Sakura baru saja keluar dari rumah Sasuke setelah menjalani hari terberatnya sebagai "pelayan pribadi" akibat kekalahannya dalam taruhan midtest. Sepanjang sore, dia sudah membantu Sasuke membersihkan rumahnya, menyapu, mengepel, dan bahkan mencuci piring.
Sakura meregangkan bahunya, merasa pegal setelah seharian bekerja.
"Sasuke ini benar-benar menyiksaku..." pikirnya sambil melirik Sasuke yang berdiri di ambang pintu, masih dengan ekspresi datarnya.
"Sudah malam, aku antar," kata Sasuke tiba-tiba.
Sakura menatapnya dengan dahi berkerut. "Hah? Antar? Aku bukan anak kecil, tahu!"
Sasuke menghela napas, menunjukkan wajah malasnya yang khas.
"Bukan soal itu. Sudah malam, lebih baik tidak jalan sendirian."
Sakura tertawa kecil, merasa aneh melihat Sasuke tiba-tiba perhatian.
"Aku bisa jaga diri. Rumahku juga tidak jauh dari sini. Santai aja, Sasuke!" katanya, lalu melambaikan tangan.
Sasuke menatapnya beberapa detik, tapi tidak membalas. Dia hanya diam.
"Baiklah, sampai besok!" Sakura kemudian berjalan santai meninggalkan rumah Sasuke.
Saat Sakura berjalan menyusuri trotoar, udara malam semakin terasa dingin. Jalanan agak sepi, hanya ada beberapa lampu jalan yang menerangi.
Dia mendesah pelan. "Kenapa jalannya terasa lebih gelap dari biasanya?" gumamnya.
Sakura masih berjalan dengan santai, tapi perasaan tidak nyaman mulai muncul. Langkah kakinya melambat. Dia merasa seperti diawasi. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat.
Perlahan, dia menoleh ke belakang. Di kejauhan, dia melihat dua pria dengan tatapan aneh, seakan sedang memburunya.
"Sial... ini nggak mungkin kebetulan."
Sakura menelan ludah. Tangannya gemetar.
Dia mempercepat langkahnya, berharap bisa segera sampai di rumah. Tapi semakin cepat dia berjalan, semakin cepat pula pria-pria itu mengikutinya.
"Apa yang harus kulakukan?!" pikirnya.
Malam itu, Sakura mengalami ketakutan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Bibirnya bergetar, tangannya berkeringat.
Dia menyesal tidak membiarkan Sasuke mengantarnya pulang. Namun, saat dia hampir sampai di gang kecil yang lebih gelap...
SRET!
Tiba-tiba sebuah tangan menariknya dengan cepat. Sakura nyaris menjerit, tapi sebuah tangan menutup mulutnya.
"Diam."
Sebuah suara yang tidak asing di telinganya. Sakura membuka matanya lebar-lebar. Sasuke?!
Sasuke menariknya ke dalam gang sempit yang gelap, menyembunyikannya di balik sebuah dinding tinggi. Tubuh mereka sangat dekat.
Dia bisa mendengar suara langkah kaki dua pria tadi semakin dekat.
"Mana cewek itu?" salah satu dari mereka bertanya.
"Sial, dia hilang!"
Sakura menahan napas, takut suara jantungnya terdengar.
Sasuke masih menempelkan tangannya di mulut Sakura, memastikan dia tidak membuat suara sedikit pun. Pria-pria itu berhenti beberapa meter dari tempat mereka bersembunyi.
"Sial, kita kehilangan dia," kata salah satu pria.
"Sudahlah, kita pergi saja."
Perlahan, suara langkah kaki menjauh sampai akhirnya benar-benar hilang. Setelah dirasa aman Sasuke melepaskan tangannya dari mulut Sakura. Untuk beberapa detik, tidak ada yang berbicara.
Hanya suara napas Sakura yang masih terengah-engah, sementara Sasuke tetap tenang seperti biasa.
Sakura masih berdiri di tempatnya, jantungnya belum bisa tenang setelah kejadian barusan. Dia melirik Sasuke yang berdiri beberapa langkah di depannya, tangannya masih di saku, wajahnya datar seperti biasa.
Mereka akhirnya keluar dari gang kecil itu, memastikan bahwa para pria mencurigakan tadi benar-benar sudah pergi.
Malam terasa lebih sunyi sekarang, hanya ada suara langkah kaki mereka yang beriringan.
Sakura mencoba berbicara, tapi dia masih merasa canggung. Haruskah dia bilang terima kasih?
Tapi sebelum dia sempat membuka mulut, Sasuke sudah lebih dulu bicara.
"Jadi... gimana rasanya hampir diculik, Sakura?"
Sakura mengerutkan keningnya tajam.
"Serius, Sasuke?! Aku baru aja mengalami pengalaman paling mengerikan dalam hidupku, dan kau malah bercanda?"
Sasuke mengangkat bahu santai.
"Bukannya bercanda, aku cuma penasaran. Kau kelihatan mau nangis tadi."
Sakura membuang napas keras, mencoba mengontrol emosinya.
"Aku tidak nangis! Aku cuma agak kaget, oke?"
Sasuke meliriknya dengan ekspresi "ya, terserah kau aja".
Lalu, dia memasukkan tangannya lebih dalam ke saku.
"Makanya, tadi kubilang biar ku antar. Tapi siapa yang sok berani dan menolak mentah-mentah?"
Sakura menutup wajahnya dengan kedua tangan, merasa malu luar biasa.
"Aku tidak sok berani, aku cuma tidak mau merepotkanmu!" katanya dengan suara lemah.
Sasuke tertawa kecil, suatu hal yang jarang terjadi.
"Oh ya? Dan sekarang siapa yang hampir nangis karena panik?"
Sakura berhenti berjalan dan menatapnya tajam.
"Oke, Sasuke. Aku tidak menangis! Lagipula, aku tidak minta kau menyelamatkanku."
Sasuke menghela napas, menatapnya dengan ekspresi malas.
"Dengar, aku tidak peduli kau minta atau tidak. Aku cuma tidak mau teman sebangku tiba-tiba hilang karena ceroboh."
Sakura terdiam. Bukannya terharu, dia justru kesal sendiri. Kenapa Sasuke selalu bicara dengan nada menyebalkan seperti itu?
Tapi, saat dia melirik ke arahnya, Sasuke justru menyeringai kecil.
"Jadi, Sakura... pelajaran apa yang bisa diambil dari malam ini?"
Sakura menatapnya curiga.
"Lain kali..." Sasuke melanjutkan, "Jangan sok berani dan biarkan aku mengantarmu pulang."
Sakura mendengus keras.
"Lain kali, aku akan membawa semprotan cabai dan menghajar penjahat itu sendiri!"
Sasuke tertawa kecil lagi. "Ya, ya. Semoga mereka tidak keburu membawamu sebelum semprotannya keluar dari tas."
Sakura berjalan lebih cepat, mencoba meninggalkan Sasuke.
Meskipun sedikit kesal dengan perkataan menyebalkan Sasuke, tetapi Sakura merasa perasaan aneh mulai tumbuh di dadanya. Bukan lagi sekadar kesal karena taruhan bodoh itu. Tapi sesuatu yang lain, yang belum bisa dia jelaskan.
to be continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled in You
FanfictionSakura Haruno tidak pernah mengerti bagaimana hidupnya bisa menjadi begitu kacau hanya karena seorang Sasuke Uchiha. Sasuke, cowok populer, dingin, dan selalu jadi pusat perhatian di sekolah. Dia pintar, tampan, tapi juga menyebalkan luar biasa. Ent...