抖阴社区

EXTRA PART 1

435 21 0
                                        

بسم الله الرحمن الرحيم

***

~Happy Reading~

***

Hembusan angin malam terasa lembut menyelinap dari jendela kamar. Rafzan berdiri di sana, memandang langit yang bertabur bintang, seolah mencari jawaban dari doa-doanya selama ini. Sudah lima tahun berlalu sejak malam itu, malam di mana Adilla hampir pergi meninggalkan dunia ini bersama bayi mereka. Tapi takdir Allah berkata lain.

Pintu kamar terdengar berderit pelan. Adilla melangkah masuk dengan senyum yang lembut, membawa secangkir teh hangat. “Mas, ngapain di sini sendirian? Lagi mikirin apa?” tanyanya sambil mendekat.

Rafzan berbalik, memandang wanita yang telah mengubah hidupnya. “Nggak mikirin apa-apa, cuma bersyukur. Bersyukur Allah masih kasih aku kesempatan buat liat kamu terus.”

Adilla tertawa kecil, meletakkan cangkir di meja dekat jendela. “Kenapa tiba-tiba jadi mellow gini, sih?”

Rafzan terkekeh dan menunduk, mengecup lembut kening Adilla. “Kalau aku bisa ngulang waktu, aku tetap akan milih kamu, Dil. Di setiap doa, di setiap takdir, aku mau kamu yang jadi bagian hidupku.”

Adilla tersenyum dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Aku juga, Mas."

Tiba-tiba suara tawa kecil terdengar dari luar kamar. Keduanya berpaling, melihat seorang bocah kecil berdiri di pintu, memegang boneka kecil di tangannya. “Abi, Ummi, kok nggak tidur-tidur sih?”

Rafzan tersenyum hangat, menghampiri anak itu dan menggendongnya. “Aisya, kamu ini nyari Abi terus, ya?”

Anak itu mengangguk sambil tertawa. “Kan Abi janji, mau cerita sebelum Aisya tidur.”

Adilla berjalan mendekat, mengusap kepala anak mereka dengan penuh kasih sayang. “Ya udah, Abi temenin Aisya tidur, ya?”

Rafzan mengangguk, lalu membawa Aisya ke kamarnya. Setelah membacakan doa dan menidurkan anak mereka, ia kembali ke ruang tamu, di mana Adilla sudah menunggu.

Hembusan angin malam masuk melalui jendela kamar yang sedikit terbuka. Rafzan berdiri di dekatnya, memandangi bintang-bintang yang bertabur di langit malam. Suara langkah kaki lembut terdengar dari belakang, lalu disusul sentuhan ringan di bahunya.

“Aisya udah tidur?” tanya Adilla sambil menyodorkan secangkir teh hangat.

Rafzan mengangguk dan menerima cangkir itu dengan senyuman hangatnya. “Kamu tau, Dil? Aku, seberuntung ini ya, punya kamu? Kalo nggak ada kamu, entah gimana hidup aku.”

Adilla mengernyit, tertawa kecil. “Kamu ngomong apa sih, kayak baru sadar aja.”

Rafzan menoleh, matanya menatap dalam ke arah Adilla. “Aku serius, Dil. Setiap aku ngelihat kamu, aku selalu ingat kalau Allah itu baik banget sama aku. Karena Dia nggak cuma kasih aku istri yang baik, tapi juga teman hidup yang bikin aku nggak pernah ngerasa sendirian.”

Pipi Adilla memerah, tapi ia mencoba menyembunyikan senyumnya. “Mas, kamu selalu aja bikin aku nggak bisa jawab apa-apa. Mas tahu kan aku nggak jago ngomong hal-hal romantis?”

“Tapi kamu nggak perlu ngomong apa-apa, Dil.” Rafzan menaruh cangkir di meja, mendekat dan menggenggam tangan Adilla. “Lihat aku aja, itu udah cukup. Karena di setiap tatapan kamu, aku tahu kalau aku udah punya segalanya.”

Adilla menunduk, berusaha menyembunyikan perasaannya yang semakin hangat. Tapi Rafzan mengangkat wajahnya perlahan, membuat mata mereka saling bertemu.

“Kamu tahu, Dil,” lanjut Rafzan, “Aku selalu berdoa supaya aku bisa jadi suami yang pantas buat kamu. Tapi kamu tahu apa yang selalu bikin aku bersyukur?”

“Apa?” Adilla bertanya lirih.

“Kamu nggak pernah minta aku jadi sempurna. Kamu cuma minta aku jadi aku. Itu yang bikin aku jatuh cinta sama kamu, setiap hari.”

Air mata mulai menggenang di sudut mata Adilla. Ia tertawa kecil, berusaha menyembunyikan rasa harunya.

“Kamu itu rumahku, Dil. Sama kamu, aku nggak perlu pura-pura jadi orang lain. Aku cuma perlu jadi aku, dan itu udah cukup.”

Adilla menarik napas panjang, lalu mendekatkan diri ke pelukan Rafzan. Rafzan mengecup lembut puncak kepala Adilla. “Aku nggak pernah berhenti jatuh cinta sama kamu, Adilla. Setiap hari, setiap detik. Dan aku nggak pernah berhenti bersyukur karena kamu ada di sini, sama aku.”

Malam itu berlalu dengan kehangatan dan cinta yang memenuhi ruang. Bintang-bintang di langit malam menjadi saksi, bahwa dua hati yang saling mencintai tak akan pernah terpisahkan.

___________________

Thank you for reading ❤️

Tahajjud Cinta - Extra part 1
published on 28 January 2025
©Hijabgirl

Tahajjud Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang