"Yah, semoga aja dia nggak bikin heboh," ujar Zea sambil menyeruput minumannya. "Biasanya kalau ada yang baru, pasti jadi perhatian banget."
"Betul banget," jawab Ziva, "Tapi ya, kalau dia asyik, kenapa nggak kan?"
Mereka semua tertawa ringan, lalu kembali fokus menikmati suasana di kafe.
"Di novel emang ceritanya ada murid baru, Ze?" tanya Archela, yang membuat Zea mengangkat bahu. "Bukannya gue udah bilang?" jawab Zea.
Archela menatapnya bingung. "Lo belum jelasin, deh. Gue nggak tau," ujarnya, membuat Sha mengangguk. "Itu Zea bilang ke gue, kayaknya kita masuk ke dalam novel yang ceritanya versi lain, ibaratnya cerita dengan ending yang beda," kata Sha, yang langsung membuat mereka terkejut.
"Serius, Lo?" tanya Jesselyn, membuat Sha mengangguk. "Makanya, alurnya agak berubah," jelas Zea.
"Pantesan aja. Setau gue, di cerita yang satunya nggak ada murid baru kan?" ujar Archela, yang disetujui oleh Ziva dengan anggukan. "Sekarang tugas kita buat cari tahu Zira transmigrasi ke tubuh siapa," lanjut Zea.
Mereka berempat mengangguk. "Semoga kita bisa ketemu Zira," ujar Ziva, disambut anggukan Jesselyn. "Iya, kangen deh dia berantem sama Lo, Cher," kata Jesselyn sambil tersenyum ke arah Archela.
Di sisi lain, Zara...
Setelah pulang sekolah, Zara memutuskan untuk pergi ke cafe yang ada di depan sekolah.
"Kamu mau kemana?" tanya Neval sambil menatapnya.
"Aku mau ke cafe depan, kamu duluan aja ke rumah sakit," jawab Zara.
Neval mengangguk, "Kabarin aku kalau Jericho ganggu kamu," katanya sambil mengusap rambut Zara.
"Iya," jawab Zara, menatap Neval sejenak. Lalu, Neval pun pergi meninggalkannya.
Zara pun melangkah menuju cafe depan sekolah. Sesampainya di sana, ia masuk dan mengedarkan pandangannya. Tak lama, matanya tertuju pada Archela dan teman-temannya yang sedang duduk bersama.
"Sial, ada mereka," gumam Zara, lalu memilih duduk tak jauh dari meja mereka.
"Semoga kita bisa ketemu Zira," ujar gadis berambut pendek itu, yang membuat Zara menoleh.
"Mereka ngomongin gue?" Zara berkata dalam hati, sambil menatap mereka dengan tatapan sedih.
"Iya, kangen deh dia berantem sama Lo, Cher," ujar gadis berambut panjang itu.
"Gue juga kangen," gumam Zara pelan, merasa sedikit tersentuh.
Zara pun segera memesan minuman untuk dirinya sendiri.
Zara duduk di sudut cafe, menikmati suasana yang tenang, meski pikirannya tetap teralihkan oleh obrolan dari meja Archela dan teman-temannya. Ia menatap ke luar jendela, mencoba menenangkan diri, tapi pikirannya terus berkecamuk.
Tiba-tiba, suara pelayan memanggil namanya. "Pesanannya, Nona Zara."
Zara berdiri dan mengambil minumannya, lalu kembali ke meja. Saat kembali duduk, matanya secara tak sengaja bertemu dengan mata Archela. Zara terdiam sejenak, lalu buru-buru mengalihkan pandangannya.
"Harusnya gue gak di sini," bisik Zara dalam hati, sambil meneguk minumannya pelan.
Zara melanjutkan meneguk minumannya, berusaha mengabaikan perasaan canggung yang tiba-tiba muncul. Namun, matanya tetap tak bisa lepas dari meja Archela. Pikirannya berputar cepat, mencoba mencari cara untuk tidak terlibat dalam obrolan mereka, tapi sesekali ia merasa tertarik mendengar percakapan mereka.
Tiba-tiba, suara Archela terdengar lagi. "Zara, kamu di sini juga?" tanya Archela dengan nada agak terkejut, membuat Zara sedikit tersentak.
Zara mengangkat wajahnya pelan, menatap Archela sejenak, lalu mengangguk ragu. "Iya, cuma mampir sebentar," jawabnya singkat, berusaha terdengar santai meski ada kegugupan yang mulai muncul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Geng Motor
Teen FictionGeng motor Aderfia, yang terdiri dari enam gadis tangguh dan kompak, tiba-tiba terjebak dalam dunia novel "The Protagonist's Love", sebuah kisah cinta rumit antara protagonis yang tak sengaja dicintai oleh kekasih sang antagonis. Namun, mereka tidak...