Halo semua pembaca, aku kembali dengan chapter baru^^
Anyway kayaknya cukup banyak pembaca baru juga yaa. Haloo hehe. Terima kasih udah mampir ke ceritaku dan ngikutin sampai ke titik ini.
Dan buat pembaca lama, makasih udah tetep stay untuk nunggu kelanjutan cerita ini.
It's been ups and downs for me, bahkan sulit banget di saat aku terkadang tiba-tiba kehilangan kepercayaan diri buat nulis, tapi dukungan dari kalian semua bener-bener selalu buat aku semangat untuk gak berhenti.Selamat membaca^^
***
Seperti sebelum-sebelumnya, pada akhir pekan ini, Leo berkunjung ke tempat Tara dan neneknya tinggal. Sebuah rumah sederhana di salah satu pemukiman padat penduduk di tengah kota Jakarta, Leo bahkan harus memarkirkan mobilnya di sebuah minimarket. Ketika memasuki rumah Tara dan neneknya, seisi rumah hampir bisa terlihat seluruhnya. Sebuah ruang tamu yang hanya diisi oleh dua kursi panjang yang langsung berhadapan dengan dua kamar tidur kecil, lalu sedikit terlihat kamar mandi serta dapur.
Tara benar-benar datang dari latar belakang keluarga yang sangat kontras dengan kedua sahabatnya. Sejak lahir, bahkan tanpa pernah mendapatkan air susu dari ibunya, Tara sudah tinggal hanya berdua dengan neneknya. Tumbuh tanpa sosok orang tua membuat Tara kecil mendambakannya. Sayangnya, semua harapan itu harus kandas ketika pertama kali melihat seperti apa sosok ibunya. Tara kecil pun tahu, jika sang nenek adalah satu-satunya yang ia butuhkan. Buktinya, tak pernah sekali pun ia merasa kekurangan kasih sayang.
Sayangnya, semesta seolah tak hentinya memberi ujian bagi Tara. Seumur hidup berada dalam keterbatasan finansial, ketika ia mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki nasibnya dengan menjadi koki di salah satu hotel bintang lima, tiba-tiba neneknya jatuh sakit. Seolah berbisik kepada Tara untuk hanya terus bersabar, terus bertahan lebih lama. Untungnya, Tara tak benar-benar sendirian. Selain neneknya, ia memiliki dua orang sahabat yang benar-benar tulus menerimanya.
"Ini aku bawain best pecel lele in the town," ucap Leo sembari mengangkat sebuah plastik besar berisi dua porsi pecel lele untuk Tara dan neneknya. "Ngomong-ngomong nenek mana?"
"Makasih Leo, kamu selalu repot-repot begini, aku jadi gak enak." Tara meraih plastik tersebut dan meletakkannya di sebuah meja makan kecil dengan dua kursi berhadapan. "Tapi aku sama nenek baru makan beberapa jam lalu dan sekarang nenek lagi tidur di kamar. Ini kalau diimakannya nantian bisa nggak ya?" tanya Tara khawatir.
"Bisa kok aman, aku udah request buat nasi dan lauk-lauknya dipisah, jadi dimakan kapan pun gak masalah asal jangan tahun depan aja."
Tara tertawa kering. Candaan yang tak lucu sebenarnya, tapi mari menghargai Leo. Setelah itu, mereka berdua pun duduk bersebelahan di kursi ruang tengah rumah Tara dan neneknya.
"Kondisi kamu gimana?" tanya Leo.
"Jahitannya udah gak sakit dan hampir sepenuhnya kering juga, mungkin aku tinggal satu atau dua kali rawat jalan aja. Aku udah kuat jalan pulang pergi sampe jalan besar. Sebenernya aku udah bisa kok kalau minggu depan atau dua minggu lagi masuk ke kafe lagi. Aku gak enak sama Grace, dia jadi ketambahan beban kerja yang banyak, harus berangkat lebih pagi juga dan pulangnya tetap malam."
"Jangan dulu, tunggu dua atau tiga minggu lagi aja ya. Hitung-hitung sekalian jagain nenek, kan meski kamu udah sembuh, tapi nenek kan butuh waktu yang lebih lama. Tenang aja, Grace gak keberatan sama sekali kok Tara. Dia lagi bahagia tuh punya pacar ganteng, pinter, tajir, duh lucky banget, jadi ikut seneng, semua masalah jadi kerasa ringan katanya." Leo tertawa kecil. "Malem ini Grace bakalan ketemu keluarga pacarnya."
"Oh ya?" tanya Tara. "Aku pernah beberapa kali lihat memang kelihatan outstanding banget sih cowoknya Grace itu."
Tak peduli seberapa berusahanya Tara mencoba mengimbangi Leo yang tampak antusias, di dalam hatinya, Tara tetap merasakan perasaan tidak nyaman karena merasa dirinya tak benar-benar mengetahui apa yang sebenarnya dirasakan Leo di hati terdalamnya. Tidakkan pria di sampingnya itu merasakan kesedihan?

KAMU SEDANG MEMBACA
[SS] Before You
RomancePerkenalkan, The Untouchable Hadja. Dokter konglomerat jenius dari keluarga Saputro. Seorang dokter unik dengan alexithymia. Diam, dingin, datar, tak bisa ditebak, dan tak menunjukkan emosi, Hadja benar-benar tak tersentuh. Jangankan mendekatinya, t...