Matsuri mengerutkan keningnya, ia sudah mengetuk pintu rumah milik Hinata sejak tadi, tapi gadis itu tidak memiliki tanda-tanda untuk membuka pintu atau bahkan menjawab panggilannya.
"Apa dia keluar?"
Matsuri segera menggelengkan kepalanya, lagipula ini sudah malam, dan sudah menjadi rahasia umum jika Hinata hampir tidak pernah keluar dari rumahnya saat malam hari, terkecuali jika memang ada hal yang begitu penting.
Sekali lagi, Matsuri mengetuk pintu, memanggil Hinata dengan suara yang lebih keras. Matsuri tidak perlu takut jika teriakannya akan menganggu warga lain, karena sejujurnya rumah Hinata hanya dikelilingi oleh pohon-pohon rindang.
Gadis itu tinggal ditempat yang sedikit jauh dengan permukiman warga, dan Matsuri jelas tau alasan kenapa Hinata memilih gubuk tua ini menjadi tempat tinggalnya. Memangnya apalagi jika bukan karena warga desa yang secara tidak langsung memusuhi Hinata karena kecantikannya dan juga kondisinya yang yatim piatu serta sebatang kara.
"Hinata! Apa kau di dalam? Aku membawa baju yang kau pesan terakhir kali!" Teriak Matsuri
Kening Matsuri semakin mengkerut karena Hinata masih tidak menjawab.
"Hinata! Apa kau didalam? Aku membawakan baju yang kau pesan!"
Kali ini entah kenapa Matsuri mulai merasa cemas. Dengan panik Matsuri mengetuk kembali pintu itu, memanggil Hinata dengan suara yang lebih keras, namun lagi-lagi tidak ada jawaban.
Memeluk lebih erat bungkusan baju ditangannya, wajah Matsuri berubah pucat, bahkan tanpa memperdulikan kedua tangannya yang mulai memerah, Matsuri segera berlari menjauh, mencari seseorang untuk membantunya mendobrak pintu.
"Kumohon cepatlah, dia sama sekali tidak menjawab panggilanku."
"A-aku sangat takut."
Keringat mulai mencucur keluar dari tubuh Matsuri, dan saat pintu itu berhasil di dobrak oleh Deidara, Matsuri segera melenggang masuk tanpa permisi, di ikuti oleh pria bersurai kuning panjang itu.
Ketakutan semakin melanda Matsuri saat melihat rumah Hinata yang gelap gulita. Matsuri kembali memanggil nama gadis itu, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menjadi cahaya, namun Matsuri seketika merasa tubuhnya menegang saat ujung sepatu miliknya menginjak sesuatu yang keras.
Dengan tubuh bergetar Matsuri berjongkok kebawah, tangannya mulai meraba-raba dan Matsuri bisa merasakan sebuah kulit yang telah mendingin.
Hinata?!
"Deidara-san tolong buka jendelanya!" Matsuri berteriak panik, memohon dalam hati jika sosok dingin yang ia sentuh ini bukanlah sahabatnya
Namun, saat cahaya bulan menyeruak masuk dari jendela yang dibuka kasar oleh Deidara, Teriakan keras Matsuri menggema dengan Deidara yang hanya dapat mematung ditempat, melihat Hinata yang terbaring dengan tubuh yang penuh luka lembam dan keadaan yang menggenaskan.
"Akhhh H-hinata!!"
•••
Sasuke menatap dingin bajingan yang kini bersimpuh dibawah kakinya. Para pemberontak yang menjadi masalah besar bagi pemerintahan.
"Kurung mereka di penjara bawah tanah, dan kuliti kulitnya jika mereka tidak mau mengatakan yang sejujurnya." Seru Sasuke dingin, dan setelahnya langsung melenggang pergi keluar dari markas
Ini sudah tiga hari, dan selama tiga hari ini Sasuke benar-benar merindukan kekasihnya. Sasuke merindukan senyuman manis Hinata, aroma harum khas tubuh kekasihnya dan juga suara lembut Hinata saat memanggil namanya. Tidak pernah sekalipun Sasuke tidak merindukan gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
When I Beg You ??
FanfictionHanya sepenggal kisah cinta dari dua insan yang tidak sempurna. Naruto ? Masashi Kishimoto