Sepanjang waktu, Chaeyoung terus memandang ponselnya. Gadis berambut blonde itu menunggu balasan pesan yang ia kirimkan pada Lisa. Sang adik hanya membacanya, tanpa berniat membalas.
Merasa lelah, Chaeyoung memilih menyudahi kegiatannya sejak bangun tidur itu. Dia kini memandang Jisoo yang sudah rapih dengan pakaiannya, tampak menyiapkan makanan untuk sarapan mereka.
Chaeyoung sungguh merasa heran dengan orang tuanya. Jisoo bukanlah anak yang merugikan mereka. Sebaliknya, Jisoo memiliki banyak prestasi dan kepintaran luar biasa. Untuk apa mereka membenci anak yang membanggakan?
Alasannya selalu tentang masa lalu. Padahal yang melakukan juga mereka. Jisoo tidak meminta untuk menghadirkannya ke dunia.
Menggeleng pelan, Chaeyoung tidak bisa memahami sikap kekanak-kanakan kedua orang tuanya. Mereka berlaku seenaknya saja.
"Unnie, bukankah seorang Jaksa selalu mengandalkan barang bukti untuk menemukan pelaku kejahatan? Bagaimana jika barang bukti itu dimanipulasi dan seorang Jaksa salah menentukan pelaku?" Dibandingkan memikirkan sikap orang tuanya, Chaeyoung memilih membahas sesuatu yang dia pun cukup ingin tahu dari pekerjaan kakaknya.
"Terkadang hal seperti itu bisa terjadi." Jisoo menjawab dengan sesekali berkutat dengan makanan serta ponselnya.
"Apakah Unnie pernah melakukannya?" tanya Chaeyoung lagi.
"Belum."
Chaeyoung mengangguk paham. Sudah Chaeyoung duga jika Jisoo memang tak pernah melakukan kesalahan. Di umurnya yang masih muda, Jisoo sudah sangat disegani. Pertanda kemampuanya memang tidak main-main.
Walaupun berbeda bidang, Chaeyoung ingin sekali seperti Jisoo. Tapi apakah dia bisa? Semua orang sudah tahu mengenai statusnya. Sekali pun Chaeyoung berhasil, dia akan tetap diikuti oleh embel-embel keluarga Yoon dan Hwang.
Ting!
Kedua mata Chaeyoung membulat. Dengan tidak sabaran dia meraih ponselnya yang berdering. Ia pikir itu adalah balasan dari Lisa. Namun seketika bahunya turun dengan lesu tatkala yang ia dapat hanya pesan singkat dari operator.
Mendadak ia merasa kesal dengan Lisa. Apakah adiknya itu sama sekali tidak peduli dengan Jisoo? Padahal Chaeyoung hanya ingin mengajaknya berbicara sebentar dengan Chanwook.
"Lalu bagaimana dengan Chaeyoung? Apa kau masih kebingungan hendak memilih spesialis apa nantinya?" Selesai dengan ponselnya, Jisoo mulai menyerahkan seluruh perhatian pada Chaeyoung.
"Unnie, itu masih lama." Chaeyoung terkekeh. Mengapa semua orang sangat penasaran dengan langkah yang hendak Chaeyoung ambil nanti?
"Memang. Tapi Unnie ingin menjadi orang pertama yang tahu. Kajja! Beritahu Unnie sekarang." Dari tatapannya, Jisoo terlihat sangat antusias.
Sejenak Chaeyoung melupakan kekesalannya pada Lisa. Dia mulai memikirkan apa yang Jisoo bicarakan. Tapi, Chaeyoung masih tidak yakin dengan jawaban yang hendak dia lontarkan.
"Aku belum yakin. Tapi jika sudah mendapatkan jawaban pasti, Unnie adalah orang pertama yang aku beritahu."
Jisoo mengajak rambut blonde itu gemas.
"Baiklah. Pikirkan dengan matang dan jangan sampai menyesal mengambil keputusan, hm?"..........
Lisa sudah benar-benar keluar dari mobil putihnya. Sesekali dia membungkuk guna menyapa beberapa penjaga yang ada di sekitar mansion ayahnya.
"Oh! Sayang--- Chakkaman! Kenapa kau lusuh begitu?" Haesun yang hendak memeluk Lisa seketika mengutungkan niatnya.
Lisa sendiri berusaha menandang penampilannya. Tentu saja dia lusuh. Gadis itu terakhir kali mandi pada pagi hari kemarin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Time
FanfictionWaktu adalah sebuah rahasia langit. Tapi yang pasti, waktu tidak akan terus berputar. Ada kalanya suatu saat waktu seseorang terhenti. Maka ketika ada yang mengatakan, "Hargailah waktu." nyatanya ucapan itu benar adanya. Karena jika menyadarinya ter...