Satu bulan telah berlalu semenjak kejadian yang menguras air mata. Kini Daffa dapat hidup dengan tenang bersama dengan istrinya-Rena dan juga anak laki-laki mereka-Daren.
Dan kini mereka semua tengah berada di pengadilan untuk menghadiri sidang keputusan Hakim untuk Siska.
Setelah satu bulan penahanan, Siska akhirnya di sidang di pengadilan atas kejahatan yang di lakukannya terhadap Daffa, Daren, dan juga Tristan.
Pengadilan menjatuhkan hukuman penjara selama 20 tahun kepada Siska. Daffa merasa puas dengan keputusan Hakim, karena akhirnya Siska menerima hukuman yang setimpal atas perbuatannya.Dalam kasus Siska, dia terbukti melakukan pembunuhan terhadap Tristan, dan pencobaan pembunuhan terhadap Daren. Bahkan Siska juga menculik dan menyekap Daffa waktu itu.
Majelis hakim mempertimbangkan beratnya kejahatan yang di lakukan, termasuk dampak yang di timbulkan terhadap korban dan keluarga mereka. Setelah melalui proses persidangan, hakim memutuskan untuk menjatuhkan hukuman penjara selama 20 tahun kepada Siska, yang di anggap setimpal dengan perbuatannya.Setelah mendengar vonis hakim yang menjatuhkan hukuman penjara 20 tahun atas kejahatannya, Siska tidak dapat menahan emosinya. Dengan wajah memerah dan suara bergetar, ia berteriak, "ini tidak adil! Saya tidak bersalah!" Suaranya menggema di ruang sidang, menarik perhatian semua orang yang hadir. Termasuk sesosok anak perempuan berusia 6 tahun yang duduk di dampingi laki-laki yang usianya berada di atas Siska.
Siska berdiri dari kursinya dengan gerakan tiba-tiba, membuat petugas keamanan waspada. Ia mencoba mendekati meja hakim, tetapi segera di halangi oleh dua petugas yang berjaga di dekatnya.
"Lepaskan saya! Kalian tidak mengerti!" Teriaknya sambil berusaha melepaskan diri dari cengkraman petugas.Melihat situasi yang semakin tegang, hakim mengetukkan palu beberapa kali, mencoba mengembalikan ketertiban di ruang sidang.
"Terdakwa, harap tenang. Anda memiliki hak untuk mengajukan banding jika tidak puas dengan keputusan ini," ujar hakim dengan tegas.Namun, Siska tidak mengindahkan peringatan tersebut. Ia teru meronta dan berteriak, mengeskpresikan ketidakpuasannya terhadap keputusan pengadilan. Akhirnya, petugas keamanan terpaksa membawanya keluar dari ruang sidang untuk mencegah kericuhan lebih lanjut.
Melihat Siska yang dibawa keluar ruang sidang oleh petugas, anak perempuan yang sedari tadi meperhatikan Siska bereaksi, menangis tersedu-sedu. Anak perempuan itu memanggil Siska dengan suara lirih, "Ibu...jangan pergi..." Tangisannya menggema di ruangan, menyentuh hati semua yang hadir. Anak perempuan itu adalah Rani.
Di tengah situasi yang penuh emosi ini, seorang pria yang merupakan ayah biologis Rani memeluk putrinya itu dengan erat. "Papah.. mamah mau di bawa kemana pah..?" Isak Rani sambil memeluk boneka beruang kecilnya.
Melihat Rani yang menangis saat ibunya, Siska, di bawa paksa oleh petugas, Daffa dan putranya, Daren, segera menghampiri Rani dan ayahnya. Daffa berlutut di samping Rani, mencoba menenangkannya dengan suara lembut, "Rani, semuanya akan baik-baik saja. Om dan papah Rani ada di sini untuk nemenin Rani."
Daren yang seumuran dengan Rani, mengenggam tangan Rani dengan hangat, memberikan dukungan sebagai teman sebaya."Jangan nangis lagi ya Rani, aku bakalan nemenin kamu mulai hari ini."
Ayah Rani menatap Daffa dengan mata berkaca-kaca, merasa terharu atas perhatian yang di berikan."Terimakasih, Daffa atas kebaikanmu kepada Rani. Kehadiranmu sangat berharga bagi kami." Ucapnya dengan suara bergetar.
Daffa mengangguk dengan tulus. "Kita akan melalui ini bersama. Yang terpenting sekarang adalah memastikan Rani merasa aman dan dicintai," jawab Daffa, mengingat buku harian milik Rani yang pernah ia baca sewaktu dirinya di sekap oleh Siska.
Satu kata untuk Siska gaissss

KAMU SEDANG MEMBACA
DAREN [End]
Romance[ FOLLOW AKUN TERLEBIH DAHULU, BIAR NYAMAN SAAT MEMBACA :), karna beberapa part di 'private' ] SLOW UPDATE GAES ? Daren? Kisah hidupnya tentu saja tidak semenarik yang di bayangkan oleh orang-orang. Jika semua orang mengira Daren itu anak paling ba...