Happy Reading...
***
Nicola berdiri di depan pintu aula, tangan kakeknya, Darmawan Archie, melingkari lengannya. Rasa gugup menyelimuti dirinya. Gaun pengantin yang elegan dan sederhana membalut tubuhnya dengan sempurna, namun ia merasa beban emosi lebih berat daripada yang ia duga.Kakeknya menoleh, wajah keras yang selama ini ia kenal terlihat melembut. "Nicola," ucapnya pelan, suara yang dalam dan berat terasa lebih hangat hari itu. "Aku tahu, selama ini mungkin aku terlalu keras padamu. Tapi aku hanya ingin yang terbaik untukmu."
Nicola menatap kakeknya, terkejut mendengar nada penyesalan itu. "Kek…"
"Aku minta maaf jika aku membuatmu merasa terbebani," lanjut Darmawan dengan nada tulus. "Tapi, hari ini, melihatmu di sini… Aku hanya ingin kau tahu, aku bangga padamu. Dan yang paling penting, aku ingin kau bahagia. Setelah menikah dengan Addam, aku harap kau bisa menemukan kebahagiaan yang lebih besar daripada yang pernah kau bayangkan."
Nicola hampir menangis. Matanya mulai memanas, dan bibirnya bergetar mencoba merespons. "Terima kasih, Kek. Aku… aku akan berusaha."
Darmawan menepuk tangan Nicola yang menggenggam lengannya. "Kau sudah menjadi perempuan yang luar biasa, Nicola. Sekarang saatnya kau memulai babak baru."
Sebelum Nicola sempat membalas lebih banyak, pintu aula perlahan terbuka. Semua tamu berdiri, mata mereka tertuju pada Nicola yang kini berjalan pelan diiringi oleh kakeknya. Musik orkestra yang lembut mengalun memenuhi ruangan.
Di ujung altar, Addam berdiri dengan senyuman hangat. Pandangannya tertuju pada Nicola, tak berpindah sedetik pun. Nicola berusaha mengendalikan rasa gugupnya dan berjalan perlahan. Setiap langkahnya terasa berat.
Saat mereka tiba di altar, Darmawan menyerahkan tangan Nicola pada Addam. "Jaga dia baik-baik," ujar Darmawan tegas.
Addam mengangguk sambil tersenyum. "Dengan segenap jiwa dan raga."
Mereka berdiri berhadap-hadapan, mengucapkan janji pernikahan di hadapan keluarga dan tamu. Nicola hampir tidak bisa percaya bahwa ini nyata. Ketika pendeta akhirnya berkata, "Anda boleh mencium mempelai wanita," Nicola sempat ragu. Namun, Addam mendekat, memegang wajahnya dengan lembut, dan menciumnya. Ciuman itu lembut dan penuh makna, membuat Nicola merasa seluruh keraguan lenyap.
Amelia, adik Addam, menyeka air matanya sambil tersenyum haru. Keluarga mereka tampak bahagia menyaksikan momen itu, dan bahkan kakeknya terlihat tersenyum kecil di barisan tamu.
***
Setelah resepsi yang panjang, Nicola menjatuhkan diri di atas kasur hotel, masih mengenakan pakaian biasa yang sudah ia ganti dari gaun pengantinnya. "Akhirnya selesai juga," gumamnya, menatap langit-langit dengan lelah.Addam, yang baru saja masuk, tersenyum melihat istrinya. "Hari yang panjang, ya?" tanyanya sambil melepas dasi dan jasnya.
Nicola hanya mengangguk lemas. Addam berjalan ke kamar mandi. "Aku mandi dulu, ya. Kau juga harus bersih-bersih agar lebih segar."
Nicola mendengar suara air mengalir dari kamar mandi sementara ia membersihkan wajahnya di meja rias. Saat Addam keluar, Nicola mendapati pria itu hanya mengenakan handuk yang terlipat di pinggang. Otot perutnya yang terpahat jelas membuat Nicola salah tingkah, dan ia buru-buru mengalihkan pandangannya.
"Aku sudah siapkan air hangat di bathtub," ujar Addam santai sambil menyeka rambutnya dengan handuk.
Nicola mengangguk cepat. "O-oke. Terima kasih."
Ia melangkah ke kamar mandi, menutup pintu, dan mulai melepas pakaiannya. Perlahan ia merendam tubuhnya di air hangat. Sensasi rileks mulai meresap ke seluruh tubuhnya. Nicola menutup matanya, membiarkan kelelahan seharian ini perlahan menghilang. Setelah beberapa menit, ia membersihkan tubuhnya, mengeringkan rambut, dan mengenakan pakaian tidur yang nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let The Light In
Short StoryNicola Gracelle Archie sudah lama kehilangan kepercayaan pada laki-laki. Trauma ditinggalkan ayahnya di usia 10 tahun, ditambah dengan pengkhianatan pahit dari mantan kekasihnya yang berselingkuh dua kali, membuat Nicola bersumpah untuk menjaga jara...