hati Jungkook. la menyesal karena dulu ia berniat untuk berbaikan dengannya. Seharusnya ia membiarkan Jungkook membencinya. la hanya dapat menyesalkan hal ini disetiap akhir hidupnya.
"Buka mulutmu. AA~" Jungkook mengarahkan sesuap nasi kemulut Jimin.
"Apakah enak?" Tanyanya setelah makanan tadi diterima baik oleh sang empu.
"Eum! ini enak" Jimin mengangguk semangat dengan senyuman indah di wajahnya.
Sekarang ini Jungkook sudah tidak bekerja. la menyerahkan semua pekerjaannya kepada sekertarisnya. la ingin fokus menjaga Jimin yang keadaannya semakin parah setiap harinya. Buktinya sekarang Jimin tidak hanya lumpuh pada kakinya saja, namun dari pundak hingga kakinya sudah dinyatakan lumpuh permanen.
Sedangkan untuk berucap, ia sudah mulai terbata. Tidak ada yang dapat menyembuhkannya selain Tuhan yang memberikan keajaiban.
Jungkook sendiri tidak menerima akan hal ini. la akan selalu berdoa disetiap detiknya untuk keajaiban Tuhan yang jika memang adanya. Bahkan Jungkook selalu menangis disetiap malam ketika Jimin sedang tidur.
"Sayang"
"Y-ya?" Jungkook menjatuhkan kepalanya diperut Jimin yang dalam posisi setengah duduk. la melingkarkan tangannya dipinggang istri tercintanya.
"K-kenapa kau menangis?" Tanya Jimin terbata.
"Aku merasa bahagia bisa bersamamu sampai detik ini" Jawab Jungkook. la sangat takut akan kehilangan orang yang paling ia cintai.
Dari sekian banyaknya manusia, mengapa hal ini terjadi pada istrinya? Kenapa penyakit mematikan itu harus menyerang orang yang paling ia sayangi?
Dan masih banyak pertanyaan di dalam benak Jungkook
atas apa yang terjadi dalam kehidupannya ini. Ataukah ini hukuman dari Tuhan atas sikapnya kepada Jimin selama ini? Tuhan ingin Jungkook merasakan apa yang Jimin rasakan."Sayang, seminggu lagi kau berulang tahun" Jimin hanya diam menanggapi ucapan Jungkook.
la masih sadar. la masih bernapas, ia masih bisa mendengar dan ia masih bisa berkedip. Hanya saja ia tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya lagi.
Untuk membuka mulutnya saja Jimin sudah tidak sanggup. la menggunakan selang yang sudah terhubung langsung dengan lambungnya.
"Jimin-ah, kau ingin tahu mengapa aku menyukai-Aah tidak, mencintaimu?" Tanya Jungkook menatap Jimin dengan lembut.
"Itu karena kau sangat baik, sangat cantik, dan sangat kuat. Kau bahkan dapat bertahan denganku selama ini. Maafkan aku atas sikap kasarku selama ini. Aku bahkan membenci diriku yang dulu, haha" Jelasnya diakhiri dengan tawa.
Jimin terus menatap Jungkook. Tidak ada hal lain yang ingin ia lihat selain Jungkook. Suaminya yang sangat ia cintai.
"Sungguh, kau boleh memukulku atau memarahiku sesuka hatimu setelah kau keluar dari sini. Karena itu, sembuhlah demi aku" Pinta Jungkook untuk kesekian kalinya.
"Sayang-"
"Uhuk! uhuk!" Jungkook terkejut mendengar Jimin terbatuk cukup keras dan tak kunjung berhenti.
"Tunggu sebentar, aku akan ambilkan air" Jungkook segera berlari ketika sadar jika tidak ada air yang tersisa di atas nakas. Tanpa waktu yang lama, Jungkook kembali membawa segelas air ditangannya.
Deg
Jungkook berhenti seketika di ambang pintu kamar Jimin. Kakinya terasa lemas melihat tubuh Jimin yang tergeletak dengan tangan yang menggantung disisi ranjang.
Tidak ada suara batuk dari Jimin. Tidak ada suara napas dari hembusan hidung Jimin. Dan tidak ada lagi detakan pada jantung Jimin. Matanya sudah tertutup rapat seolah ia tertidur untuk waktu yang lama.
"Sayang, jika kau tidur seharusnya kau membenarkan posisimu" Ujar Jungkook setelah menaruh gelas tersebut di nakas.
Dengan telaten, ia membenarkan posisi Jimin yang sudah tidak bernyawa. Tidak! Jimin masihlah hidup. la pasti hanya tidur untuk sesaat, pikir Jungkook.
Ia menolak kenyataan. la menganggap jika monitor yang berada di sisi ranjang Jimin dalam keadaan rusak. la masih menolak itu semua.
"Sayang, jangan tidur terlalu lama. Aku akan menunggumu hingga kau sadar"
Jungkook meninggalkan kecupan didahi Jimin. la duduk dikursi yang biasa ditempatinya. Ia memegang tangan Jimin yang pucat dan dingin itu dengan erat. Setelahnya, ia meletakkan kepalanya di atas tangan Jimin dan ikut memejamkan mata.
.
.
.
TO BE CONTINUED
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Time | Kookmin - Jikook (END)
Short Story"Bukankah ia selalu seperti Ini? Merebutmu dariku demi dirinya sendiri. Dan sekarang, meninggalkanmu dengan membawa seluruh isi hatimu" Jeon Jungkook Park Jimin Park Jihoon bxb ?norazizah_25